Minta maaf, Istana akui salah tulis 'Badan Intelijen Nasional'
Kementerian Sekretariat Negara telah menarik undangan itu dan menggantinya dengan yang benar.
Pihak Istana akhirnya angkat bicara soal beredarnya surat undangan pelantikan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) dan Panglima TNI. Dalam surat undangan itu, kepanjangan dari BIN ditulis Badan Intelijen Nasional, bukan Badan Intelijen Negara.
Dalam siaran persnya, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Djarot Sri Sulistyo, menyebut, Kementerian Sekretariat Negara mengakui telah berbuat kekeliruan menulis kepanjangan BIN di surat undangan.
"Kementerian Sekretariat Negara setelah menyadari adanya kesalahan teknis penulisan pada undangan pelantikan Kepala BIN dan Panglima TNI, secepatnya telah menarik dan menggantinya dengan penulisan yang benar," katanya dalam siaran pers yang diterima merdeka.com, Rabu (8/7).
Setelah menarik undangan tersebut, pihak Kementerian Sekretariat Negara lantas mengirimkan undangan dengan kepanjangan BIN yang sebenarnya.
"Penulisan yang benar adalah Kepala Badan intelijen Negara, sesuai dengan undangan yang telah kami kirimkan kembali pada tamu/pejabat yang diundang," katanya.
Atas kesalahan tersebut, Kementerian Sekretariat Negara memohon maaf kepada publik.
"Kementerian Sekretariat Negara memohon maaf atas hal tersebut. Kementerian Sekretariat Negara akan berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas layanan administrasi di lingkungan lembaga kepresidenan," katanya.