Menebak peta politik di Pilgub Jawa Timur
Bicara Pilgub Jawa Timur 2018 tak lepas dari nama Khofifah Indar Parawansa dan Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Sebab, dua tokoh terbaik Nahdlatul Ulama (NU) ini, menjadi tokoh sentral di isu Pilgub Jawa Timur.
Bicara Pilgub Jawa Timur 2018 tak lepas dari nama Khofifah Indar Parawansa dan Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Sebab, dua tokoh terbaik Nahdlatul Ulama (NU) ini, menjadi tokoh sentral di isu Pilgub Jawa Timur.
Lantas bagaimana dengan kandidat lain semacam Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, dan Bupati Banyuwangi Abdulah Azwa Anas? Apakah kedua kepala daerah dengan segudang prestasi baik nasional maupun internasional ini tidak layak maju Pilgub Jawa Timur?
Merujuk hasil survei beberapa lembaga riset seperti The Initiative Institut dan Surabaya Survey Center (SSC), memang selalu menempatkan Khofifah, Gus Ipul, Risma dan Anas di posisi empat besar sebagai kandidat kuat.
Lembaga The Initiative Institut misalnya. Survei yang digelar lembaga yang dimotori Airlangga Pribadi pada 15-30 Juni 2017 ini, menempatkan Khofifah dengan popularitas tertinggi.
Perempuan yang masih menjabat Menteri Sosial dan Ketum PP Muslimat NU ini berada di atas angin. Popularitasnya mencapai 91,1 persen. Disusul Gus Ipul (88,4 persen), Risma (68,1 persen) dan Anas (14,8 persen).
Di sisi elektabilitas, Khofifah harus mengakui keunggulan Gus Ipul. Kandidat yang masih menjabat wakil gubernur Jawa Timur ini berda di level 44,6 persen. Disusul Khofifah (37,3 persen), Risma (18,1 persen), dan Anas (4,4 persen).
Tak jauh beda dengan hasil survei yang dilakukan lembaga SSC periode 10-30 Juni 2017. Lembaga yang digawangi Mochtar W Oetomo ini juga menempatkan empat tokoh tersebut di urutan empat besar.
Namun persoalannya, Risma sudah menyatakan kalau dia tidak akan maju di Pilgub Jawa Timur. Dia juga tidak mendaftar di penjaringan partainya, yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Pun begitu dengan Anas. Meski ikut penjaringan via PDIP, dari hasil survei, dia hanya potensial maju sebagai wakil gubernur. Elektabilitas Anas sebagai Cawagub, mencapai 34,35 persen (The Initiative Institute), mengalahkan Musyaffa Noer, Budi Sulistyo, dan kandidat lain yang masing-masing tercecer di 19 persen.
Alhasil, nama Risma dan Anaspun mulai menjauh dari bursa bakal calon gubernur (Cagub). Sehingga menyisakan Khofifah dan Gus Ipul yang santer disebut-sebut sebagai calon kuat dan siap head to head di Pilgub Jawa Timur 2018.
Khofifah vs Gus Ipul
Di Pilgub Jawa Timur yang bakal menghadirkan 'pertarungan sengit' Khofifah dan Gus Ipul ini, Direktur SSC, Mochtar W Oetomo memiliki penilaian lain. Menurutnya dalam komunikasi politik dengan berbagai parpol, Gus Ipul cenderung bersifat terbuka dan verbal.
Gus Ipul selalu bersikap proaktif menjemput bola untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya dukungan parpol. Ini terlihat dari safari politiknya bersama Ketua DPW PKB Jawa Timur, Abdul Halim Iskandar pada Ramadan lalu.
"Istilah gaulnya, Gus Ipul cenderung bersikap 'mau mau mau' berkerja sama dengan parpol apapun. Sebaliknya, Khofifah bersikap cenderung 'malu malu mau'," kata Mochtar, Rabu (2/8).
Dengan berbagai pernyataan, lanjutnya, Khofifah kerap menyatakan masih check sound atau menyamakan frekuensi, serta menunggu waktu untuk deklarasi. "Sesungguhnya itu sikap Khofifah yang mau tak mau sangat mengharapkan dukungan lintas parpol."
"Tapi dengan menunda-nunda deklarasi terbuka, Khofifah juga sekan-akan bersikap hati-hati dan selektif memilih partai pengusungnya. Dengan keterbatasannya sebagai Mensos, Khofifah cenderung malu-malu tapi mau," ungkap Mochtar yang juga pengajar di Universitas Trunojoyo Madura ini.
Lebih lanjut, Mochtar mengungkapkan, bahwa kedua model sikap politik yang berlawanan tersebut, sesungguhnya sama-sama mengandung resiko. Gus Ipul yang terlalu verbal bisa dipersepsikan publik sebagai ingin mendominasi semua parpol.
"Ini mengandung resiko. Gus Ipul akan menjadi pihak tertuduh dalam mengupayakan wacana calon tunggal. Di siai lain dengan ikut mendaftar ke Demokrat, sementara di siai lain sudah pasti diusung PKB," katanya.
Kalau tidak hati-hati, kembali dia menganalisa, Gus Ipul bisa menciptakan suasana yang tidak nyaman antara Demokrat dan PKB, manakala masing-masing partai ingin menjadi leader dalam mengusung Gus Ipul.
"Sebaliknya sikap Khofifah yang malu malu mau itu kalau terlalu lama dipelihara bisa membuat parpol menjadi jengah karena merasa digantung dan tidak dihargai," tandasnya.
Baca juga:
Khofifah tak ikut penjaringan Pilgub Jatim 2018 via Demokrat
PKB sebut rekomendasi Gus Ipul untuk Pilgub Jatim di tangan Cak Imin
Gus Ipul kembalikan formulir cagub ke Demokrat di jelang penutupan
Khofifah salah satu cagub Jatim yang direkomendasikan DPD Gerindra
Golkar siapkan Misbakhun dan Adies Kadir jadi Cawagub Jatim
-
Apa yang akan dilakukan Khofifah di Pilgub Jatim? Ketua Tim Kampanye Daerah Jawa Timur Prabowo-Gibran, Khofifah Indar Parawansa menyatakan akan kembali mengikuti kontestasi pemilihan gubernur (pilgub) Jawa Timur 2024.
-
Siapa saja yang mendukung Khofifah di Pilgub Jatim? PAN, Gerindra, Golkar, dan Demokrat menyatakan kesiapannya untuk mendukung Khofifah di Pilgub Jatim.
-
Kapan Khofifah memutuskan untuk ikut Pilgub Jatim? Ketua Tim Kampanye Daerah Jawa Timur Prabowo-Gibran, Khofifah Indar Parawansa menyatakan akan kembali mengikuti kontestasi pemilihan gubernur (pilgub) Jawa Timur 2024.
-
Siapa yang ikut mendampingi Yunifah Ismawati? Oki Setiana Dewi, sebagai pendiri yayasan tempat Yunifah Ismawati belajar, ikut mendampingi ibunya dengan penuh kebanggaan.
-
Siapa Rajif Sutirto? Rajif Sutirto dikenal luas sebagai Ketua Umum Relawan Konco Prabowo. Ia juga tergabung dalam partai milik Prabowo, yaitu Gerindra.
-
Apa yang Yusuf Mannagalli Parawansa lakukan saat kuliah? Ia tak malu memasang rengkek di motornya demi membawa barang dagangannya.