Menghormati yang tak puasa, kenapa tidak?
Ahmad menjelaskan pada dasarnya masyarakat sudah mengetahui dan paham dengan kebiasaan di Bulan Ramadan.
Setiap agama memiliki hari-hari besar sebagai bentuk tradisi dari ajarannya masing-masing. Seperti umat Islam yang merayakan Bulan Ramadan dengan berpuasa penuh selama satu bulan.
Sudah menjadi kebiasaan bagi umat non muslim atau yang tidak berpuasa untuk menghormati orang-orang yang berpuasa. Namun, Menteri Agama justru memberi pernyataan bahwa umat muslim juga harus menghormati orang yang tidak berpuasa.
Pernyataan tersebut muncul atas permintaan dari Agung Prasetyo Utomo, melalui akun twitternya @agungprasetyo_u, yang meminta agar sekalian saja warung-warung ditutup. Lukman mengimbau agar tak ada pihak yang memaksa agar warung-warung ditutup selama berlangsungnya bulan Ramadan.
"Warung-warung tak perlu dipaksa tutup. Kita harus hormati juga hak mereka yang tak berkewajiban dan tak sedang berpuasa," demikian seperti dari akun Twitter Lukman Hakim, @lukmansaifuddin, Senin (8/6).
Lukman bersikukuh bahwasanya dengan membiarkan warung-warung tetap buka, akan memudahkan pemeluk agama lain. Islam harus menjadi agama yang toleran. Sejauh ini penutupan paksa terhadap warung-warung di bulan puasa merupakan tindakan sepihak yang dilakukan ormas berbau islami.
Seorang tokoh keagamaan, Ustaz Ahmad berpendapat Lukman sebenarnya memiliki maksud yang baik. Dengan mengajak seluruh umat saling menghormati, sama saja dengan meningkatkan toleransi di Indonesia.
"Mungkin maksudnya baik, toleransi itu kan memang diharuskan oleh semua umat. Orang-orang yang puasa pasti mengikuti ketentuan Allah dan juga melaksanakan perintah rasulnya," kata Ahmad ketika dihubungi merdeka.com, Sabtu (20/6).
Meski begitu, pria yang juga merupakan Dosen Kehutanan di Institut Pertanian Bogor ini menilai kalimat yang digunakan oleh Lukman itu salah. Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa pernyataan tersebut mendapat banyak kecaman di berbagai kalangan.
"Ya mungkin saat itu dia keseleo, jadi kata-katanya begitu. Seharusnya bisa lebih disampaikan dengan baik agar tidak memunculkan persepsi yang salah di mata masyarakat," imbuhnya.
Terlepas dari itu, Ahmad menjelaskan pada dasarnya masyarakat sudah mengetahui dan paham dengan kebiasaan di Bulan Ramadan. Sehingga tanpa diberitahu, setiap umat beragama akan menjaga toleransi mereka.
Salah satunya, rumah makan diperbolehkan untuk tetap buka dengan syarat harus ditutup kain. "Kalau rumah makan itu buka, harus melihat sikon. Jangan vulgar lah, jangan terbuka. Bisa juga ditutup pakai kain atau tirai," pungkasnya.