Gempa Megathrust Hoaks Atau Fakta? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Fenomena seperti gempa bumi memang tak dapat diprediksi secara pasti, tetapi para ahli geologi telah mempelajari potensi gempa megathrust dengan metode ilmiah.
Dalam beberapa waktu terakhir, isu mengenai potensi gempa megathrust di Indonesia menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Banyak yang mempertanyakan apakah informasi ini merupakan hoaks atau fakta yang perlu diwaspadai. Dengan latar belakang Indonesia yang terletak di kawasan Cincin Api Pasifik, di mana aktivitas seismik sangat tinggi, kekhawatiran akan terjadinya gempa besar bukanlah tanpa alasan. Namun, banyak pula informasi yang beredar di media sosial yang tidak akurat, sehingga penting untuk memilah mana yang benar dan mana yang hanya rumor belaka.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menegaskan bahwa potensi gempa megathrust adalah fakta yang didukung oleh penelitian ilmiah. Meskipun demikian, kita sebagai masyarakat juga harus cerdas dalam menerima informasi karena tidak semua yang tersebar di media tentang gempa megathrust adalah benar.
-
Apa itu Megathrust? Nuraini menjelaskan bahwa terdapat 15 segmen megathrust di Indonesia. Keberadaannya tersebar mulai dari sepanjang pantai barat pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara di selatan, lalu ada yang di utara Pulau Sulawesi, utara Kepulauan Maluku, dan kawasan Laut Banda.
-
Apa yang terjadi ketika gempa? Gempa bumi adalah apa yang terjadi ketika dua lempengan tiba-tiba bergeser. Permukaan tempat yang tergeser itu disebut bidang patahan
-
Dimana megathrust terjadi? Daerah paling rawan kalau gempa megathrust terjadi di kemudian hari adalah wilayah sepanjang pesisir pantai selatan Jawa yang melintang dari ujung barat di Ujung Kulon hingga ujung paling timur di Banyuwangi.
-
Mengapa Megathrust berbahaya? Ia akan menjadi sebuah bencana jika muncul banyak korban jiwa. Menurutnya, risiko bencana itu bisa dikurangi apabila masyarakat sudah siap dengan mitigasi bencana.
-
Bagaimana gempa bumi memicu letusan? Gempa ini terjadi ketika terjadi pergeseran lempeng tektonik di bawah permukaan bumi. Akibat pergerakan ini, magma yang tersimpan di dalam bumi dapat naik ke permukaan dan menyebabkan gunung meletus.
-
Kapan gempa bumi terjadi? Pada Minggu (25/2) terjadi gempa bumi berkekuatan 5,7 magnitudo yang terasa hingga Jakarta.
Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai hal-hal seputar gempa megathrust, termasuk penjelasan ilmiah tentang bagaimana dan mengapa gempa ini dapat terjadi.
Apa Itu Gempa Megathrust?
Gempa megathrust adalah jenis gempa bumi yang terjadi di zona subduksi, yaitu wilayah di mana satu lempeng tektonik bergerak menukik ke bawah lempeng lain. Istilah "megathrust" berasal dari kata "mega" yang berarti besar dan "thrust" yang berarti dorongan atau tekanan.
Pada gempa megathrust, lempeng samudra yang lebih berat masuk ke bawah lempeng benua, menyebabkan akumulasi tegangan yang besar. Ketika tegangan ini dilepaskan secara tiba-tiba, terjadilah gempa yang sangat kuat.
Gempa megathrust biasanya terjadi di kedalaman yang relatif dangkal, umumnya kurang dari 50 km di bawah permukaan bumi, sehingga efek gempanya dapat sangat merusak. Karena energinya sangat besar, gempa ini seringkali disertai dengan tsunami. Contoh gempa megathrust yang terkenal adalah gempa dan tsunami di Aceh pada tahun 2004, yang terjadi akibat subduksi lempeng Indo-Australia di bawah lempeng Eurasia.
Proses Terjadinya Gempa Megathrust
Proses terjadinya gempa megathrust melibatkan interaksi kompleks antara lempeng tektonik di zona subduksi. Berikut penjelasan mengenai mekanisme dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya gempa ini:
1. Interaksi Lempeng Tektonik
Gempa megathrust terjadi di zona subduksi, di mana satu lempeng tektonik, biasanya lempeng samudra yang lebih berat, menyusup ke bawah lempeng benua yang lebih ringan. Proses ini menciptakan medan tegangan yang sangat besar di sepanjang batas lempeng.
Seiring waktu, ketika kedua lempeng bergerak saling mendekat namun terjebak oleh gesekan, regangan atau stres akan terakumulasi. Ketika regangan ini melebihi batas gesekan antara lempeng, energi akan dilepaskan secara mendadak dalam bentuk gempa.
