Minim Fasilitas Kesehatan untuk Anak di Tengah Lonjakan Covid-19
Sementara yang kedua terkait kasus fatality rate (kematian akibat COVID-19) pada anak yang saat ini sangat tinggi, mencapai 3 sampai 5 persen menjadi kematian yang paling banyak di dunia.
Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia melonjak sangat tajam dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan dari lonjakan tersebut sekiranya terdapat ancaman yang cukup tinggi menyasar kelompok usia anak mulai dari nol sampai 18 tahun terpapar positif Covid-19.
Namun demikian potensi terpapar anak pada Covid-19, tidaklah diikuti dengan pemenuhan fasilitas khusus anak yang memadai. Hal itu sebagaimana disampaikan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Aman Pulungan saat konferensi pers 5 Organisasi Profesi secara virtual, Jumat (18/6).
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
"Selama ini kita mengatakan bahwa anak ini berbeda, karena memang sampai saat ini bahkan ICU khusus anak ini tidak tersedia di sebagian besar rumah sakit," kata Aman dalam paparannya.
Bahkan bukan cuman fasilitas, Aman menyebut kekurangan juga menyasar ke sumber daya manusia, dokter dan perawat sampai obat-obatan khusus anak yang skemanya belum ditanggung BPJS Kesehatan. Hal ini bila terus berlanjut bisa membuat kolaps.
"Saat ini juga SDM sudah mulai menurun termasuk dokter dan perawat ini akan menjadi masalah dan obat-obatan juga untuk yang misalnya khusus anak kaya gitu juga banyak tidak tersedia karena tidak tersedia skemanya di BPJS," katanya.
Kemudian, Aman menjelaskan terkait gambaran data kasus Covid-19 yang menyasar anak usia 0 sampai 18 tahun bisa mencapai 12,5 persen. Yang arinya terdapat 1 dari 8 kasus anak yang membutuhkan perawatan.
Sementara yang kedua terkait kasus fatality rate (kematian akibat COVID-19) pada anak yang saat ini sangat tinggi, mencapai 3 sampai 5 persen menjadi kematian yang paling banyak di dunia.
"Kedua data dari IDAI menunjukkan case fatality rate-nya itu adalah 3 sampai 5 persen jadi kita di kematian yang paling banyak di dunia. Jadi bisa dibayangkan kan satu dari 8 anak itu yang meninggal 3 sampai 5 persen," imbuhnya.
Dia mengambil contoh pada kasus DKI pada 16 Juni 2021 setidaknya terdata sebanyak 661 anak terkonfirmasi positif Covid-19 dan terdapat 144 balita di dalamnya. Maka, dia mengimbau seluruh kegiatan bagi anak harus dilaksanakan secara daring.
"Jadi IDAI mengimbau semua kegiatan yang melibatkan anak usia 0 sampai 18 tahun itu dilaksanakan di secara daring dan didampingi dari orangtua atau pengasuh harus mendampingi anaknya saat beraktivitas dari maupun Kapan lagi kita jadi orang tua menyayangi anak orang tua dan anak-anak kita," katanya.
"berikutnya adalah menghindari keluar rumah, kecuali dalam keadaan mendesak. Anak itu hanya harus di rumah yang berikutnya saat berkegiatan di luar rumah menghindari area dengan ventilasi tertutup kepadatan dan kontak mengikuti protokol kesehatan secara disiplin selama di dalam rumah maupun luar," tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Perhimpunan Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Sally Aman Nasution menambahkan, upaya menekan kasus COVID-19 dengan mengurangi mobilitas. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro harus diterapkan ketat.
"Kami fokus upaya preventif agar semua stakeholder menerapkan PPKM mikro atau apakah apa pun untuk mengurangi mobilitas masyarakat, sehingga kasus dapat dikendalikan," tambahnya.
Sally juga mengatakan, agar pasien non Covid-19 dapat memperoleh pelayanan kesehatan dengan baik. Bahkan pelayanan kesehatan non Covid-19, terutama pasien yang memiliki riwayat komorbid dapat ditingkatkan.
"Pandemi setahun lalu, kami sempat mengimbau warga yang memiliki penyakit kronik tidak ke rumah sakit. Tapi itu kan tidak bisa terjadi terus menerus. Pelayanan kesehatan tetap harus dilakukan ke rumah sakit untuk pasien non Covid-19. Ini perlu menjadi perhatian kita semua," kata Sally, yang juga dokter spesialis penyakit dalam.
"Pasien yang punya komorbid dan non Covid-19 juga harus mendapat pelayanan dengan baik. Jadi, bagaimana semua pasien mendapatkan pelayanan baik, tidak hanya kasus Covid-19 saja."
Baca juga:
Fase Covid-19 Indonesia: Nakes harus Memilih Pasien Mana yang Dapat Oksigen
Tingkat Kesembuhan Tinggi, Ridwan Kamil Tetap Fokus Kendalikan Lonjakan Kasus
Kepala Daerah Diminta Fokus Tangani Pandemi Covid-19
Melihat Kondisi Rumah Sakit Jakarta yang Penuh Karena Covid-19
Covid Melonjak Tinggi, Komisi IX Minta Nakes Siap Bertempur dengan Baik