Menkes Selidiki Penyebab Kematian Dokter Mawar di Nabire Papua
Jasad dr Mawartih ditemukan dalam kondisi mulut berbusa dan ada luka lebam.
Kematian dokter spesialis paru di rumah dinasnya di Nabire, Papua Tengah, Mawartih Susantiy menjadi perhatian Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. Jasad dr Mawartih ditemukan dalam kondisi mulut berbusa dan ada luka lebam.
Budi menyampaikan duka cita atas meninggalnya dokter spesialis paru satu-satunya di Kota Nabire, Papua Tengah tersebut. Budi memastikan kepada keluarga dr Mawartih, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan melakukan penyelidikan secara transparan.
-
Kapan Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
-
Kapan Gege meninggal? Joe atau Juhana Sutisna dari P Project mengalami duka atas meninggalnya putra kesayangannya, Edge Thariq alias Gege, pada pertengahan Mei 2024.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Siapa Serda Adhini? Serda Adhini telah menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapinya. Ia telah menjalani pendidikan khusus pramugari RI 1 di Garuda Indonesia Training Center selama 3 bulan Prestasinya di dunia pertahanan dan keamanan negara telah mendapat banyak pujian dari netizen.
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
"Pemerintah dalam hal ini, Kemenkes akan bekerja sama dengan kepolisian untuk memastikan bahwa penelitian dilakukan dengan transparan, terbuka, tidak ada yang ditutup-tutupi mengenai kasus ini," ujarnya saat mendatangi rumah duka di Jalan Malengkeri 2 Makassar, Senin (13/3).
Meski demikian, Budi mengaku membutuhkan waktu untuk mengungkap kematian dr Mawartih. Budi juga mengaku sudah mendapatkan data hasil sementara autopsi jasad dr Mawartih.
"Hasil autopsinya sudah saya ambil. Tapi masih menunggu beberapa hasil laboratorium lagi," kata dia.
Meski demikian, Budi enggan mengungkapkan hasil autopsi karena hal tersebut merupakan ranah keluarga dan kepolisian. Meski demikian, Budi menegaskan kasus ini akan dibuka secara transparan.
"Rasa itu wewenang kepolisian untuk bisa mengumumkan (hasil autopsi). Tapi jaminan dari saya, bahwa ini akan dibuka secara transparan, karena itu juga diminta keluarga," tegasnya.
Rencananya, Budi akan bertemu dengan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono. Pertemuan tersebut untuk membahas soal keselamatan tenaga kesehatan (nakes) yang bertugas di Papua.
"Jadi nanti kembali dari sini, saya harus ketemu juga dengan Pak Kapolri dan Panglima TNI, agar bagaimana kesehatan masyarakat harus kita jalankan dengan adil dan merata. Selain itu, harus disertai dengan jaminan keamanan yang baik bagi tenaga-tenaga kesehatan, demikian dokter-dokternya," bebernya.
Sementara Ketua Perhimpunan Dokter Paru (PDPI) Papua, dr Hendra Sihombing mengaku menemukan adanya kejanggalan kematian dr Mawarti di Nabire, Papua Tengah. Ia mengaku prihatin atas kematian dr Mawarti yang merupakan satu-satunya dokter spesialis paru-paru.
"Jadi kami sangat prihatin atas kejadian tersebut, yang laporan-laporan itu ada ketidakwajaran. Jadi kita masih menunggu hasl autopsi resmi dari pihak kepolisian," ujarnya.
Hendra berharap hasil visum dan autopsi dr Mawarti bisa segera dirampungkan agar bisa menentukan langkah-langkah selanjutnya. Apalagi informasi ia dapatkan, terdapat luka lebam dan juga mulut berbusa.
"Yang saya dapatkan seperti itu, ada lebam. Bahkan pihak keluarga juga menyampaikan badan, bagian punggung belakang biru-biru, dan ada jejak di bagian leher, tulang rusuk patah," kata dia.
"Namun demikian, kita masih menunggu hasil resmi dari autopsi pihak kepolisian," tegasnya.
Hendra berharap kepolisian dan TNI bisa memberikan keamanan bagi tenaga kesehatan dan dokter spesialis yang bertugas di Papua. Ia juga mengajak dokter paru-paru yang bertugas di Papua untuk tetap bekerja melayani masyarakat.
"Saya berharap, sebagai Ketua PDPI cabang Papua, sangat berharap kepada aparat penegak hukum, ntuk segera menyelesaikan kasus ini, dengan titik terang penyelesaian terbaik dan pelaku segera ditangkap dan diproses sesuai dengan UU dan hukum berlaku di NKRI," tuturnya.
"Saya juga mengimbau, teman-teman supaya tetap bekerja di Papua. Dan perlindungan keamanan, karena bagaimana seseorang bisa dapat bekerja dengan baik, kalau situasi di tempat tersebut tidak memberikan kondusif," pungkasnya.
(mdk/tin)