Lindu yang Menyisakan Pilu
Yayah beruntung Allah masih menyelamatkannya. Tembok yang roboh mengarah ke bagian luar, bukan ke dalam. Bila tembok rumah mengarah ke dalam, besar kemungkinan dia akan menjadi korban.
Yayah, warga Kampung Negla, Desa Barusari, Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat masih tampak syok saat ditemui Jumat (3/2). Dia duduk di depan rumahnya yang hancur akibat gempa. Tatapan matanya kosong dan tampak sekali kurang tidur.
Yayah kini tinggal bersama anak dan saudaranya. Meski coba tersenyum, Yayah tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Rumah penuh kenangan kini rata dengan tanah akibat gempa magnitudo 4,3 yang terjadi pada Rabu (1/2) malam.
-
Bakat apa yang dimiliki Gempi? Gempita Nora Marten saat ini telah menginjak usia 9 tahun. Bagi mereka yang telah mengikuti perjalanan hidupnya sejak bayi hingga sekarang, tentu tidak percaya melihatnya tumbuh sebesar ini. Walaupun usianya masih muda, Gempi menunjukkan bakat yang luar biasa.
-
Dimana pusat gempa bumi di Garut? Gempa bumi melanda sisi selatan Jawa Barat pada Sabtu (28/4) pukul 23:29 WIB. Getaran diketahui berpusat di Samudera Hindia Selatan, Kabupaten Garut, dengan besaran magnitudo hingga 6,2.
-
Kapan gempa bumi di Garut terjadi? Gempa bumi melanda sisi selatan Jawa Barat pada Sabtu (28/4) pukul 23:29 WIB.
-
Kapan Gempi menunjukkan bakat berenang? Hal ini dapat dilihat dari unggahan Gisel beberapa waktu yang lalu. Di dalam gambar-gambar itu, Gempi sedang menjalani pelajaran berenang.
-
Di mana gempa Bantul berpusat? Gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Bantul menjadi sebuah alarm pengingat tentang keberadaan zona subduksi yang masih aktif di wilayah selatan Pulau Jawa.
-
Bagaimana gempa guguran terjadi? "Gempa guguran merupakan gerakan yang terekam pada alat seismogram karena fragmen lava jatuh ke bagian bawah akibat gravitasi bumi,"
Saat kejadian ia sedang tidur lelap di kamar tidurnya. Tempat tinggalnya tepat di pinggir rumah anaknya yang laki-laki.
Tiba-tiba, guncangan sangat kencang hingga membuatnya kaget. Masih setengah sadar, Yayah mendengar samar-samar teriakan takbir dan arahan agar segera keluar dari rumah.
"Saat itu saya berusaha langsung keluar dari rumah. Pas lagi lari, tembok rumah yang saya tinggali mengeluarkan suara retakan sampai kemudian dinding rumah roboh," ungkap yayah.
Dia beruntung Allah masih menyelamatkannya. Tembok yang roboh mengarah ke bagian luar, bukan ke dalam. Bila tembok rumah mengarah ke dalam, besar kemungkinan dia akan menjadi korban.
"Alhamdulillah, nyawa saya masih diselamatkan oleh Allah, tidak ada luka sedikit pun. Alhamdulillah juga yang roboh hanya tembok yang pinggir jalan, tidak semuanya. Kalau semuanya roboh mah saya pasti tertimpa," katanya.
Setelah berhasil keluar dari rumah, Yayah masih diselimuti cemas. Membuatnya tidak bisa tidur sampai azan subuh berkumandang. Bahkan hingga kini, trauma itu belum juga hilang.
"Kalau lindu mah kan sering dirasakan, tapi kalau sampai di sini banyak menyebabkan rumah yang rusak baru kali ini. Ini masih takut, kalau lagi tidur suka tiba-bangun dan panik karena takut ada lini lagi," ucapnya.
Saat ini, Yayah tinggal di rumah anak laki-lakinya karena tempat tinggalnya rusak berat. Termasuk perabot yang ada di dalamnya.
Hingga kini, Yayah bersama warga lainnya yang terdampak gempa belum menerima bantuan apapun dari pemerintah. Namun walau begitu, untuk makan ia masih bisa mengandalkan anaknya.
Selain rumah Yayah, rumah yang biasa ditinggali Wildan juga rusak berat. Pada saat kejadian, ia bersama keluarga sedang menjenguk ibunya di Bandung.
"Pas lagi di Bandung saya dapat kabar kalau rumah roboh akibat getaran gempa bumi. Besoknya saya langsung ke Garut bersama ibu dan istri juga anak-anak," kata Wildan.
Saat di Bandung dia juga merasakan getaran gempa. Saat itu, dia tidak menyangka pusatnya di Garut dan membuat rumahnya rusak.
Gempa bukan hanya merusak rumahnya. Perabotannya juga porak poranda tertimpa reruntuhan.
"Barang-barang yang ada di dalam warung juga ya tertimpa," ucapnya.
Jua mengatakan, di Kampung Negla setidaknya ada lima unit rumah rusak. Meski begitu, tidak ada ada warga yang menjadi korban dan tinggal di tenda pengungsian.
"Yang rumahnya rusak berat sekarang tinggalnya di rumah saudara atau anaknya, tidak ada yang sampai mengungsi di tenda atau aula. Yang rumah rusak berat ada lima, kalau yang sedang cukup banyak. Yang retak-retak mah kemarin pas pendataan tidak dihitung," kata Jua.
(mdk/lia)