Mimpi Jenderal Moeldoko mau samakan SBY dan Panglima Soedirman
"Soal jenderal besar itu Soeharto keliru. Kenapa mau diteruskan lagi?" kata TB Hasanuddin.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri rapat pimpinan TNI-Polri di Jakarta. Ada hal yang cukup mengejutkan di sana.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengusulkan adanya anugerah kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Anugerah yang dimaksud Moeldoko adalah gelar jenderal besar. SBY tahu diri dan menolak anugerah ini.
Seperti diketahui, tahun 1997, Presiden Soeharto memberikan gelar jenderal besar untuk Nasution dan Soedirman dengan pangkat jenderal bintang lima. Tapi Soeharto pun ikut menerima anugerah jenderal besar tersebut. Banyak pihak menilai ini hanya dilakukan Soeharto untuk batu loncatan saja, agar tak terkesan menabrak etika.
Kini rupanya Jenderal Moeldoko ingin menyamakan SBY dengan Panglima Soedirman. Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin menilai Moeldoko terlalu berlebihan dan meneruskan kesalahan Soeharto.
"Jenderal itu bukan gelar, tapi pangkat. Di Indonesia itu ada brigjen, mayjen, letjen dan jenderal penuh bintang empat. Jangan dicampuradukkan. Pak Harto itu keliru, kok diteruskan?" kata TB Hasanuddin saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis (9/1).
TB Hasanuddin menilai Jenderal Soedirman layak bergelar Panglima Besar karena dulu sistem kepangkatan memang seperti itu. Ada gelar Panglima Besar Revolusi, Panglima Besar dan sebagainya. Gelar Panglima Besar melekat pada Soedirman. Namun kini tak ada gelar seperti itu lagi bagi para jenderal lain.
"Sekarang kan ditertibkan. Itu zaman revolusi, sehingga Panglima Soedirman berhak. Kalau yang lain mau jadi jenderal besar itu undang-undangnya apa? Aturannya mana?" kata pensiunan jenderal TNI AD ini.
Politikus PDI Perjuangan ini menilai Moeldoko terlalu berlebihan. Jika merasa SBY berjasa berikan saja penghargaan lain. Bisa bintang jasa atau yang lain, sesuai aturan. Tak perlu memberikan pangkat jenderal besar atau yang macam-macam.
"Itu tidak perlu, diberi gelar sesuai perundang-undangan saja. jangan overload. Ikuti aturan perundang-undangan," pungkasnya.
Baca juga:
Anas dan doa SBY dari Mekkah selamatkan Demokrat
Layakkah SBY jadi jenderal besar seperti Soedirman?
Setelah loyalis Anas, giliran Rizal Ramli disomasi Presiden SBY
Survei: 41 Persen rakyat kurang puas demokrasi di era SBY
Presiden SBY saat hadiri Rapim TNI-Polri
-
Kenapa SBY memberi lukisan kepada Prabowo? "Ini Pak Prabowo keyakinan saya atas pemipin kita mendatang, atas harapan saya, dan juga doa kita semua agar Pak Prabowo kokoh kuat seperti batu karang ini memajukan Indonesia, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menegakkan hukum dan keadilan, dan tugas-tugas lain yang diemban oleh beliau nanti. Semoga berkenan," imbuh SBY.
-
Kapan SBY memberikan lukisan kepada Prabowo? Lukisan tersebut diberikan, saat acara buka bersama seluruh jajaran Partai Demokrat, di Kawasan Jakarta Selatan, Rabu (27/3).
-
Siapa yang menemani SBY di atas panggung? SBY didampingi oleh Vincent dan Desta sebagai pembawa acara.
-
Bagaimana SBY membuat lukisan itu? SBY mengungkapkan sejarah dibalik lukisan yang akan dia berikan kepada Prabowo. Di mana, lukisan tersebut dirinya buat hanya kurun waktu 10 jam saja. "Kemarin saya baru melukis selama 5 jam, dengan harapan masih ada dua hari, ternyata dipercepat. Tadi, habis subuh, habis sahur habis salat saya langsung menuju studio selama 5 jam saya tuntaskan ini 10 jam Pak Prabowo untuk bapak tercinta," kata SBY.
-
Lukisan apa yang diberikan SBY kepada Prabowo? SBY menjelaskan, lukisan laut ombak yang menghantam batu itu dia beri judul 'standing firm like rocks'. Dia menyebutkan, lukisan tersebut sebagai gambaran agae Prabowo dalam memimpin Indonesia nanti dapat kuat dan kokoh.
-
Kapan pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden? Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029 pada 20 Oktober mendatang.