Melawan Kepungan Gadget Lewat Perpustakaan Keliling Ala Penjual Cilok di Jombang
Cara yang dilakukannya pun cukup unik, yakni berkeliling jualan cilok sambil membawa sejumlah buku dalam satu rombongnya.
Prihatin dengan kondisi anak-anak zaman now yang cenderung teracuni permainan di gadget dari pada membaca buku, membuat seorang penjual cilok di Jombang, Jawa Timur, tergerak hatinya untuk memancing literasi anak-anak tersebut.
Cara yang dilakukannya pun cukup unik, yakni berkeliling jualan cilok sambil membawa sejumlah buku dalam satu rombongnya.
-
Apa yang ditemukan di dalam rumah tersebut? Tim penyelamat terkejut saat berhasil menggali dan mengumpulkan total 92 ular dalam dua kunjungan berbeda.
-
Kapan bahaya Gua Kematian terungkap? Bahaya dari gua kecil ini terungkap secara tidak sengaja saat pembangunan kompleks Recreo Verde sedang berlangsung.
-
Kapan remaja paling rentan terhadap kecanduan gadget? "Remaja adalah tahap perkembangan krusial di mana mereka mengalami perubahan signifikan dalam biologi, kognisi, dan kepribadian. Akibatnya, otak sangat rentan terhadap dorongan terkait kecanduan internet selama masa ini, seperti penggunaan internet yang kompulsif, keinginan untuk menggunakan mouse atau keyboard, dan mengonsumsi media," kata Max Chang, penulis utama studi ini.
-
Bagaimana cara mengatasi kecanduan gadget pada anak? Cara Mengatasi Kecanduan Gadget yang Dimiliki
-
Apa saja yang bisa dilakukan orang tua untuk mengatasi anak kecanduan gadget? Ampuh, Ini 6 Cara Mengatasi Anak Kecanduan Gadget yang Harus Diketahui Orangtua Tidak sedikit anak-anak zaman sekarang yang sudah kecanduan gadget sejak masih kecil. Bukan hanya untuk hiburan saja, gadget juga bisa dijadikan sebagai media edukasi. Namun, anak-anak zaman sekarang banyak yang tidak bisa lepas dari gadget. Terlebih sejak pandemi melanda dunia. Parahnya, mereka bisa menjadi tantrum apabila tidak memainkan gadget selama satu hari. Gadget sudah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak zaman sekarang. Anak juga menjadi lebih senang berdiam diri di rumah bermain gadget dibanding bermain bersama anak-anak lainnya di luar rumah.
-
Kenapa anak yang sering dibiarkan sendirian cenderung kecanduan gadget? Hal ini mungkin terdengar sederhana bagi sebagian orang. Akan tetapi penelitian telah membuktikan bahwa anak-anak yang sering kali dibiarkan sendirian lebih cenderung akan kecanduan gadget.
Langkah ini lah yang dilakukan oleh Mohammad Lutfan Efendi (29), warga Desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Pria yang juga aktif di organisasi Banser ini, mengaku sedih dengan kecanduan anak-anak zaman sekarang yang lebih banyak bermain gadget dari pada membaca buku.
Selain itu, ia juga prihatin, melihat banyak anak-anak sekarang yang lebih memilih duduk di warung berwifi, dari pada bermain yang banyak memanfaatkan olah tubuh.
"Saya sendiri pernah merasakan kecanduan game di gadget. Waktu itu masih ramai-ramainya permainan COC. Jadi saya tahu betul rasanya kecanduan gadget," tegasnya.
©2020 Merdeka.com/Erwin Yohanes
Dagangan Kena Imbas Game di Gadget
Tidak hanya melulu soal kecanduan gadget, namun tingkah laku anak-anak yang cenderung memilih bermain gadget, juga berimbas pada dagangannya. Sebelum masa adanya gadget semurah ini, masih banyak anak-anak yang mengerumuni dagangannya. Namun, pemandangan seperti itu kini jarang ditemuinya.
"Kalau sekarang, mereka beli langsung pergi. Banyak dari mereka yang memilih nongkrong di warung. Kalau dulu kan tidak, mereka biasanya masih menyempatkan untuk ngobrol dengan temannya disekitar rombong atau bermain di halaman orang yang luas," tambahnya.
Mendapati kenyataan itu, dirinya pun berpikir keras agar dapat mengalihkan perhatian anak-anak itu dari kebiasaan nongkrong di warung dan hanya bermain gadget saja. Apalagi, saat ini banyak dari anak-anak yang kurang minat bacanya.
Sehingga, pada 2016 ia pun memiliki keinginan untuk memulai rencananya tersebut. Banyaknya teman yang memiliki buku untuk dipinjamkan pun membuatnya bisa melaksanakan rencana tersebut.
Dari yang awalnya membawa sedikit buku bacaan dan bergambar, hingga sekarang yang sudah mulai bisa banyak dibawanya.
"Respon awalnya, anak-anak itu merasa senang sekali. Mereka bisa beli pentol, sekaligus membaca buku. Bahkan, saking senangnya, ada sempat pinjam tidak dikembali kembalikan sampai saya harus mencarinya sampai 5 hari lamanya baru ketemu," katanya.
Terobosan yang dibuatnya ini terus berbuah manis. Selain anak-anak yang semakin banyak yang suka, juga mulai ada perhatian dari pemerintah setempat. Hal ini dibuktikannya dengan dibukanya pintu kerjasama dengan dinas terkait, yang menaungi perpustakaan daerah.
"Saya dikasih tahu sama kepala dinasnya. Boleh pinjam buku dari perpustakaan daerah, sebanyak-banyaknya. Mereka welcome pokoknya," jelasnya.
Melihat antusiasme bocah-bocah itu untuk membaca buku, Lutfan mengaku, ke depan ia ingin memiliki perpustakaan mini di rumahnya. Ia akan memanfaatkan ruang tamunya untuk memajang buku-buku yang dimilikinya, dengan tujuan agar anak-anak disekitar rumahnya mau membaca buku.
"Kalau semakin banyak buku yang saya bawa kan gak mungkin nanti tertampung semua di rombong. Oleh karena itu, kedepannya saya ingin buat (perpustakaan mini) di rumah, di ruang tamu, supaya anak-anak sekitar itu bisa membaca," tukasnya.
(mdk/gil)