Misteri kematian Gajah Mada, sakit atau moksa?
Kematian tokoh yang kesohor karena sumpah Palapa ini masih simpang siur.
Asal usul Patih Majapahit Gajah Mada masih menjadi misteri hingga saat ini. Namun bukan hanya kelahiran dan latar belakangnya, kematian tokoh yang kesohor karena sumpah Palapa ini juga masih simpang siur.
Disebutkan dalam kitab Kakawin Nagarakretagama, sekembalinya Hayam Wuruk dari upacara keagamaan di Simping, dia menjumpai Gajah Mada telah sakit. Gajah Mada disebutkan meninggal dunia pada tahun 1286 Saka atau 1364 Masehi karena sakit.
Raja Hayam Wuruk kehilangan orang yang sangat diandalkan dalam memerintah kerajaan. Raja Hayam Wuruk pun mengadakan sidang Dewan Sapta Prabu untuk mencari pengganti Gajah Mada. Namun tidak ada satu pun yang sanggup menggantikan Patih Gajah Mada.
Raja Hayam Wuruk kemudian memilih empat Mahamantri Agung di bawah pimpinan Punala Tanding untuk selanjutnya membantunya dalam menyelenggarakan segala urusan negara. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Mereka pun digantikan oleh dua orang menteri yaitu Gajah Enggon dan Gajah Manguri. Akhirnya Hayam Wuruk memutuskan untuk mengangkat Gajah Enggon sebagai Patih Mangkubumi menggantikan posisi Gajah Mada.
Namun dalam versi lain disebutkan bahwa Gajah Mada moksa atau menghilang. Hal ini seperti yang tertulis dalam Kidung Sunda Pupuh ke tiga atau Sinom.
Dalam Pupuh ke tiga tersebut dijelaskan bahwa Prabu Hayam Wuruk merasa cemas setelah menyaksikan peperangan Bubat antara pasukan Majapahit yang dipimpin Gajah Mada dengan pasukan Kerajaan Sunda.
Hayam Wuruk kemudian menuju ke pesanggaran putri Sunda. Tetapi putri Sunda ditemukan sudah dalam kondisi tewas. Maka prabu Hayam Wuruk pun meratapinya karena ingin dipersatukan dengan wanita idamannya itu.
Setelah itu, upacara untuk menyembahyangkan dan mendoakan para arwah dilaksanakan. Tidak selang lama, maka mangkatlah pula prabu Hayam Wuruk yang merana.
Setelah dia diperabukan dan semua upacara keagamaan selesai, maka berundinglah kedua paman Hayam Wuruh (Raja Kahuripan dan raja Daha). Mereka pun sepakat menyalahkan Gajah Mada atas malapetaka Bubat. Maka mereka ingin menangkapnya dan membunuhnya.
Kemudian bergegaslah mereka datang ke kepatihan dengan membawa pasukan. Saat itu patih Gajah Mada sadar bahwa waktunya telah tiba. Maka dia mengenakan segala upakara (perlengkapan) upacara dan melakukan yoga samadi. Setelah itu dia menghilang (moksa) tak terlihat menuju ketiadaan (niskala).
Namun ke dua versi tersebut hingga kini masih menjadi perdebatan.
Menurut sejarawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof Dr Aminuddin Kasdi, meskipun Gajah Mada punya jasa besar dalam kerajaan Majapahit, namun dia tetap seorang kawulo (rakyat). Di mana pada masa itu, hanya Raja saja yang kematian dan kisah hidupnya diabadikan dalam bentuk candi atau lainnya.
"Harus dipahami bahwa hanya Raja yang boleh dibuatkan candi dan patungnya. Hal ini karena Raja di masa itu dianggap sebagai titisan dari dewan," ujar Aminuddin beberapa waktu lalu kepada merdeka.com.
Hal itulah yang membuat sulit untuk mengetahui asal usul hingga makam Patih Gajah Mada. Meski pun pernah menyandang gelar Amangkhubumi (sekelas perdana menteri) tetapi Gajah Mada tetap hanya seorang rakyat yang mengabdi dan mendedikasikan hidupnya untuk sang raja.
"Jadi memang tidak ada bangunan khusus untuk mengenang Gajah Mada. Di era itu hanya raja yang bisa dibuatkan candi, bahkan terkadang istri raja pun tidak," imbuhnya.
Lalu apakah Gajah Mada meninggal karena sakit atau moksa? Hingga kini belum ada bukti kuat yang mendukung keduanya.
Baca juga:
Perang Bubat, gelar pahlawan hingga nama Jalan Gajah Mada
Tragedi Perang Bubat & mitos orang jawa dilarang kawin dengan sunda
Patung Gajah Mada di Mabes Polri ternyata mirip muka jenderal polisi
3 Versi cerita asal-usul Gajah Mada dari Lamongan
Berebut 'kunci' di puncak tertinggi kompleks makam Ibu Gajah Mada
Misteri makam yang diyakini ibunda Gajah Mada bergaya Islam
-
Apa yang menjadi cita-cita Gajah Mada dalam Sumpah Palapa? Dalam Sumpah Palapa, Gajah Mada tidak akan menikmati duniawi sebelum menyatukan Nusantara
-
Di mana Gajah Mada sering memandikan kerbau? Sendang Krapyak Di tempat ini dulu Gajah Mada sering memandikan kerbau-kerbaunya. Bahkan diduga di dasar sendang terdapat bekas tapak kaki di atas batu.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Kapan gempa Jogja terjadi? Peristiwa gempa bumi yang terjadi pada tahun 2006 menyisakan pengalaman traumatik bagi sebagian warga Yogyakarta, khususnya mereka yang tinggal di Kabupaten Bantul. Guncangan gempa yang begitu kuat menyebabkan banyak rumah runtuh.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Di mana saja di Jakarta yang terlihat dipenuhi salju dalam foto ilustrasi? Dalam foto-foto tersebut nampak Monas dipenuhi salju. Bahkan puncak Monas yang terbuat dari emas tertutup warna putih dari salju. Sementara itu, Bundaran Hotel Indonesia juga nampak dipenuhi salju. Stasiun KRL juga begitu sejuk dilihat karena dipenuhi salju. Bak stasiun kereta di luar negeri. Hal yang sama juga terjadi pada Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Stadion sepakbola nampak dipenuhi salju.