Miris, 26 dari 336 penderita gangguan jiwa di Buleleng dipasung
Pemasungan dilakukan agar penderita tak mengganggu warga atau dianggap aib keluarga.
Penderita Gangguan Jiwa, memang kerap kurang mendapatkan perlakuan yang baik, di mata masyarakat ataupun keluarganya. Bahkan, tidak jarang penderita gangguan jiwa dipasung, dengan alasan aib ataupun si penderita gangguan jiwa, akan dapat mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar.
Temuan Institute for Mental Health, yang dipimpin Prof. DR. Luh Ketut Suryani, menyebutkan sebanyak 336 orang yang mengidap gangguan jiwa, dari 1.126 orang yang diduga mengidap gangguan jiwa di Kabupaten Buleleng, Bali. Angka ini, lanjut Prof. Suryani menuturkan, melihat dari fenomena jumlah penduduk di Buleleng.
Dirinya juga menegaskan, banyak penderita gangguan jiwa di Buleleng, kini mendapatkan perlakuan tidak manusiawi, bahkan sebagian dari mereka kini dipasung. Bahkan terdata ada 26 kasus penderita gangguan jiwa ini, sebanyak 26 kasus di pasung.
"Dari hasil pantauan kami, itu ada sekitar 336 orang yang menderita gangguan jiwa, sudah ada 26 orang yang dipasung, dan saat ini kami tangani, dan kondisi dipasung itu, tentu sangat tidak manusiawi," kata Prof. Suryani, Rabu (7/10) di Buleleng.
Lebih jauh Prof Suryani mengharapkan, agar semua pasien yang menderita gangguan jiwa, dapat ditangani dengan baik. "Ini perlu diberikan pemahaman kepada semua pihak. Saya harapkan, agar Pemerintah Buleleng mampu memberikan pengetahuan kepada semua pihak, untuk memperlakukan mereka secara manusiawi," keluhnya.
Sementara itu Sekda Buleleng, Dewa Ketut Puspaka, menyambut positif, gagasan yang diberikan Suryani Institute for Mental Health, dalam mengatasi permasalahan gangguan jiwa ini. Ia menegaskan, akan membentuk tim untuk turun ke lokasi, memberikan penyuluhan kepada semua pihak untuk memberikan pemahaman.
"Ini merupakan langkah yang baik, sebagai upaya kami dari Pemkab Buleleng untuk ke depannya, melakukan penanganan terkait persoalan ini. Sebenarnya, banyak persoalan yang harus ditangani, memang ada beberapa yang terpasung, dan kami ingin membuat terobosan yang baru dan tercepat menangani ini, dengan menyinkronkan program yang ada," ujar Puspaka.