Menengok Pengelolaan Sampah di Muncar, Sehari Jual Hingga Tiga Ton
Sampah-sampah yang dikelola warga di Tempat Pengelolaan Sampah Sementara (TPST) di Desa Tembokrejo, Muncar sebelumnya hanya bisa mengelola limbah skala rumah tangga beberapa kwintal, sekarang sudah bisa mencapai 3-4 ton per hari.
Kawasan pesisir Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi yang dulu terkenal dengan bau limbah dan sampah-sampah berserakan, kali ini sudah mulai berkurang.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bersama perusahaan B-Corp Syatemiq yang berkantor di Jerman dan Inggris selama setahun terakhir telah membantu pengelolaan sampah di Muncar.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Apa penghargaan yang diraih Banyuwangi? Diserahkan Presiden RI Joko Widodo kepada Bupati Ipuk Fiestiandani di Istana Negara, Kamis (31/8/2023), Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Terbaik 2022 se-Jawa dan Bali.
Sampah-sampah yang dikelola warga di Tempat Pengelolaan Sampah Sementara (TPST) di Desa Tembokrejo, Muncar sebelumnya hanya bisa mengelola limbah skala rumah tangga beberapa kwintal, sekarang sudah bisa mencapai 3-4 ton per hari.
"Sampah yang masuk ke TPST Tembokrejo sekarang sudah bisa diolah sampai 3-4 ton per hari dengan penghasilan sampai Rp 13 juta. Kalau dulu sebelum ada pendampingan hanya sekitar Rp 2 juta penghasilannya," kata Koordinator Bisnis Development PT Systemiq, Saiful saat ditemui di TPST Tembokrejo, Jumat (19/4).
Rumah-rumah di kawasan TPST saat ini juga tampak tersedia tong sampah berwarna kuning dan hijau. Kedua tong sampah tersebut untuk membedakan mana untuk sampah organik dam unorganik.
"Sekarang seluruh masyarakat Tembokrejo sudah ikut serta dalam pemilahan sampah, mencakup 3.214 rumah, dari sebelumnya sekitar 400 rumah," ujarnya.
TPST Tembokrejo sendiri dikelola secara mandiri melibatkan warga desa di bawah naungan Bumdes. Saat ini TPST telah menyerap hingga 80 pekerja, mulai dari pengumpulan sampah di rumah rumah warga, pengangkutan hingga pemilahan di tingkat TPST.
"Total ada 80 pekerja, pekerja dari luar 36, di sini 44. Nanti di kawasan Pantai Satelit, sekolahan, dan beberapa RW akan ada bank sampah," katanya.
Saiful mengatakan, hasil penjualan sampah di TPST sudah meluas di kawasan Jawa Timur hingga Jawa Tengah. Hal ini membuat nilai tawar penjualan sampah bisa semakin tinggi karena banyaknya pilihan.
"Dulu sebelum didampingi jualnya hanya ke satu tempat saja, sehingga tidak bisa menentukan harga. Sekarang sudah bisa menentukan harga karena banyak pilihan tempat menjual. Ada 20-an tempat mulai ke Surabaya, Pasuruan, Mojokerto, sampai Jawa Tengah," katanya.
Saat ini dari pendapatan penjualan sampah yang mencapai Rp 13 juta per harinya, pihaknya menargetkan bisa mencapai Rp 24 juta ke depannya, melihat potensi volume sampah di Muncar yang masih tinggi.
"Target kami per hari bisa Rp 22-24 juta, karen volume sampah di Muncar secara keseluruhan per hari bisa 43,7 ton," ujarnya.
Dari banyaknya sampah di Muncar, rata rata didominasi sampah plastik sekali pakai, kardus, pampers, styrofoam, hingga limbah tekstil.
"Semua kami ambil kecuali pampers dan styrofoam, itu tidak laku," ujarnya.
Sementara itu, Hasyim (50) salah satu pekerja TPST Tembokrejo mengaku senang dengan pengelolaan sampah di desanya. Sebelum bergabung dengan TPST Tembokrejo Hasyim hanya kerja serabutan di rumahnya.
"Semua tambah bersih, lingkungan senang, saya sudah 9 bulan gabung di sini," kata Hasyim.
Hasyim bertugas sebagai penjaga mesin penggiling sampah organik. Sampah-sampah yang masuk ke TPST terlebih dahulu dipilah dengan mesin conveyor dua kali, kemudian dipilah ulang dengan bantuan manusia.
"Nanti kalau sudah dipilah, sampah plastiknya dipress, kemudian siap ditimbang untuk dijual. Yang paling banyak plastik. Ada 12 jenis sampah plastik, kasar, halus, bening, tipis, tebal, beda beda harganya," ujarnya.
(mdk/hhw)