Luar Biasa! Ternyata Lingkungan Hijau Beri Banyak Manfaat Bagi Pertumbuhan Tulang Anak, Ini Kata Peneliti
Benarkah lingkungan hijau beri banyak manfaat bagi pertumbuhan tulang anak? Simak penjelasan berikut ini.
Benarkah lingkungan hijau beri banyak manfaat bagi pertumbuhan tulang anak?
Luar Biasa! Ternyata Lingkungan Hijau Beri Banyak Manfaat Bagi Pertumbuhan Tulang Anak, Ini Kata Peneliti
Lingkungan hijau memang dikenal sebagai obat alami manusia untuk menghilangkan stres hingga penat.
Selain dikenal baik bagi mental, ternyata lingkungan hijau juga memiliki dampak positif bagi pertumbuhan tulang anak.
Melansir dari laman science alert, Rabu (31/1), anak-anak yang tinggal berdekatan dengan ruang hijau, seperti taman, kebun, atau hutan, cenderung memiliki tulang yang lebih kuat dan sehat.
Penelitian tersebut pertama kali dilakukan, dan mendukung bukti bahwa orang dewasa yang tinggal di kawasan hijau cenderung memiliki kekuatan tulang yang lebih tinggi juga.
Penelitian dari Universitas Hasselt di Belgia menemukan fakta bahwa terdapat 327 anak berusia 4 hingga 6 tahun yang tinggal di tempat paling hijau memiliki kepadatan mineral tulang yang lebih tinggi.
Tempat hijau dapat didefinisikan sebagai tempat yang termasuk dalam 20 hingga 25 persen jumlah ruang hijau teratas dalam jarak dekat.
Dengan kondisi tersebut anak-anak akan cenderung sering berjalan kaki sekitar sepuluh menit ke ruang hijau dengan pohon-pohon tinggi atau semak.
Hal itu sering dikaitkan dengan peningkatan kepadatan tulang yang setara dengan pertumbuhan alami selama setengah tahun.
Apalagi anak-anak yang tinggal di kawasan paling hijau dengan jarak minimal 20 menit berjalan kaki ke ruang hijau yang tinggi memiliki risiko 61 persen lebih rendah untuk memiliki skor kepadatan tulang yang rendah.
“Temuan ini menyoroti pentingnya paparan ruang hijau perumahan pada masa awal kehidupan terhadap kesehatan tulang selama periode kritis pertumbuhan dan perkembangan, dengan implikasi jangka panjang.”
“Meskipun semakin banyak bukti mengenai manfaat kesehatan dari paparan ruang hijau, penelitian yang tersedia mengenai hubungan dengan kepadatan mineral tulang masih langka,” kata ahli epidemiologi lingkungan Universitas Hasselt, Hanne Sleurs dan rekannya.
Ruang Hijau Memberi Fasilitas Gaya Hidup Sehat
Pada dasarnya perkembangan kerangka manusia akan mudah tumbuh di masa kanak-kanak, terlebih bagi kesehatan tulang di masa depan.Walaupun kerangka manusia tampak padat dan tidak bernyawa, tulang merupakan jaringan hidup yang kepadatannya meningkat secara bertahap di awal kehidupan, dan mencapai puncaknya pada pertengahan hingga akhir usia 20-an.
Pola makan bergizi seimbang dan aktivitas fisik seperti latihan beban dan ketahanan, merupakan bagian penting dalam menciptakan tulang kuat dan padat yang akan bertahan selama mungkin.
Karenanya, keberadaan ruang hijau dapat membantu memfasilitasi gaya hidup tersebut.
Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa tinggal di dekat alam memiliki manfaat yang mengesankan bagi kesehatan mental, kesehatan jantung, kesehatan kekebalan tubuh, dan kesehatan pembuluh darah.
Banyak dokter di beberapa negara bahkan mulai meresepkan jalan-jalan alam kepada pasiennya sebagai obat, bersama dengan rekomendasi umum lainnya seperti aktivitas fisik dan pola makan yang bergizi dan seimbang.
Beberapa penelitian menemukan bahwa jenis ruang hijau yang dikelilingi seseorang sangatlah penting.
Akses terhadap vegetasi tinggi, seperti pepohonan, ternyata memberikan manfaat paling besar untuk manusia.
Sebagai contoh ruang hijau perkotaan, pinggiran kota, dan pedesaan dengan vegetasi setinggi di atas dan di bawah 3 meter (hampir 10 kaki) berdampak pada kepadatan tulang anak-anak setempat.
Meski demikian, penelitian di masa depan perlu terus dilakukan untuk menggali alasan ruang hijau dapat memberikan manfaat bagi kesehatan tulang.
“Semakin kuat massa tulang di masa kanak-kanak, semakin besar pula kapasitas yang Anda miliki di kemudian hari.”
“Jadi pesan kesehatan masyarakat yang sebenarnya dari penelitian ini adalah bahwa perencanaan kota dapat memperkuat tulang anak-anak, dan hal ini memiliki konsekuensi jangka panjang,” ujar ahli epidemiologi Tim Nawrot dari Hasselt University kepada The Guardian.