Layanan kesehatan minim,warga Arfak Papua Barat pakai daun buat obat
Dedaunan itu tak sepenuhnya mampu menyembuhkan tapi hanya sekadar meringankan agar mereka bisa bertahan & beraktivitas.
Warga di Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, masih mengandalkan ramuan dari dedaunan untuk mengatasi segala penyakit yang mereka alami. Dominggus Indou warga Distrik Anggi yang ditemui di Pegunungan Arfak mengatakan, ramuan tradisional warisan nenek moyang itu masih digunakan menyusul terbatasnya pelayanan kesehatan di daerah tersebut.
Dedaunan itu tidak sepenuhnya mampu menyembuhkan. Namun hanya sekadar meringankan agar mereka bisa bertahan dan beraktivitas.
Dominggus menjelaskan, saat ini Puskesmas sudah ada di setiap distrik. Namun keberadaannya belum bisa memberikan pelayanan maksimal.
Meskipun sudah ada petugas kesehatan di Puskesmas tersebut, jumlah mereka masih terbatas. Di sisi lain masih banyak warga memilih bertahan di rumah saat mereka sakit, terutama mereka yang rumahnya jauh dari puskesmas.
"Kami pun jenuh ke Puskesmas, karena kalau berobat selalu diberi obat yang sama, dan obat itu tidak manjur. Dari pada kami capek-capek datang ke Puskesmas lebih baik di rumah, bertahan dengan obat tradisional," ujarnya, Sabtu (9/4).
Dia menjelaskan, cukup banyak dedaunan yang bisa dimanfaatkan warga untuk menyembuhkan penyakit. Dedaunan itu bisa diperoleh di lingkungan sekitar rumah maupun hutan.
"Ini warisan moyang kami, bisa untuk mengatasi malaria, perut kembung, luka bakar, dada nyeri, reumatik. Pokoknya untuk semua penyakit kami mengandalkan daun," kata dia.
Dia menjelaskan, dedaunan itu digunakan dengan cara ditumbuk, setelah itu warga meminum airnya dan mengoleskan sisa daun tersebut ke tubuh atau bagian tubuh yang terasa sakit.
Saat ditanya nama-nama daun yang biasa dimanfaatkan warga, Dominggus hanya bisa menyebutkan nama daun tersebut dengan menggunakan bahasa Suku Arfak. Seperti daun "umpamema" dan "tembauda" yang biasa dimanfaatkan warga untuk menurunkan demam dan tulang nyeri.
Pegunungan Arfak merupakan kabupaten baru yang dimekarkan dari Kabupaten Manokwari pada 2012. Kabupaten ini masih jauh tertinggal dari daerah lain.
Karakter daerah yang bertopografi pegunungan, membuat pemerintah daerah harus mengeluarkan anggaran yang cukup besar dan waktu lama untuk membangun infrastruktur di daerah tersebut.
Saat ini, program pembukaan dan pembangunan jalan serta jembatan sedang berlangsung. Membutuhkan waktu lama untuk menuntaskan pembangunan aksesibilitas transportasi di daerah tersebut.
Pegunungan Arfak sejatinya kaya akan pesona pariwisata pegunungan tersebut. Bercocok tanam menjadi satu-satu profesi warga di daerah tersebut.
Infrastruktur dan akses transportasi menjadi kendala yang cukup serius bagi warga, serta harus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah baik kabupaten, provinsi maupun pusat.
Selain infrastruktur jalan dan jembatan, jaringan listrik dan komunikasi di daerah ini pun masih jauh tertinggal dari daerah lain.
Jaringan listrik hanya bisa diperoleh di Distrik Anggi yang saat ini menjadi pusat pemerintahan. Untuk jaringan telekomunikasi, tidak ada satu pun warga di kabupaten tersebut yang dapat mengakses.