Mandeknya pengusutan kasus penyiraman Novel Baswedan dinilai politis
Mantan pimpinan KPK Bambang Widjojanto menduga ada indikasi politis mandeknya pengungkapan kasus penyiraman terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan. Bambang beserta mantan ketua KPK Abraham Samad dan pegiat anti korupsi seperti Haris Azhar menyuarakan hal serupa.
Mantan pimpinan KPK Bambang Widjojanto menduga ada indikasi politis mandeknya pengungkapan kasus penyiraman terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan. Bambang beserta mantan ketua KPK Abraham Samad dan pegiat anti korupsi seperti Haris Azhar menyuarakan hal serupa.
"Ini bukan teknis tapi politis. Kalau teknis teman-teman kepolisian hebat, jangan-jangan politis yang kita lacak," ujar Bambang saat melakukan konferensi pers di gedung KPK, Jakarta Selatan, Selasa (31/10).
Dia beralasan 202 hari sejak insiden penyiraman air keras terhadap Novel berlalu tidak ada tanda-tanda akan terungkapnya kasus tersebut. Meski sejumlah pihak pernah dimintai keterangan oleh polisi terkait kasus tersebut. Pertemuan dwi mingguan antara KPK dan Polda Metro Jaya pun nihil hasil.
Atas fakta itu, imbuh Bambang, selaku orang yang pernah menjabat sebagai pimpinan KPK bersama sejumlah pegiat anti korupsi menyambangi gedung KPK untuk bertemu dengan pimpinan saat ini. Alasannya, agar pengusutan kasus tersebut tidak ditumpuk dengan rasa pesimis.
"Kami datang untuk tumbuhkan optimisme, kalau ada tantangan itu tidak akan lari," ujar Bambang.
"Dan kemampuan masyarakat sipil itu juga punya kompetensi yang dibutuhkan penyidik dan itu yang kami ingin tawarkan kami ingin berikan optimisme tanpa delegitimasi apa yang terjadi," imbuhnya mengakhiri konferensi pers.
Selain itu, Bambang juga mendesak agar pimpinan KPK saat ini berani mengambil sikap tegas dengan mengajukan permintaan pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kepada Presiden Joko Widodo.
Meski dalam kesempatan itu, ketua KPK, Agus Rahardjo tidak menyatakan secara resmi dan tegas menanggapi permintaan para pegiat anti korupsi.
"Kita ini collective collegial. Hasil collective collegial kita juga tidak tahu. Mungkin nanti banyak pimpinan yang mengubah sikap," ujar Agus.