Mursidah ikhlas anaknya tewas akibat asap, pemerintah diminta peka
Mursidah berharap pemerintah peka terhadap penduduk yang terpapar kabut asap, karena membikin susah banyak orang.
Meski terpukul atas meninggalnya anak sulung yang masih berumur 28 hari, Muhammad Husen Saputra, Mursidah (34) mengaku ikhlas. Hanya saja, dia berharap pemerintah cepat menanggulangi kabut asap supaya tidak lagi memakan korban jiwa.
Mursidah mengatakan, pemerintah seharusnya cepat dan tanggap menangani kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan, di Provinsi Sumatera Selatan. Apalagi, bencana asap ini sudah lama terjadi dan hampir memasuki bulan ketiga.
"Cukup anak saya saja yang jadi korban karena asap, saya ikhlas. Jadikan pelajaran, asap sebaiknya diatasi," kata Mursidah kepada merdeka.com, Kamis (8/10).
Menurut Mursidah, kabut asap sangat terasa bagi keluarga kurang mampu seperti dia. Berbeda dengan kalangan berduit memiliki rumah mewah dilengkapi pendingin ruangan, dan setiap keluar rumah mengendarai mobil.
"Kalau kami di dalam rumah saja bahaya, asap mudah masuk. Mau keluar pakai motor, isap asap terus," ujar Mursidah.
"Mudah-mudahan musibah ini cepat selesai, saya ikhlas. Biarlah jadi kenangan kami saja," tutup Mursidah.
Muhammad Husen Saputra meninggal lantaran mengidap penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), saat dalam perawatan di instalasi gawat darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, Selasa (6/10) pukul 19.30 WIB.
Kematian bayi yang lahir pada 11 September lalu itu membuat keluarga tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Apalagi, bayi malang itu meninggal akibat terpapar asap. Korban dimakamkan di tempat pemakaman umum Naga Sewidak, tak jauh dari kediaman orangtuanya di Jalan Talang Banten, Lorong Banten 1, RT 01/RW 01, Nomor A39, Kelurahan 16 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II, Palembang.