Telah Dinyatakan Punah, Sehelai Rambut ini Ungkap Tabir Keberadaan Harimau Jawa
Sehelai rambut buktikan Harimau Jawa masih ada meski telah dianggap punah puluhan tahun lalu.
Sehelai rambut buktikan Harimau Jawa masih ada meski telah dianggap punah puluhan tahun lalu.
Telah Dinyatakan Punah, Sehelai Rambut ini Ungkap Tabir Keberadaan Harimau Jawa
Harimau Jawa (Panthera tigris sondanica) bersama Harimau Bali (P. tigris balica) dianggap punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) sejak berdasarkan assesment tahun 2008.
Penampakan terakhirnya terekam pada tahun 1976 di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur.
Namun terkuak kabar bahwa Harimau Jawa masih hidup di Pulau Jawa lewat sehelai rambut yang ditemukan warga.
Penemuan tersebut pun membuat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bergerak cepat dan melakukan penelitian lebih lanjut.
Temuan Sehelai Rambut 'Milik' Harimau Jawa
Setelah 43 tahun dinyatakan punah, kabar Harimau Jawa muncul kembali memberi angin segar.
Melansir dari laman brin.go.id, Selasa (26/3) Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Wirdateti mengungkapkan adanya temuan sehelai rambut Harimau Jawa di pagar pembatas antara kebun rakyat dengan jalan desa Cipeundeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat.
“Rambut tersebut ditemukan oleh Kalih Reksasewu atas laporan Ripi Yanuar Fajar yang berpapasan dengan hewan mirip Harimau Jawa yang dikabarkan telah punah, pada malam hari 19 Agustus 2019. Ripi adalah seorang penduduk lokal yang berdomisili di desa Cipeundeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat,” tutur Peneliti yang akrab disapa Teti tersebut kepada Humas BRIN pada Minggu (24/3).
Serangkaian analisis DNA komprehensif pun dilakukan oleh Teti bersama tim.
Disimpulkan bahwa sampel rambut harimau tersebut masuk dalam jenis Panthera tigris sondaica atau Harimau Jawa.
Termasuk dalam kelompok yang sama dengan spesimen Harimau Jawa koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) pada 1930.
Menurut Teti, keyakinan tersebut diperkuat oleh prosedur ilmiah lainnya yang telah dilakukan.
Selain menemukan rambut, dari lokasi tersebut juga ditemukan bekas cakaran mirip harimau yang semakin menguatkan Teti untuk melakukan observasi lanjutan.
Identifikasi awal yang dilakukan Teti bersama tim adalah melakukan studi perbandingan sampel rambut harimau yang ditemukan di Sukabumi Selatan dengan spesimen Harimau Jawa koleksi MZB.
Setelahnya, beberapa subspesies sampel harimau lain, yaitu Harimau Bengal, Amur dan Sumatra, serta Macan Tutul Jawa yang digunakan sebagai kontrol.
“Hasil perbandingan antara sampel rambut Harimau Sukabumi menunjukkan kemiripan sebesar 97,06 % dengan Harimau Sumatera, dan 96,87 dengan Harimau Benggala. Sedangkan spesimen Harimau Jawa koleksi MZB memiliki 98,23 kemiripan dengan Harimau Sumatera,” jelas Teti.
Hasil studi pohon filogenetik menunjukkan sampel rambut Harimau Sukabumi dan spesimen harimau koleksi MZB berada dalam kelompok yang sama, namun terpisah dari kelompok subspesies harimau lain.
Selanjutnya, Macan Tutul Jawa berdasarkan sampel yang diperoleh dari spesimen MZB.
Analisis genetik DNA memiliki tingkat sensitifitas yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan konservasi dan mengklarifikasi ketidakpastian taksonomi. Berikutnya, merekonstruksi filogeografi dan demografi untuk menyelidiki nenek moyang genetik subspesies.
Teti juga menambahkan, ekstraksi DNA total yang dilakukan menggunakan Dneasy Blood & Tissue Kit sesuai protokol.
Protokol tersebut telah dimodifikasi dengan menambahkan proteinase, karena tingginya kandungan protein pada rambut.
Tabir Harimau Jawa
Harimau Jawa banyak hidup di beberapa hutan terpencil di Pulau Jawa pada abad ke-19 sampai tahun 1940-an.
Habitat mereka tersebar di Taman Nasional Ujung Kulon dan Taman Nasional Meru Betiri.
Mereka hidup di hutan-hutan dataran rendah, hutan belukar, dan mungkin pula berkeliaran hingga ke kebun-kebun wanatani di sekitar perdesaan,
Harimau Jawa memangsa babi hutan, rusa jawa, banteng, reptil hingga burung.
Karena gencarnya perburuan hingga dianggap hama, Harimau Jawa mengalami penurunan populasi pada tahun 1950-an. Bahkan pada tahun 1972, hanya ada sekitar 7 harimau yang tinggal di Taman Nasional Meru Betiri.
Pada tahun 1979, ada tanda-tanda bahwa tinggal 3 ekor harimau hidup di Pulau Jawa. Kemungkinan kecil binatang ini belum punah.
Pada tahun 1990-an ada beberapa laporan tentang keberadaan hewan ini, walaupun hal ini tidak bisa diverifikasi.