Longsor di Banjarnegara karena curamnya perbukitan
Longsor di Dusun Jemlung ini identik dengan longsor di Desa Sijeruk Kecamatan Banjarmangu pada tahun 2006 silam.
Kejadian longsor yang terjadi di Dusun Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar Banjarnegara Jawa Tengah yang terjadi beberapa waktu lalu identik dengan yang terjadi di Desa Sijeruk Kecamatan Banjarmangu pada tahun 2006 silam. Pernyataan tersebut dikemukakan Geolog Unsoed, Indra Permanajati
"Kejadian longsor kembali terjadi dengan tipe yang sama dengan kejadian longsoran di Desa Sijeruk, Kabupaten Banjarnegara 8 (delapan) tahun yang lalu, kala itu longsoran terjadi pada bulan Januari 2006. Kali ini terjadi di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karang Kobar, Kabupaten Banjarnegara," ucapnya.
Dia mengemukakan, longsor yang terjadi di Dusun Jemblung terjadi karena faktor geologis yang meliputi faktor geologis. Dia menyebutkan, curamnya perbukitan dengan lereng cembung berbentuk melingkar ke bawah menjadikan bukit di daerah tersebut rawan longsor.
"Secara ilmiah dapat dikaji kalau bentuk bukit tersebut sangat memungkinkan material bukit akan longsor karena tegangan-tegangan yang terjadi dalam lereng besar dan sangat mudah untuk longsor. Apalagi, pada musim hujan dengan bertambahnya berat tanah yang semakin mempercepat longsor terjadi," jelasnya.
Selain itu, jenis batuan di daerah tersebut termasuk material vulkanik yang berbahaya jika dalam keadaan lapuk. Menurutnya dalam keadaan lapuk tanah yang terbentuk dari pelapukan material vulkanik banyak mengandung lempung.
"Padahal lempung merupakan jenis material tanah yang akan mudah mengalami pemburukan sifat kalau terkena air. Pemburukan sifat lempung akan menjadi lembek dan menyebabkan tanah tidak mampu menahan beban dalam lereng, sehingga terjadi longsor seperti yang terjadi di Desa Jemblung," paparnya.
Material tanah lapuk yang menempel pada material kedap dan resisten bukit lele, menyebabkan air terakumulasi dan membentuk bidang gelincir yang selanjutnya diikuti longsoran. Lebih jauh, ia mengemukakan, longsoran di Dusun Jemblung mempunyai jenis luncuran debris yang kemudian terubah menjadi aliran debris.
Pada lokasi longsoran Indra mengamati adanya longsoran seperti terbelah dua. Ia memprediksi ada material yang resisten di tengah bagian bawah bukit, sehingga longsoran terbelah ke kanan dan ke kiri.
"Untuk Jalur yang kanan material menabrak dinding sungai yang di depannya sehingga membelok ke barat daya dan mengenai Dusun Jemblung. Sedangkan, untuk flow track yang kiri langsung mengenai pemukiman di Dusun Jemblung," paparnya.
Hingga kini, ia belum mengetahui jumlah volume longsoran, karena pengukuran belum dapat dilakukan pada sumber longsoran, mengingat lokasi masih dalam kondisi yang rawan.