Fakta di Balik Gempa M 6,4 yang Guncang Bantul, Alarm Megathrust?
Jumat (30/6) malam, wilayah Bantul dan sekitarnya diguncang gempa yang tidak berpotensi tsunami tapi harus tetap diwaspadai.
Gempa M 6,4 Bantul berdampak pada sejumlah kerusakan.
Fakta di Balik Gempa M 6,4 yang Guncang Bantul, Alarm Megathrust?
Pada Jumat (30/6) malam pukul 19.57, wilayah Bantul dan sekitarnya diguncang gempa dengan magnitudo M 6,4. Gempa itu tidak berpotensi tsunami.
Namun tetap saja gempa itu menimbulkan sejumlah dampak. Tercatat satu warga meninggal di Kabupaten Bantul. Guncangan gempa juga terasa hingga Tegal dan menyebabkan seorang warga mengalami luka ringan.
-
Apa dampak megathrust di Bantul? Bila pusat gempa megathrust berada di laut selatan Jawa, pusat gempa akibat dari pergerakan Sesar Opak berada di darat.'Jadi kalau itu terjadi gempa, walaupun dengan magnitude sama, tetapi dampaknya bisa lebih besar yang di darat. Hanya saja kalau megathrust itu punya dampak lain yaitu tsunami,' kata Agus.
-
Apa itu gempa megathrust? Gempa megathrust adalah jenis gempa bumi yang terjadi di zona subduksi, yaitu wilayah di mana satu lempeng tektonik bergerak menukik ke bawah lempeng lain. Istilah 'megathrust' berasal dari kata 'mega' yang berarti besar dan 'thrust' yang berarti dorongan atau tekanan.
-
Bagaimana Bantul bersiap menghadapi megathrust? Untuk menghadapi kemungkinan terjadinya gempa dan tsunami megathrust, BPBD Bantul sudah beberapa kali melakukan simulasi bencana. Selain itu, pihaknya bersama BMKG dan masyarakat membentuk program kelurahan siaga tsunami.
-
Mengapa gempa megathrust berbahaya? Karena energinya sangat besar, gempa ini seringkali disertai dengan tsunami. Contoh gempa megathrust yang terkenal adalah gempa dan tsunami di Aceh pada tahun 2004, yang terjadi akibat subduksi lempeng Indo-Australia di bawah lempeng Eurasia.
-
Kerusakan apa yang terjadi akibat gempa Bantul? Bupati Halim menambahkan dampak dari gempa tersebut sebagian besar mengakibatkan kerusakan rumah ringan, rata-rata pada bagian atap. Sementara itu bangunan utama tetap utuh.
-
Bagaimana gempa megathrust terjadi? Proses terjadinya gempa megathrust melibatkan interaksi kompleks antara lempeng tektonik di zona subduksi. Berikut penjelasan mengenai mekanisme dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya gempa ini: 1. Interaksi Lempeng Tektonik Gempa megathrust terjadi di zona subduksi, di mana satu lempeng tektonik, biasanya lempeng samudra yang lebih berat, menyusup ke bawah lempeng benua yang lebih ringan. Proses ini menciptakan medan tegangan yang sangat besar di sepanjang batas lempeng.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan kalau gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Bantul menjadi sebuah alarm pengingat tentang keberadaan zona subduksi yang masih aktif di wilayah selatan Pulau Jawa.
“Gempa malam ini merupakan alarm yang mengingatkan kita bahwa zona subduksi di selatan Jawa memang masih aktif,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, dikutip dari ANTARA.
Daryono mengatakan bahwa zona subduksi aktif itu tidak hanya menimbulkan gempa bumi, namun juga tsunami yang menerjang wilayah selatan Pulau Jawa.
Berdasarkan catatan sejarah, tsunami di selatan Pulau Jawa pernah terjadi sebanyak delapan kali sejak tahun 1800 dengan rincian tahun 1818, 1840, 1859, 1904, 1957, 1994, dan 2006. “Ini merupakan catatan penting terkait dengan potensi dan bahaya gempa serta tsunami di selatan Yogyakarta dan selatan Jawa pada umumnya,” kata Daryono.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa Yogyakarta adalah kawasan sistemik aktif dan kompleks karena memiliki sumber gempa potensial yang bersumber dari darat maupun laut. Dari laut terdapat zona subduksi yang memiliki potensi gempa bumi berkekuatan hingga M 8,7. Sedangkan di darat terdapat Sesar Opak yang cukup aktif dan berkekuatan hingga mencapai M 6,6.
Dampak Gempa
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan bahwa akibat gempa tersebut, sejumlah 93 unit rumah rusak dengan tingkat kerusakan ringan hingga sedang. Di Kabupaten Kebumen, rumah rusak ringan 8 unit dan rusak sedang 2 unit. Di Kabupaten Magelang dan Tegal, rumah rusak masing-masing 1 unit. Sementara di Kabupaten Purbalingga rumah rusak tercatat ada 4 unit. Lalu di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, ada 28 unit rumah rusak. Di Kabupaten Bantul, DIY, ada 30 unit rumah rusak dan di Gunungkidul ada 19 unit rumah yang rusak.
Kekuatan Getaran Gempa
Dari intensitas guncangan dengan skala MMI, BMKG mengidentifikasi wilayah Kulon Progo, Nganjuk, Kebumen, kekuatan gempa berada pada skala IV MMI. Sedangkan di Kediri pada skala III MMI. Lalu di Mojokerto III MMI. Semakin tinggi tingkat MMI maka dampak yang dirasakan semakin besar.