Menengok Kesiapan Fasilitas dan Nakes Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19 Akibat Omicron
Data Kementerian Kesehatan 10 Januari 2022, total kasus Omicron di Tanah Air menembus 506 orang.
Kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat sejak awal Januari 2022. Seiring merebaknya varian 1.1.529 atau lebih dikenal dengan Omicron. Data Kementerian Kesehatan 10 Januari 2022, total kasus Omicron di Tanah Air menembus 506 orang.
Tenaga kesehatan mempersiapkan diri menghadapi lonjakan kasus Covid-19 dampak varian Omicron. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia ( PB IDI) melakukan rapat koordinasi dengan seluruh cabang dan wilayah untuk bersiap siaga.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Bagaimana cara mencegah Covid Pirola? CDC menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari virus ini karena masih belum jelas tentang seberapa pesat varian ini dapat menyebar. Untuk itu, sebagai tindakan pencegahan masyarakat diminta untuk melakukan hal berikut:⢠Dapatkan vaksin Covid-19.⢠Jalani tes Covid.⢠Cari pengobatan jika Anda mengidap Covid-19 dan berisiko tinggi sakit parah⢠Jika Anda memilih untuk memakai masker, kenakan masker berkualitas tinggi yang pas di hidung dan mulut.⢠Tingkatkan ventilasi udara.⢠Selalu mencuci tangan usai beraktivitas.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Bagaimana Echovirus 11 bisa menyebar? Sebagian besar echovirus menyebar melalui kontak dengan kotoran. Bayi baru lahir bisa mendapatkan virus selama kelahiran dari ibu mereka. Virus mungkin tidak menimbulkan gejala apa pun pada saluran pencernaan, tetapi dapat menyebabkan infeksi berbahaya pada seseorang dengan sistem kekebalan yang lemah atau yang kekebalannya kurang berkembang.
-
Di mana virus Oropouche biasanya ditemukan? Virus Oropouche (OROV) adalah anggota keluarga Peribunyaviridae, yang menyebabkan penyakit demam Oropouche pada manusia. Virus ini terutama ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah.
"PB IDI monitoring terus," kata Ketua Umum IDI, Daeng M Faqih, kepada merdeka.com, Kamis (13/1).
Daeng menjelaskan, setelah kasus Omicron terdeteksi pertama kali di Indonesia, PB IDI mengeluarkan surat perintah organisasi. Surat ditujukan kepada seluruh dokter Indonesia, Ketua IDI Cabang, Ketua IDI Wilayah, Ketua Perhimpunan, dan Ketua Keseminatan.
Dalam surat tersebut, ada sembilan hal yang ditekankan PB IDI. Di antaranya, meminta dokter meningkatkan kewaspadaan dan siaga menghadapi kemungkinan adanya lonjakan kasus.
Termasuk mendorong diberlakukan kembali triase dengan benar atau sempurna di fasilitas pelayanan kesehatan. Triase tidak hanya didasarkan pada pengukuran suhu tubuh saja, namun juga dari anamnesis gejala-gejala yang lain.
Berbeda dengan varian lain sebelumnya, gejala utama Omicron bukan demam. Gejala yang banyak ditemukan pada pasien terinfeksi Omicron adalah batuk, lelah (fatique), sakit tenggorokan, selesma atau hidung meler (runny nose/rhinore), hidung tersumbat, sakit kepala, demam, mual, muntah, diare, sesak nafas, anosmia, dan agesia.
Kemudian, PB IDI meminta dokter segera mendapatkan vaksinasi covid-19, termasuk suntikan ketiga. Suntikan ketiga dapat diberikan baik dengan vaksin homolog maupun heterolog, sesuai dengan ketersediaan vaksin.
Bagi yang belum mendapatkan vaksinasi dianjurkan untuk membatasi atau menghindari kegiatan yang berisiko tinggi, termasuk praktik. Melakukan praktik tanpa vaksinasi akan membahayakan diri sendiri, pasien dan masyarakat. Bagi dokter yang kondisinya tidak layak vaksin, bila terpaksa melakukan kegiatan sebagai dokter perlu proteksi tambahan, misalnya hazmat.
