Ilmuwan Makin Penasaran Ingin Hidupkan Lagi Harimau yang Punah
Rencana hidupkan Harimau ini didanai oleh perusahaan pelestarian asal Amerika Serikat, Colossal, yang bekerja sama dengan Universitas Melbourne.
Para peneliti mengatakan bahwa harimau Tasmania bisa terlahir kembali dalam tiga tahun, setelah terobosan dalam pengurutan genom berhasil dicapai.
“Ini adalah hal yang luar biasa. Genom yang kami miliki untuknya (harimau Tasmania) bahkan lebih baik daripada yang kami miliki untuk sebagian besar hewan hidup, dan ini adalah hal yang fenomenal,” kata Andrew Pask, ilmuwan dari Universitas Melbourne.
-
Kenapa ilmuwan ingin hidupkan mamut? Proyek ini tidak hanya tentang kembali menghidupkan mamut, tetapi juga tentang memahami konsekuensi dan dampak lingkungan.
-
Kenapa harimau Jawa punah? Harimau Jawa mengalami kepunahan karena banyaknya perburuan terhadap satwa liar ini. Pada masa kolonial Belanda, banyak orang memburu harimau Jawa untuk kemudian dijadikan pajangan. Kini, tak ada lagi harimau Jawa di hutan-hutan lereng Gunung Kelud atau di hutan lain di Jawa Timur.
-
Kenapa hewan yang dianggap punah bisa ditemukan hidup lagi? Kehadiran kembali hewan-hewan ini memberikan harapan baru dan menginspirasi kagum terhadap kemampuan alam dalam bertahan hidup dan beradaptasi.
-
Hewan apa yang ditemukan hidup lagi setelah diduga punah? Banyak orang berpikir bahwa hewan yang telah punah benar-benar telah lenyap dari bumi. Namun, ada beberapa spesies yang sebelumnya dianggap punah ternyata dapat ditemukan kembali.
-
Siapa yang mengancam kelangsungan hidup harimau? Permintaan tulang, kulit, dan bagian tubuh harimau lainnya menyebabkan meningkatnya kasus perburuan dan perdagangan manusia.
-
Mengapa Harimau Sumatera diburu? Diburu karena Mitos Kucing besar ini sangat dihormati masyarakat sejumlah daerah di Sumatera. Penghormatan terhadap si belang bagai pisau bermata dua. Ada yang melindungi, tapi banyak pula yang memburunya karena mitos ingin mendapatkan kekuatan mistis dari hampir semua bagian tubuhnya, mulai dahi, kumis, taring, kuku, kulit, dan lainnya.
Proyek de-extinction ini didanai oleh perusahaan pelestarian asal Amerika Serikat, Colossal, yang bekerja sama dengan Universitas Melbourne.
Dikutip dari news.com.au, Rabu (30/10), Colossal menyebutkan bahwa sejumlah spesimen harimau Tasmania yang terpelihara dengan baik menjadi dasar proyek ini, mengingat peran penting spesies ini dalam menjaga keseimbangan ekosistem di Tasmania.
Para peneliti memulai proyek ini dengan menggunakan salah satu spesimen paling terawetkan dari harimau Tasmania untuk menciptakan genom yang komprehensif.
“Genom ini merupakan yang pertama untuk spesies yang telah punah, dan suatu prestasi yang diyakini banyak ilmuwan tidak akan pernah tercapai untuk spesies yang sudah punah,” ujar pihak Colossal.
Genom adalah semua informasi genetis suatu organisme. Beth Shapiro, kepala ilmuwan di Colossal, menambahkan, “Jarang sekali ada sampel yang memungkinkan Anda melampaui batasan metode DNA purba hingga sejauh itu.”
Shapiro juga mengungkapkan bahwa mereka telah mengirimkan genom purba yang memecahkan rekor dan mempercepat proyek de-extinction harimau Tasmania. Selain terobosan genom, para peneliti juga berhasil mengembangkan teknologi reproduksi berbantuan untuk mengoptimalkan proses ovulasi pada dunnart, sejenis marsupial kecil dari Australia.
Mereka kini bisa mengendalikan kapan dunnart mengalami birahi, menghasilkan lebih banyak sel telur yang kemudian bisa digunakan untuk menciptakan embrio baru. Embrio ini nantinya akan menjadi inang bagi genom harimau Tasmania yang telah disunting. Langkah lainnya adalah penggunaan embrio sel tunggal yang telah dibuahi, yang berhasil dibudidayakan hingga lebih dari setengah masa kehamilan dalam alat rahim buatan.
Para ilmuwan juga memanfaatkan DNA anjing dan serigala untuk menghasilkan gen yang membentuk rahang dan tengkorak khas harimau Tasmania. Setelah berbagai percobaan, DNA harimau Tasmania berhasil dimasukkan ke dalam tikus, yang mampu mengubah bentuk kepala tikus.
Tidak hanya itu, DNA harimau Tasmania juga dikombinasikan dengan DNA dunnart, yang berpotensi menjadi pengganti harimau Tasmania. Para peneliti menargetkan untuk memfasilitasi kelahiran harimau Tasmania dalam tiga tahun dan berharap bisa mengembalikan spesies ini ke alam liar dalam waktu sepuluh tahun.
Harimau Tasmania terakhir tercatat mati di kebun binatang Hobart pada 1936. Dulunya, hewan ini tersebar di daratan Australia, utara Nugini, dan selatan Tasmania. Kepunahan spesies ini di daratan diperkirakan disebabkan oleh persaingan dengan dingo dan perburuan oleh manusia sekitar 2000 tahun yang lalu.
Di Tasmania, penurunan populasi harimau Tasmania terjadi akibat masuknya anjing dan, yang utama, penganiayaan oleh manusia yang menganggapnya sebagai hama. Dingo sendiri tidak pernah dibawa ke Tasmania.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia