Mengaku sering ritual topo, Sutarto tak ingin warga menirunya
"Dulu sudah lama sekali saya pernah 3 hari topo ngluweng. Saya juga sering tirakat di puncak Gunung Lawu," kata Sutarto.
Masyarakat Karanganyar, Solo dibuat terperanga oleh aksi Sutarto (55), warga Kebaksari, Desa Kebak, Kecamatan Kebakkramat, Karanganyar, Jawa Tengah. Dia nekat mengubur diri selama 5 hari di pekarangan rumahnya.
Aksi yang dia sebut sebagai topo ngluweng atau topo pendem tersebut dilakukan untuk mendoakan anak cucunya agar selamat, bahagia dan sejahtera dunia akhirat.
Ritual topo pendhem yang menggegerkan warga tersebut, bukan kali pertama dilakukan Sutarto. Dia mengaku pernah melakukan hal yang sama belasan tahun lalu. Namun saat itu dia hanya mengubur dirinya selama 3 hari di pekarangan yang ada di samping rumah.
"Dulu sudah lama sekali saya pernah 3 hari topo ngluweng. Saya juga sering tirakat di puncak Gunung Lawu. Saat melakukan ritual itu, saya sesekali duduk kalau sudah capek. Kadang juga slonjor. Di dalam liang rasanya panas dan sumuk (gerah). Tapi harus saya lakoni (lakukan) demi mendoakan anak dan cucu, biar diberi keselamatan dan kebahagiaan," ujar Sutarto, saat ditemui wartawan, Rabu (10/12).
Meski telah 2 kali melakukan topo ngluweng dan sejumlah ritual lainnya, Sutarto tak ingin, keluarganya atau tetangga dan warga lainnya meniru aksinya tersebut. Bagi dia manusia memang memiliki cara sendiri untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Saya selalu mewanti-wanti agar anak cucu saya dan orang lain tidak meniru yang saya lakukan," pungkasnya.