Menristekdikti: Tugas rektor pantau medsos mahasiswa, cegah radikalisme masuk kampus
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir meminta para rektor pro aktif mencegah masuknya paham radikalisme ke lingkungan kampus. Salah satunya dengan memantau medsos mahasiswa.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir meminta para rektor pro aktif mencegah masuknya paham radikalisme ke lingkungan kampus. Ini ditegaskan mengingat akhir-akhir paham radikalisme kian menyebar luas di Indonesia, tak terkecuali di kampus-kampus.
"Sebab, masuknya paham radikal di lingkungan perguruan tinggi, jelas akan mendistruksi terhadap mutu pendidikan tinggi," ujar dia di Pamekasan, seperti dilansir Antara, Senin (11/6).
-
Bagaimana peran Ditjen Polpum Kemendagri dalam menangani radikalisme dan terorisme? Ketua Tim Kerjasama Intelijen Timotius dalam laporannya mengatakan, Ditjen Polpum terus berperan aktif mendukung upaya penanganan radikalisme dan terorisme. Hal ini dilakukan sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme Tahun 2020-2024.
-
Kenapa Ditjen Polpum Kemendagri menggelar FGD tentang penanganan radikalisme dan terorisme? Direktorat Jenderal (Ditjen) Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menggelar Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka Fasilitasi Penanganan Radikalisme dan Terorisme di Aula Cendrawasih, Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jawa Tengah, Rabu (23/8).
-
Bagaimana cara mencegah tindakan terorisme? Cara mencegah terorisme yang pertama adalah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengetahuan tentang ilmu yang baik dan benar ini harus ditekankan kepada siapa saja, terutama generasi muda.
-
Apa tujuan dari FGD tentang penanganan radikalisme dan terorisme yang diselenggarakan Ditjen Polpum Kemendagri? Lebih lanjut, Handoko berharap, FGD Penanganan Radikalisme dan Terorisme ini dapat memberikan wawasan dan pemahaman dalam upaya penanganan penyebaran paham radikalisme dan terorisme. Dengan demikian, nantinya dapat terbangun stabilitas sosial politik dan keamanan dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia.
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Siapa saja yang terlibat dalam FGD tentang penanganan radikalisme dan terorisme yang diselenggarakan Ditjen Polpum Kemendagri? FGD melibatkan sejumlah narasumber dari berbagai instansi terkait. Mereka di antaranya Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah, Binda Jawa Tengah, Satuan Tugas Wilayah Densus 88, serta Sekretaris Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah.
Kampus sebagai institusi pendidikan yang mencetak calon intelektual generasi muda bangsa pada masa-masa yang akan datang harus berkembang pada peningkatan daya saing dan meninggalkan radikalisme.
"Kami akan menginstruksikan kepada rektor agar melakukan monitoring pada mahasiswa dan dosen," katanya.
Salah satu cara yang harus dilakukan dengan mengontrol akun media sosial masing-masing mahasiswa, sehingga aktivitas mereka bisa terpantau.
"Tugaskan rektor mengontrol medsos mahasiswa. Dan ketentuan ini akan berlaku mulai Tahun Akademik 2018-2019 ini," ujar Nasir.
Menristekdikti Mohammad Nasir datang ke Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Senin, dalam rangka meresmikan Pusat Unggulan Iptek (PUI) Garam di Desa Pedelegan, Kecamatan Pademawu, Pamekasan.
Usai meresmikan PUI, Menristekdikti Nasir berkunjung ke Pondok Pesantran Al-Mujtamak, Plakpak, Pegantenan dan Pondok Pesantren Sumber Bungur, Pakong, Kecamatan Pakong, Pamekasan.
Baca juga:
Polisi minta bantuan takmir masjid di Malang tangkal paham radikal
Hidup mantan napi teroris
Din Syamsuddin ragu soal informasi 40 masjid sebar intoleransi di DKI
Pencantuman akun medsos buat mahasiswa baru potensi menciptakan gap
Komjen Syafruddin bantah ada 40 masjid radikal di DKI: Hati-hati berbicara!
Dewan Masjid Indonesia tak akan atur penceramah