Ternyata Potensi Gempa Megathrust Sudah Terprediksi Sebelum Tsunami Aceh 2024, Ini Penjelasan BMKG
Contohnya pernah terjadi pada tahun 2000 di Pulau Sumatera hingga tahun 2007 dengan range 7,9 Skala Ritcher (SR) sampai dengan paling besar 9,2 SR.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi bakal terjadi gempa megathrust dimana potensi tersebut bisa saja terjadi di lintas Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Prediksi potensi gempa dahsyat itu sudah ada contohnya sebelum terjadi gempa bumi dan Tsunami yang menimpa Aceh.
"Mengenai potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebenarnya bukanlah hal baru, sudah lama, bahkan sudah ada sejak sebelum terjadi Gempa dan Tsunami Aceh 2004," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam akun Instagramnya yang dikutip merdeka.com, Jumat (16/8).
Munculnya potensi gempa Megathrust itu mengingat zona Selat Sunda dan Mentawai-Siberut merupakan lokasi yang sebelum pernah terjadinya gempa. Contohnya pernah terjadi pada tahun 2000 di Pulau Sumatera hingga tahun 2007 dengan range 7,9 Skala Ritcher (SR) sampai dengan paling besar 9,2 SR.
Jejak gempa di zona Selat Sunda dan Mentawai-Siberut itu pun menimbulkan kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.
"Seismic gap ini memang harus kita waspadai karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu," jelas Daryono.
Menurut catatan sejarah yang diungkap Daryono, gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada 1757 (usia seismic gap 267 tahun) dan gempa besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada 1797 (usia seismic gap 227 tahun).
"Artinya kedua seismic gap kita periodisitasnya jauh lebih lama. Sehingga mestinya kita jauh lebih serius dalam menyiapkan upaya-upaya mitigasinya," terang Daryono.
Diberitakan sebelumnya, BMKG mewanti-wanti Indonesia bakal mengalami gempa bumi dahsyat atau disebut dengan megathrust. Bahkan potensi terjadinya megathrust hanya tinggal menunggu waktu saja.
Hal itu berlari dari kejadian gempar besar yang menimpa kota Nankai, Jepang dengan besara mencapai 7,1 Magnitudo pada Jumat (8/8) lalu. Pusat titik gempanya berada di Pulau Kyushu Shikoku dan Kinki di Jepang Selatan yang merupakan zona Megathrust.
Gempa megathrust sendirian artinya adalah bagian dangkal suatu lajur pada zona subduksi yang mempunyai sudut tukik yang landai. Gempa bumi pada lajur atau zona megathrust disebut juga gempa bumi interplate.
Daryono mengatakan potensi terjadinya di gempa megathrust di Indonesia sangat bisa saja terjadi. Sebab adanya dua lempengan di Indonesia yang hingga kini belum memiliki tanda mengeluarkan gempar besar.
Gempa megathrust ini disebabkan zona sumber gempa potensial tetapi belum terjadi gempa besar dalam masa puluhan hingga ratusan tahun terakhir atau disebut dengan zona 'Seismic Gap'.
"'Seismic Gap' Megathrust Selat Sunda (M8,7) dan Megathrust Mentawai-Suberut (M8,9). Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata 'tinggal menunggu waktu' karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar," kata Daryono dalam keterangannya, Senin (12/8).
Selain adanya zona Seismic Gap', kata Daryono juga bisa disebabkan dengan adanya proses akumulasi di lempengan bumi sehingga menimbulkan tegangan/stress pada kerak bumi.
Tentunya bila terjadi gempa megathrust dipastikan terjadinya deformasi batuan skala besar. Di saat yang bersamaan juga tentunya juga berpeluang terjadi tsunami yang dahsyat.
"Karena setiap gempa besar dan dangkal di zona megathrust akan memicu terjadinya patahan dengan mekanisme naik (thrust fault) yang dapat mengganggu kolom air laut (tsunami)," ucap Daryono.