Mulai Disebar ke Alam, Ini Fakta-Fakta Nyamuk Wolbachia yang Bisa Bikin Aedes Aegypti Mandul
Nyamuk mengandung bakteri wolbachia mulai disebar ke lima kota di Indonesia.
Nyamuk yang mengandung Wolbhacia diyakini bisa menekankan kasus DBD
Mulai Disebar ke Alam, Ini Fakta-Fakta Nyamuk Wolbachia yang Bisa Bikin Aedes Aegypti Mandul
Nyamuk mengandung bakteri wolbachia mulai disebar ke lima kota di Indonesia. Lima kota tersebut adalah Kota Semarang, Kota Bandung, Kota Jakarta Barat, Kota Kupang, dan Kota Bontang.
Nyamuk yang mengandung Wolbhacia diyakini bisa menekankan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Efektivitas nyamuk Wolbachia telah diteliti di 9 negara.
Penyebaran nyamuk ini berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.
Kemenkes menjelaskan bila nyamuk Wolbhacia jantan dilepaskan kemudian kawin dengan nyamuk aedes aegypti betina, maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblokir. Dengan kata lain, Nyamuk Wolbachia diyakini mampu membuat nyamuk aedes aegypti menjadi mandul dan tidak menularkan penyakit DBD.
Berikut fakta-fakta menarik Nyamuk Wolbhacia yang disebar ke lima kota hari ini:
1. Diteliti sejak 2011
Nyamuk wolbachia telah diteliti sejak 2011 oleh World Mosquito Program (WMP) dan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Penelitian dilakukan melaui fase persiapan dan pelepasan aedes aegypti berwolbachia dalam skala terbatas (2011-2015).
Saat diteliti, nyamuk wolbachia disebarkan menggunakan metode ‘penggantian’. Di mana baik nyamuk jantan dan betina wolbachia dilepaskan ke populasi alami.
Tujuannya agar nyamuk betina kawin dengan nyamuk setempat dan menghasilkan anak-anak nyamuk yang mengandung wolbachia. Pada akhirnya, hampir seluruh nyamuk di populasi alami akan memiliki wolbachia.
Wolbachia berperan dalam memblok replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Nyamuk yang mengandung wolbachia, tidak mampu lagi untuk menularkan virus dengue ketika nyamuk tersebut menghisap darah orang yang terinfeksi virus dengue.
2. Bikin Aedes Aegypti Mandul
Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kemenkes (Kemenkes) Ngabila Salama mengatakan Wolbachia ini bisa membuat nyamuk pemicu Demam Berdarah Dengue (DBD) mandul.
“Selama beberapa bulan wolbachia dapat membuat nyamuk pembawa virus DBD mandul,” jelas Ngabila, Selasa (21/11).
Nyamuk aedes aegypti yang mengandung bakteri wolbachia dilepaskan untuk mengendalikan penularan virus dengue. Jika nyamuk aedes aegypti jantan dengan wolbachia kawin dengan nyamuk betina, maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblokir.
"Metode pertama pelepasan bertujuan untuk mengurangi populasi nyamuk aedes eegypti dengan melepas nyamuk ber-wolbachia jantan saja dalam kurun waktu tertentu, sehingga telur-telur yang dihasilkan tidak menetas dan memberikan dampak berupa penurunan populasi," Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadi Tarmizi.
Metode kedua, lanjut Nadia, dilakukan dengan melepas nyamuk jantan dan betina dengan wolbachia dalam waktu sekitar enam bulan agar mayoritas nyamuk dalam populasi memiliki wolbachia.
3. Tekan Kasus DBD hingga 77%
Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada, Riris Andono Ahmad mengatakan, uji coba nyamuk berwolbachia terbukti efektif.
“Hasilnya, di lokasi yang telah disebar wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77%, di samping menurunkan kebutuhan rawat inap pasien dengue di rumah sakit sebesar 86%,” jelas Riris.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes, Imran Pambudi mengatakan, kasus DBD di Indonesia masih tinggi. Kematian akibat DBD tertinggi terjadi pada anak-anak.
