Menko PMK: Pendidikan harus bisa membentuk pribadi yang berkarakter
Pemerintah berkomitmen membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang baru.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani menyatakan, upaya mencerdaskan kehidupan bangsa bukanlah sekedar kecerdasan dalam hal kepintaran dalam ilmu pengetahuan, melainkan juga kecerdasan yang dalam pengembangan kebudayaan.
Untuk itu menurutnya, mencerdaskan kehidupan bangsa adalah pembangunan karakter bangsa atau Nation and Character Building, seperti yang sering digelorakan oleh Bung Karno pada HUT RI, 17 Agustus 1966.
"Bahwa membangun suatu negara, membangun ekonomi, membangun teknik, membangun pertahanan, adalah pertama-tama dan pada tahap utamanya, membangun jiwa bangsa. Tentu saja keahlian adalah perlu," kata Puan dalam seminar 'Mencerdaskan Kehidupan Bangsa' yang digelar Komisi X Fraksi PDIP di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (26/4).
"Tetapi keahlian saja tanpa dilandaskan pada jiwa yang besar, tidak akan dapat mungkin mencapai tujuannya. Inilah perlunya sekali lagi mutlak perlunya Nation and Character Building," sambung dia.
Mantan anggota Komisi I DPR ini menuturkan, dalam konteks pembangunan karakter bangsa inilah, maka proses pendidikan diharapkan dapat membentuk kualitas pribadi dan warga negara yang berkarakter.
"Yaitu manusia Indonesia yang mendasarkan cipta, rasa, karsa dan karya, berlandaskan pada kepribadian dan kebudayaan Indonesia, Pancasila dan semangat gotong royong," tutur dia.
Puan berujar, membangun mempunyai arti yang sangat luas yang melingkupi segala bidang kehidupan negara dan masyarakat.
"Membangun dalam bidang ekonomi, dalam bidang politik dan sosial, dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, dan yang tidak kurang pentingnya dalam bidang spiritual, guna mencapai penghidupan yang berbahagia bagi seluruh rakyat Indonesia yang telah digariskan dalam pembukaan UUU 1945," Puan menandaskan.
Dalam kesempatan tersebut, Puan juga menyampaikan saat ini pemerintah berkomitmen membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang baru. Hal tersebut dilakukan dengan pembangunan infrastruktur di beberapa daerah baik jalur darat, laut maupun udara yang tengah berjalan.
"Pemerintah berkomitmen membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru dengan pembangunan infrastruktur pelabuhan, bandara, jalan tol, jalur kereta api, bendungan, pembangkit listrik yang sedang dilakukan secara masif," kata Puan.
Agar program tersebut bisa berjalan berkesinambungan, Puan menuturkan harus adanya pelatihan tambahan serta perhatian lebih khusus bagi pelajar yang mengambil bidang kejuruan baik tingkat sekolah menengah maupun selolah tinggi. Hal tersebut ditujukan, agar para penerus bangsa bisa siap menghadapi lapangan pekerjaan yang terus disediakan oleh pemerintah.
"Semua itu memerlukan ketersediaan tenaga kerja terampil. Oleh karena itu, ke depan kita perlu memberikan perhatian dan penguatan yang lebih kepada pendidikan kejuruan, vokasi dan Politeknik," ujar dia.
Puan menuturkan, melalui Program Indonesia Pintar (KIP), pemerintah bertekad untuk mewujudkan wajib belajar 12 tahun dan memberikan akses kepada anak usia sekolah dengan diberikannya KIP.
"Pada tahun 2016 ini, KIP akan diberikan kepada 19,3 juta anak usia sekolah dengan rincian 17,9 juta KIP di Kemendikbud dan 1,4 juta KIP di Kemenag," tutur Puan.
Menteri asal PDIP ini menyebutkan, setiap tahun ada tidak kurang 1,3 juta lulusan SMK dan 70 ribu lulusan Politeknik. Mereka inilah yang harus diberikan afirmasi, melalui retooling bekerjasama dengan industri dan Balai Latihan Kerja (BLK) ataupun STP Science and Techno Park (STP) agar memiliki ketrampilan yang cukup.
"Melalui cara gotong royong ini maka investment on human capital akan memberikan hasil yang nyata," pungkas Puan.