Menanti gebrakan Jenderal Gatot di tubuh TNI
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo diharapkan bisa mengisi kekurangan Moeldoko saat menjabat sebagai Panglima TNI.
Presiden Joko Widodo resmi melantik Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI menggantikan Jenderal Moeldoko. Pelantikan ini dilakukan berdasarkan Kepres nomor 49-TNI/2015, yang memberhentikan dengan hormat Jenderal Moeldoko sebagai Panglima TNI dan digantikan oleh Jenderal Gatot Nurmantyo.
Pengamat Inteligen Wawan Heri Purwanto menilai, banyak pekerjaan rumah yang menjadi tanggung jawab Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI pengganti Jenderal Moeldoko. Banyak sisi yang harus dibenahi Gatot untuk memajukan TNI.
"Alutsista, kesejahteraan TNI, kemampuan satelit, cyber work, perbatasan, SDM," kata Wawan kepada merdeka.com, Rabu (8/7).
Menurut Wawan, Gatot harus mampu meningkatkan kualitas prajurit TNI dari berbagai sisi, mulai dari kemampuan lapangan, kompetensi pengetahuan hingga pemahaman terhadap kemajuan teknologi. "Analis harus mampu menjangkau perencanaan jangka menengah dan panjang," imbuh Wawan.
Dari sisi persenjataan, Wawan mengatakan, Gatot harus mulai berpikir untuk melepaskan TNI dari ketergantungan terhadap persenjataan buatan luar negeri. TNI harus mulai berani memanfaatkan komponen-komponen alusista buatan dalam negeri.
Hal lain yang menjadi PR Gatot, menurut Wawan adalah kesejahteraan prajurit TNI. Remunerasi ini dinilai bisa menjadi pemicu semangat prajurit TNI untuk menjaga loyalitasnya di kesatuan masing-masing.
"Remunerasi dipercepat supaya tidak hanya 40 persen, kita ingin bisa maksimal 100 persen untuk semua jenjang, itu mudah-mudahan bisa lebih menggigit," tegas Wawan.
Terkait dengan maraknya pelanggaran batas wilayah NKRI yang sering dilakukan oleh negara-negara tetangga, Wawan menyatakan, di bawah kepemimpinan Gatot, TNI harus mampu memperkuat kemampuan pelacak sinyal. Peralatan pelacak frekuensi harus semakin tajam.
Tentu ini bukan hal mudah lantaran menyangkut anggaran. Peralatan-peralatan canggih yang dibutuhkan TNI dinilai mahal. Saat ini anggaran TNI dalam APBN sebesar Rp 120,6 triliun terbagi menjadi anggaran untuk TNI AD Rp 9,3 Triliun, AL Rp 17,4 Triliun, dan AU Rp 93,9 Triliun. Idealnya, menurut Wawan, anggaran untuk TNI dua kali lebih tinggi dari saat ini.
"Kalau mau ideal anggaran Rp 250 triliun, tapi kan kemampuan anggaran belum sampai, kita mau dorong sampai ke sana. Kalau sudah sampai ke sana tentu kita akan bisa lebih aman," tutup Wawan.
Gatot pun diharapkan bisa mengisi kekurangan Moeldoko saat menjabat sebagai Panglima TNI.
Sementara itu, setelah resmi menjabat sebagai Panglima TNI, Gatot sudah berjanji menjalankan dan mendukung program-program sesuai visi misi Presiden Jokowi membangun negara maritim.
"Yang pertama yang saya lakukan adalah saya melanjutkan apa yang sudah dikerjakan dan akan dikerjakan Pak Moeldoko. Karena TNI kan punya rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang," kata Gatot di Istana Negara, Jakarta, Rabu (8/7).
Selanjutnya, tambah dia, misi Presiden Jokowi untuk membentuk poros maritim internasional harus tetap menjadi prioritas utama. Tidak ada alternatif lain harus mengembangkan dan menguatkan TNI AL dan AU.
"Karena dengan demikian maka seluruh wilayah nusantara ini harus bisa terpantau, bisa diamankan dan apabila terjadi hal-hal yang emergency cepat kita bereaksi," jelas Mantan KSAD itu.
Gatot mengatakan, ke depan pihaknya akan menambah kapal selam dan sejumlah pesawat. Tak hanya itu, peralatan radar juga akan disiapkan untuk memantau keamanan semuanya.
"Karena dengan poros maritim internasional kan terbuka wilayah kita. Itu yang harus dilakukan. Detailnya nanti akan saya rapatkan dengan angkatan laut," ucapnya.
Selain itu, sebagai Panglima TNI baru Gatot berjanji akan melakukan diplomasi militer dengan negara-negara ASEAN. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan peran Indonesia di kancah Internasional.
"Pertama kali saya akan melakukan diplomasi militer dengan negara-negara ASEAN, agar negara-negara ASEAN bisa menjadi contoh bagaimana angkatan bersenjatanya itu bersinergi dengan baik. Kemudian mewujudkan situasi regional yang kondusif," jelas Gatot.
"Dengan demikian ekonomi akan berjalan. Latihan yang dilakukan selama ini adalah latihan antar negara, saya akan menyarankan gabungan antar negara ASEAN latihan bersama-sama. Sehingga prajurit yang terendah dan teratas selalu berinteraksi bersama," tutupnya.