Musim duku tiba, buah-buah lain kalah pamor
Buah-buahan lain seperti jeruk, salak, semangka dan lain-lainnya ini kalah dengan duku sehingga tidak laku dijual.
Membanjirnya buah duku dari luar daerah di Kota Curup, Kabupaten Rejanglebong, Bengkulu, saat ini telah mempengaruhi penjualan aneka buah lain di daerah itu. Buah seperti jeruk, salak, semangka dan lainnya kalah pamor dibanding duku.
"Datangnya musim buah duku belakangan ini telah mempengaruhi penjualan buah-buahan lain seperti jeruk, salak, semangka dan lain-lain. Aneka buah ini kalah dengan duku sehingga tidak laku dijual. Kalau pun ada yang beli, jumlahnya sangat sedikit," kata Aan (32), pimpinan agen buah PD Alika, saat ditemui di gudangnya yang berada di kawasan Pasar Atas Curup, seperti dikutip dari Antara, Selasa (9/9).
Membanjirnya buah duku yang berasal dari sejumlah kabupaten di Provinsi Jambi ke daerah itu, kata dia, membuat dia dan agen buah lain membatasi pengiriman buah-buahan dari daerah asal seperti jeruk dari Brastagi Medan, apel dan salak dari Jawa Timur, semangka dari Lampung dan Musi Rawas, Provinsi Sumsel.
Buah duku asal jambi itu sendiri, tambah dia, dijual secara eceran oleh pedagang dengan harga Rp 12.000-Rp 15.000 per kilogram. Musim buah duku ini diperkirakan akan bertambah karena akan masaknya tanaman serupa dari Rupit dan wilayah Musi di Kabupaten Musi Rawas serta duku dari daerah Komering di Provinsi Sumsel, sehingga kesulitan pemasaran buah lain juga akan terus terjadi.
"Buah duku ini menjadi buah yang paling banyak dibeli warga karena cuma ada setahun sekali, agar tidak merugi kami terpaksa mengurangi pembelian buah-buahan lain karena beberapa minggu lalu saya sempat rugi hingga belasan juta karena dua truk jeruk Brastagi yang dipesan dari Medan tidak laku di pasaran dan membusuk dalam gudang," ujarnya.
Sementara itu, menurut Amirudin (45), salah seorang pedagang duku eceran di kawasan Pasar Atas Curup, saat ini muncul pedagang buah duku musiman hampir di setiap sudut kota. Mereka menjual dagangan mereka dengan membuka meja lapak, kemudian memakai gerobak, bakul sepeda motor hingga mobil bak terbuka.
"Pedagang dukunya hampir ada di setiap sudut daerah. Saat ini mereka tinggal menunggu rejeki saja, tapi walaupun banyak yang berjualan pembelinya juga banyak. Untuk saat ini harga jual per kilogramnya sudah naik menjadi Rp 15.000 dari sebelumnya Rp 12.000 per Kg, sedangkan untuk penjualan seharinya bisa mencapai 150 Kg," ujarnya.
Amirudin yang berjualan dengan menggunakan mobil bak terbuka itu mengaku dia adalah penarik angkot sedangkan berdagang duku itu hanya dilakukannya setahun sekali atau selama musim buah duku tiba saja.