Menteri Anies dicurhati guru soal format penilaian yang sulit
Anies memahami kesulitan para guru dalam mendeskripsikan masing-masing murid lewat penilaian.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan menerima sejumlah keluhan dari para guru, saat melakukan sidak di SD Negeri Sukmajaya 1, Depok, Jawa Barat, Jumat (14/4).
Para guru tersebut mengaku kurikulum 2013 memang agak tidak jelas, karena mereka saja bingung dalam mengajar dan melakukan penilaian kepada peserta didik jika harus mengikuti metode dalam kurikulum tersebut.
Mereka juga mengatakan materi-materi pengajaran yang ada di dalam kurikulum 2013 sangatlah sedikit, sehingga menyulitkan mereka dalam memberi bahan pengajaran kepada para siswa.
Ketika ditanya Anies mengenai sedikitnya materi pengajaran dalam kurikulum tersebut, para guru mengatakan mereka harus mencari referensi sendiri mengenai mata pelajaran yang dipegangnya.
"Kalau nggak ada materi lagi, ya kami cari sendiri. Bahkan kadang kita juga masih ambil materi pengajaran per-mata pelajarannya itu dari kurikulum KTSP yang sebelumnya," kata Rahmi Garnasih yang mengajar pelajaran bahasa inggris bagi anak kelas 1 SD tersebut kepada Anies Baswedan.
Ketika Anies bertanya mengenai perbandingan kedua kurikulum, yaitu KTSP dan Kurikulum 2013, para guru itu pun mengutarakan, mereka lebih memilih yang terdahulu.
"KTSP kalau buat anak didiknya memang lebih aktif, walaupun kurikulum 2013 ini juga sudah bagus. Namun kekurangan kurikulum 2013 ini hanya metode penilaiannya saja yang sangat merepotkan," ujar dia.
"Bayangkan dalam 1 penilaian tugas yang diberikan kepada murid 1 kelas, kita para guru harus mengisi kolom penilaian masing-masing anak dengan menggunakan deskripsi, di mana ada 7 lembar format penilaian yang harus diisi untuk menilai masing-masing siswa didik. Nah, itu kan sangat merepotkan buat kami para guru," kata Rahmi.
Kalau boleh memilih, kata Rahmi, dia tentu lebih memilih KTSP ketimbang Kurikulum 2013. "Karena di kurikulum 2013 ini deskripsi nya banyak, sehingga penilaian jadi makin merepotkan dan memakan waktu," katanya menambahkan.
Anies memahami kesulitan para guru dalam mendeskripsikan masing-masing murid lewat penilaian karena harus dilakukan secara mendetail dan memakan banyak waktu.
"Karena saya saja misalnya punya 4 orang yang harus saya deskripsikan penilaiannya, itu saja sulit. Apalagi ini satu kelas yang isinya puluhan murid harus dinilai dengan deskripsi penilaian masing-masing siswanya. Jelas itu sangat tidak efektif dan efisien," kata Anies menjelaskan.
Para guru itu berharap agar proses penilaian dibuat mendetail, namun dengan format yang sederhana, agar mereka juga bisa melakukan penilaian yang kompeten dan efisien serta tidak membingungkan.
Mendengar hal itu, Anies mengaku akan mencoba mencari solusi pemecahan, agar masukan dari para guru tersebut bisa direalisasikan demi pola pengajaran yang lebih baik.