Mendikbud Pastikan Asesmen Nasional 2021 Tak Evaluasi Semua Siswa
Aransemen Nasional, kata Nadiem guna mengetahui pencapaian sekolah dan kedudukannya di secara nasional maupun di daerahnya. "Untuk mengetahui di mana level sekolah ini dan apa yang harus dia perbaiki, itu suatu kemerdekaan," ucapnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim memastikan bahwa dalam Asesmen Nasional pengganti Ujian Nasional (UN) pada 2021 mendatang tak melibatkan semua siswa. Menurut Nadiem, pihaknya hanya akan mengevaluasi sekolah bukan seluruh murid. Artinya murid yang dievaluasi hanya sebagiannya saja.
"Program utama Merdeka Belajar adalah pertama kita harus memerdekakan siswa/siswi kita dari diskriminasi yang disebabkan tes terstandar, tapi yang sebenarnya dievaluasi itu sekolahnya. Jadi tak semua siswa mengambilnya, sampling saja dari beberapa tahun," kata Mendikbud dalam acara Indonesia Bicara yang disiarkan melalui kanal Youtube Media Indonesia pada Kamis (5/11).
-
Apa isi kalimat yang ditemukan di dinding makam itu? Kalimat itu membuat Agostini bertanya-tanya, terutama bagaimana bahasa Persia Pertengahan dapat ditemukan di wilayah Beit She’arim. bagi orang-orang Yahudi setelah pengepungan dan penghancuran Kota Yerusalem pada 70 Masehi. Banyak orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain datang ke wilayah itu. Beit She’arim pun menjadi tempat tinggal berbagai suku bangsa.
-
Kapan mumi Nesyamun hidup? Berkat teknologi pencetak tiga dimensi (3D) yang sangat canggih, para peneliti sekarang bisa merekonstruksi suara mumi Mesir kuno berusia 3.000 tahun.
-
Kapan Kapolda Kepri mencium istrinya? Kapolda Kepulauan Riau, Irjen Yan Fitri Halimansyah tertangkap kamera sedang mencium istrinya saat melantik ratusan calon anggota Polri di Polda Kepri.
-
Kapan Ridwan Kamil mencoblos? Hal itu ia sampaikan usai mencoblos surar suara di TPS 45, Jalan Gunung Kencana, Ciumbuleuit, Kota Bandung, Rabu (14/2).
-
Kapan makam tersebut ditemukan? Kemunculan makam tersebut berawal pada tahun 2022.
Aransemen Nasional, kata Nadiem guna mengetahui pencapaian sekolah dan kedudukannya di secara nasional maupun di daerahnya. "Untuk mengetahui di mana level sekolah ini dan apa yang harus dia perbaiki, itu suatu kemerdekaan," ucapnya.
Ukur Sistem Pendidikan
Mendikbud menegaskan bahwa Asesmen Nasional memang semestinya mengukur sistem pendidikannya. Bukan malah mengukur para siswa.
"Memang harusnya standar nasional, tes nasional yang sekarang berubah menjadi Asesmen Kompetensi Survei Karakter dan Lingkungan Belajar itu adalah tes yang harusnya mengukur sistem pendidikannya, bukan menghakimi muridnya. Itu memang menurut saya sudah kita koreksi dan tahun depan kita mulai," katanya.
Bukan Mau Anak-anak yang Jago Menghafal
Telah banyak terobosan yang ditelurkan Nadiem dalam satu tahun menakhodai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Menurutnya sejumlah langkah itu dilakukan demi mendapatkan anak-anak yang bisa produktif bagi masyarakat.
"Kita bukan mau anak-anak yang jago menghafal atau anak-anak yang jago dapat angka tinggi. Kita ingin anak-anak yang bisa produktif dan berkontribusi di apa pun bidang dia pada saat dia keluar dari sistem pendidikan kita," tegas dia.
Selama setahun ini, menurut Nadiem dirinya mengeluarkan sejumlah program guna mengasah produktivitas siswa. Sebut saya Merdeka Belajar di mana salah satu programnya ialah meniadakan Ujian Nasional (UN) dan menggantikannya dengan Asesmen Nasional.
Di perguruan tinggi, program andalan Nadiem adalah membebaskan mahasiswa untuk belajar di luar kelas selama satu semester. Dan itu tetap dihitung dalam kredit semester.
"Satu semester dia bisa melakukan proyek sosial, riset, magang di Industri, mengerjakan project entrepreneurship dan lain-lain. Ada berbagai macam kemerdekaan, guru-guru dimerdekakan dari RPP yang berpuluh-puluh halaman, hanya butuh satu halaman saja untuk menunjukkan rencana pembelajaran dia," papar Nadiem.
Berbagai program itu kata Nadiem tentu saja guna memicu produktivitas siswa kala mereka keluar dari lembaga pendidikan. Selain untuk mengasah kemampuan mereka dalam berkolaborasi.
"Itu beberapa kemerdekaan-kemerdekaan yang menurut kami dibutuhkan sistem pendidikan kita untuk mendorong profil pelajar Pancasila, yaitu terpenting adalah kemandirian, gotong royong dan kreativitas, bukan hanya pemecahan masalah yang terpenting, bukan hanya bernalar kritis tapi kemampuan untuk berkolaborasi dan bekerja sebagai group team dan berkreasi secara produktif di masyarakat," tegasnya.
Reporter: Yopi Makdori
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Mendikbud: Anak Indonesia Luar Biasa Cuma Sistem Kadang Tak Mengapresiasi Kreativitas
Kemendikbud akan Digitalisasi Sekolah Mulai 2021
Kemendikbud Akan Naikkan Dana BOS untuk Daerah 3T Pada 2021
Mendikbud Harap Kegiatan Belajar di 2021 Kombinasi antara PJJ dan Tatap Muka
Mendikbud: Teknologi Tak Mungkin Gantikan Guru