Mahfud Minta Rektor PTN Keagamaan Berperan Aktif Bangun Kondusifitas Saat Pandemi
Mahfud juga menekankan pentingnya perguruan tinggi keagamaan dalam melakukan literasi dan edukasi pada masyarakat. Dia berharap, kampus bisa menjembatani masyarakat dalam menyampaikan kritik, aspirasi, maupun saran pada pemerintah.
Menko Polhukam, Mahfud MD, meminta para rektor perguruan tinggi keagamaan ikut aktif membangun kondusifitas kehidupan politik, hukum, dan keamanan di masa pandemi saat ini. Mahfud menilai, para rektor bisa lebih dekat dengan masyarakat sehingga bisa berinteraksi lebih baik.
"Para pimpinan perguruan tinggi keagamaan biasanya lebih dekat dengan masyarakat, memiliki interaksi yang lebih baik, karena itu peran pentingnya sangat diharapkan dalam memandu warga menghadapi suasana sulit di era pandemi ini," kata Mahfud.
-
Mengapa Mahfud MD dikabarkan mundur dari Menko Polhukam? Dia menilai, mundurnya Mahfud dari kabinet lantaran ingin fokus berkampanye dan mengikuti kontestasi di Pilpres 2024.
-
Apa yang dilakukan Mahfud Md selama menjadi Menko Polhukam? Selama menjabat sebagai Menko Polhukam, ada sejumlah gebrakan yang pernah dilakukan oleh Mahfud Md. Salah satunya, Menko Polhukam Mahfud Md membentuk tim gabungan pencari fakta (TGPF) untuk mengusut kasus Intan Jaya, Papua yang menewaskan empat orang, yakni warga sipil dan pendeta serta dua anggota TNI.
-
Siapa yang mengonfirmasi soal kabar pengunduran diri Mahfud MD? Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengaku belum mendapatkan informasi resmi terkait hal tersebut. Namun, dia mengaku mendengar kabar burung soal pengunduran diri Mahfud MD.
-
Siapa yang membantah pernyataan Mahfud MD? Hal ini pun dibantah langsung oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Hadi Tjahjanto.
-
Siapa yang menanyakan kepada Mahfud MD tentang sikapnya? Hal itu disampaikan Mahfud saat menjawab pertanyaan dari Maria Simbolon.
-
Apa alasan Mahfud Md memutuskan untuk mundur dari jabatan Menko Polhukam? Hari ini saya sudah membawa surat untuk presiden, untuk disampaikan ke presiden langsung tentang masa depan politik saya, yang belakangan ini menjadi perbincangan publik. Dan surat ini akan disampaikan begitu saya mendapat jadwal ketemu presiden. Tapi saya bawa terus karena memang surat ini begitu saya diberi waktu langsung saya ketemu langsung saya sampaikan surat ini," kata Mahfud dalam pernyataannya di Lampung, Rabu.
Permintaan itu dia sampaikan dalam acara dialog virtual bersama Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, bersama pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri-Swasta (PTKN-S), dikutip dalam keterangan pers, Sabtu (7/8).
Mahfud juga menekankan pentingnya perguruan tinggi keagamaan dalam melakukan literasi dan edukasi pada masyarakat. Dia berharap, kampus bisa menjembatani masyarakat dalam menyampaikan kritik, aspirasi, maupun saran pada pemerintah.
"Kadangkan kritik itu berputar-putar di bawah tak sampai ke atas. Karena mungkin birokrasinya atau karena mungkin pandeminya. Kadangkala kritik itu berputar di bawah padahal itu tidak benar."
"Itu sebabnya, kita perlu melakukan penguatan literasi dan edukasi pada masyarakat tentang apa yang sebenarnya harus kita lakukan, mana yang hoaks mana tidak," lanjutnya.
Terjadi Perpecahan di Masyarakat Soal Pandemi
Sementara itu, sejumlah rektor yang hadir dalam dialog tersebut mengakui terjadi keterbelahan di masyarakat akibat penggalangan opini, terutama di grup-grup percakapan dan media sosial. Apalagi, segelintir orang menggunakan argumentasi agama oleh pemimpin keagamaan, yang sejak awal tidak pro pada protokol kesehatan dalam penanggulangan Covid-19.
"Seringkali kita selaku pimpinan perguruan tinggi keagamaan itu merasa gamang untuk mengambil peran yang lebih tegas di tengah-tengah masyarakat karena keterbelahan masyarakat akibat dari penggalangan opini," ujar Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Masdar Hilmy.
"Karena itu, saya mengusulkan agar dilakukan dua peran, yaitu peran dalam tingkat gagasan yang dilakukan secara tertulis maupun ceramah keagamaan, lalu kedua adalah peran aksi, yaitu dengan memanfaatkan aset negara yang ada di perguruan tinggi," lanjut Masdar.
Pandangan senada disampaikan Rektor STFT Widyasasana, Malang, Armada Riyanto. Ia menyarakan agar pemerintah tidak terlalu menanggapi kritik yang justru akan menghabiskan energi dan berharap pemerintah fokus untuk penanggulangan Covid-19.
"Pemerintah menurut saya fokus saja, fokus terus dalam penanggulangan Covid dengan pengadaan alat kesehatan, obat, dan sebagainya. Tidak perlu menanggapi para antagonis dalam bidang politik maupun kebijakan publik," ujar Riyanto.
Diketahui selain diikuti oleh sekitar 900 pimpinan perguruan tinggi keagamaan di seluruh Indonesia, dialog virtual ini juga dihadiri oleh para eselon satu di Kemenko Polhukam dan Kementerian Agama, yaitu para dirjen, deputi, staf ahli, dan staf khusus menteri. Sehari sebelumnya, dialog yang sama juga digelar secara daring dan dihari 820 perguruan tinggi umum negeri dan swasta se-Indonesia.
Baca juga:
Jawab Rektor PTN dan PTS, Mahfud MD Tegaskan Pemerintah Tak Alergi Kritik
Rektor PTN & PTS ke Mahfud: Pemerintah Benahi Komunikasi Publik Penanganan Covid-19
Dialog Dengan Rektor se-Indonesia, Mahfud Klaim Kritik Tetap Dibutuhkan Meski Pandemi
Mahfud MD Diskusi dengan Dewan Pers dan Pemimpin Redaksi: Hindari Berita Sensasi
Mahfud MD Sebut Sejak Dulu Sudah ada Fenomena Seperti Akidi Tio
Mahfud Dorong Kolaborasi ASEAN untuk Pemulihan Pascapandemi Covid-19