2. Proses Pelepasan Energi
Ketika tekanan yang terakumulasi mencapai titik kritis, batuan tidak lagi mampu menahan tekanan tersebut, dan energi yang tersimpan akan dilepaskan secara tiba-tiba. Ini menghasilkan gelombang seismik yang sangat kuat, yang dikenal sebagai gempa megathrust.
Slip Deficit
Konsep slip deficit merujuk pada akumulasi energi yang tidak terlepas selama periode waktu tertentu. Ketika energi ini akhirnya dilepaskan, dapat menyebabkan gempa dengan magnitudo tinggi. Misalnya, pada gempa Tohoku-Oki di Jepang, slip maksimum mencapai sekitar 60 meter.
3. Faktor Penyebab Tambahan
Wilayah dalam zona subduksi yang telah lama tidak mengalami gempa besar disebut sebagai seismic gap. Daerah-daerah ini berpotensi untuk mengalami pelepasan energi yang signifikan ketika tekanan terakumulasi cukup lama.
Sifat fisik dan struktur batuan di zona subduksi juga mempengaruhi potensi terjadinya gempa megathrust. Batuan dengan kekuatan tinggi dapat menahan lebih banyak tekanan sebelum akhirnya mengalami kegagalan.
4. Mekanisme Kerja Gempa Megathrust
Guncangan utama biasanya dimulai di dekat zona pergeseran sesar yang lambat, sering kali didahului oleh gempa-gempa kecil (foreshocks). Selama beberapa menit, slip sesar merambat untuk mengisi area pecah yang luas, menciptakan gelombang seismik yang kuat dan berpotensi menghasilkan tsunami.
Pergerakan vertikal dasar laut selama gempa megathrust dapat memindahkan sejumlah besar air, menghasilkan tsunami yang bergerak menjauh dari pusat gempa. Ini adalah salah satu alasan mengapa gempa megathrust sering kali berbahaya bagi wilayah pesisir.
Dampak Gempa Megathrust
- Kerusakan Infrastruktur: Gempa megathrust dapat menyebabkan kerusakan parah pada bangunan, jalan, jembatan, dan infrastruktur lainnya. Bangunan yang tidak dirancang untuk tahan gempa bisa runtuh, menyebabkan korban jiwa dan luka-luka.
- Tsunami: Satu di antara dampak paling serius dari gempa megathrust adalah kemampuannya untuk memicu tsunami besar. Tsunami yang dihasilkan bisa mencapai pantai dengan sangat cepat, membawa gelombang setinggi puluhan meter yang menghancurkan wilayah pesisir, merusak rumah, dan menyapu orang serta harta benda ke laut.
- Korban Jiwa: Lantaran skala besar dari gempa dan tsunami yang ditimbulkannya, gempa megathrust sering kali menyebabkan banyak korban jiwa. Jumlah korban bisa mencapai ribuan hingga ratusan ribu seperti pada tsunami Samudra Hindia 2004.
- Gangguan Ekonomi: Kerusakan luas yang disebabkan oleh gempa megathrust dapat menghancurkan ekonomi lokal. Bisnis, pertanian, dan industri dapat terhenti, dan biaya untuk rekonstruksi bisa sangat tinggi, mengakibatkan dampak ekonomi yang berkepanjangan.
Apakah Gempa Megathrust Hoaks Atau Fakta?
Potensi gempa megathrust di Indonesia bukanlah hoaks, melainkan sebuah fakta yang didasarkan pada data dan penelitian ilmiah. Berikut adalah beberapa poin yang menjelaskan hal ini:
- Potensi Gempa Megathrust yang Nyata
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menyampaikan bahwa Indonesia memang termasuk wilayah yang rawan dilanda gempa megathrust, terutama di zona subduksi seperti Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
- Zona Megathrust Spesifik
BMKG telah mengidentifikasi beberapa zona megathrust di Indonesia, termasuk di Selat Sunda, Mentawai-Siberut, dan lain-lain. Zona-zona ini memiliki potensi untuk menghasilkan gempa dengan magnitudo tinggi, seperti M 8,7 atau lebih.
- Seismic Gap
Konsep "seismic gap" juga dijelaskan oleh BMKG, yang menunjukkan bahwa ada wilayah-wilayah yang telah lama tidak mengalami gempa besar dan berpotensi melepaskan energi besar dalam bentuk gempa megathrust. Contohnya, gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada tahun 1757 dan di Mentawai-Siberut pada tahun 1797.
- Tidak Dalam Waktu Dekat
Meskipun potensi gempa megathrust ini nyata, BMKG menegaskan bahwa gempa ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Kalimat "tinggal menunggu waktu" yang digunakan oleh BMKG bukan berarti gempa akan terjadi segera, melainkan mengacu pada kondisi geografis yang memungkinkan terjadinya gempa besar di masa depan.