Selanjutnya, dokter harus tetap menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin yang ketat. Selain itu, PB IDI meminta dokter memakai alat pelindung diri (APD) sesuai pedoman yang berlaku saat melakukan tugas profesional.
Terutama lebih dianjurkan menggunakan masker N95, bila tidak tersedia, dapat menggunakan KN95. Bila keduanya tidak tersedia, masih diperkenankan memakai masker bedah. Masker wajib digunakan dengan benar, menggunakan goggle atau faceshield dan gown, serta enggunakan hazmat bila melakukan tindakan.
Selain itu, dokter harus melaksanakan cuci tangan dengan sabun secara benar sesering mungkin pada saat melakukan kegiatan profesional. Menjalankan pemeriksaan swab rutin, swab antigen atau PCR, setiap dua minggu sekali.
Apabila melihat timbulnya klaster baru Covid-19, dokter segera melaporkan. Temuan kluster baru perlu dilanjutkan dengan Whole Genom Sequensing (WGS), setelah PCR.
Anjuran kasus terkonfirmasi Covid-19 yang wajib dilakukan WGS bila ada riwayat perjalanan dari luar negeri dalam 14 hari sebelumnya, ada riwayat kontak dengan orang terinfeksi Omicron, kasus suspek dan ada riwayat kontak dengan orang yang pulang dari luar negeri dalam 14 hari terakhir.
Kemudian, bila muncul klaster baru dalam jumlah besar, ada kegagalan terapi, penyintas yang kemudian tertular kembali, dan bila menggunakan PCR yang non-S GenTarget Failure (SGTF), maka WGS dikirim berdasarkan kriteria Litbangkes.
Bila menggunakan PCR yang SGTF, maka tetap dilanjutkan dengan WGS. Terakhir, PB IDI meminta penatalaksana pasien terkonfirmasi maupun suspek Covid-19 sesuai dengan pedoman yang ada. Daeng mengatakan, perintah ini masih berlaku hingga saat ini.
Persiapan Fasilitas Kesehatan
Sejalan dengan tenaga kesehatan, pemerintah juga menyiapkan fasilitas kesehatan, oksigen, hingga obat untuk mengantisipasi lonjakan kasus akibat Omicron. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, saat ini sudah ada 80.000 tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19.
Namun, 3.000 tempat tidur di antaranya sudah diisi pasien Covid-19. Rencananya, pemerintah akan menambah tempat tidur di rumah sakit menjadi 150.000.
"Kita masih bisa meningkatkan jumlah tempat tidur rumah sakitnya ke angka 150.000," kata Budi, Selasa (11/1) malam.
Budi menyebut, pemerintah juga sudah menyiapkan obat Covid-19 Molnupiravir produksi Merck sebanyak 400.000 tablet dan protokol kesehatan baru untuk perawatan pasien di rumah sakit. Sejalan dengan itu, pemerintah sudah mendistribusikan lebih dari 16.000 oksigen generator ke seluruh fasilitas kesehatan dan memasang lebih dari 36 oksigen konsentrator di rumah sakit.
Menurut Budi, kemungkinan kasus Omicron akan meningkat cepat dan banyak. Berdasarkan penelitian, sebanyak 30 sampai 40 persen pasien Covid-19 masuk rumah sakit.
Dilihat dari karakteristiknya, Omicron memiliki tingkat penularan sangat cepat. Namun, gejala yang ditimbulkan relatif lebih ringan.
"Tapi kita harus tetap waspada dan hati-hati. Kita harus siaga dan tidak perlu panik karena kasus yang masuk rumah sakit jauh lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya," ucapnya.
Tiga Cara Hadapi Omicron
Mantan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini mengatakan sebetulnya cara menghadapi Omicron sama seperti varian lainnya. Pertama, menjalankan protokol kesehatan dengan ketat, terutama menggunakan masker.
Kedua, memperketat surveilans. Jika warga merasakan kondisi tubuhnya tidak sehat, harus segera melakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Ketiga, segera mengikuti vaksinasi Covid-19.
"Terutama orang tua kita, para lansia yang belum divaksin, harus segera divaksin. Mereka adalah orang-orang yang harus kita lindungi karena merupakan faktor yang paling lemah untuk masuk ke rumah sakit," katanya mengakhiri.
(mdk/ray)