“Selain itu masih banyak daerah yang melaporkan kejadian luar biasa akibat DBD. (Nyamuk wolbachia) ini akan menyelamatkan anak-anak kita ke depannya” ujar Imran Pambudi.
4. Efektif di 13 Negara
Efektivitas pemanfaatan wolbachia untuk menurunkan kejadian demam berdarah sudah dibuktikan di 13 negara lain, yaitu di Australia, Brazil, Colombia, El Salvador, Sri Lanka, Honduras, Laos, Vietnam, Kiribati, Fiji, Vanuatu, New Caledonia, dan Meksiko.
Sehingga populasi nyamuk akan berkurang. Akan tetapi nyamuk betina yang masih ada di populasi alami akan tetap mempunyai kemampuan untuk menularkan virus dengue. Di samping itu, metode supresi mensyaratkan pelepasan nyamuk jantan secara terus menerus, agar populasi nyamuk dapat selalu terkontrol. Hal ini memerlukan sumber daya yang sangat besar dengan dampak yang bersifat sementara.
5. Diteliti di 9 Negara
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, nyamuk wolbachia sudah diuji di sembilan negara yakni Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Meksiko, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.
“Hasilnya terbukti efektif untuk pencegahan dengue," kata Nadia melalui keterangan tertulis, Jumat (17/11).
6. Manusia Bukan Kelinci Percobaan
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadi Tarmizi mengatakan, hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri wolbachia tidak menginfeksi manusia atau vertebrata lain dan tidak menyebabkan manusia atau hewan menjadi sakit.
"Wolbachia merupakan endosimbion obligat, yang hanya bisa hidup di dalam sel organisme hidup lain," ujar Nadia.
Nadia menjelaskan, wolbachia dapat menurunkan replikasi virus dengue di tubuh nyamuk aedes aegypti sehingga dapat mengurangi kapasitas nyamuk sebagai vektor virus dengue.
7. Bukan Rekayasa Genetika
Rencana Kementerian Kesehatan menyebarkan nyamuk wolbachia untuk menekan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia menuai penolakan. Tak sedikit masyarakat yang menilai nyamuk tersebut hasil rekayasa genetik.
Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) Adi Utarini atau akrab disapa Uut buka-bukaan terkait nyamuk wolbachia. Dia menegaskan, nyamuk yang disebut-sebut buatan Bill Gates itu bukan hasil rekayasa genetik.
“Bakteri wolbachia maupun nyamuk sebagai inangnya bukanlah organisme hasil dari modifikasi genetik yang dilakukan di laboratorium. Secara materi genetik baik dari nyamuk maupun bakteri wolbachia yang digunakan, identik dengan organisme yang ditemukan di alam,” jelas Uut melalui keterangan tulis, Senin (20/11).
Wolbachia merupakan bakteri yang hanya dapat hidup di dalam tubuh serangga, termasuk nyamuk. Wolbachia tidak dapat bertahan hidup di luar sel tubuh serangga dan tidak bisa mereplikasi diri tanpa bantuan serangga inangnya.
Ini merupakan sifat alami dari bakteri wolbachia. Wolbachia sendiri telah ditemukan di dalam tubuh nyamuk aedes albopictus secara alami.
“Wolbachia secara alami terdapat pada lebih dari 50% serangga, dan mempunyai sifat sebagai simbion (tidak berdampak negatif) pada inangnya,” jelas Utut.
Pakar Kesehatan Zubairi Djoerban mengungkapkan, nyamuk wolbachia menjadi proyek World Mosquito Program (WMP) yaitu perusahaan milik Monash University.
“Mungkin karena proyek ini mendapatkan dukungan dari Bill & Melinda Gates Foundation, maka banyak dikenal sebagai nyamuk Bill Gates,” jelas Zubairi.
Zubairi menyebut, tujuan pengembangan nyamuk wolbachia untuk menurunkan penyebaran DBD, demam kuning, dan chikungunya.
"Bakteri Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengeu yang terkandung dalam nyamuk aedes aegypti," ucap Zubairi.