Nadiem Makarim: Topi Guru Penggerak Lebih Penting Ketimbang Topi Mendikbud
Pernyataan ini, ia sampaikan karena Guru Penggerak adalah guru yang melihat permasalahan merupakan tantangan yang harus dicarikan solusi, yakni melalui kreativitas dan berpikir merdeka untuk menjadi yang lebih baik.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim mengatakan, peran Guru Penggerak penting dalam upaya memajukan dunia pendidikan. Ia mengibaratkan topi Guru Penggerak lebih penting ketimbang topi Mendikbud.
"Topi Guru Penggerak lebih penting dari pada topi menteri saya, karena dari kepala Guru Penggerak yang penuh inovasi, maka setiap kesulitan dalam pembelajaran justru menjadi tantangan yang harus dicarikan solusi," ujarnya di Penajam, Rabu (7/4).
-
Siapa yang berjasa membantu Mahmud Yunus dalam memperjuangkan pendidikan Islam di Indonesia? Usulan ini dibahas oleh Departemen Pendidikan dan Pengajaran dan Yunus sendiri perwakilan dari Departemen Agama.
-
Apa saja yang dilakukan Mahmud Yunus untuk kemajuan pendidikan Islam di Indonesia? Seorang ahli ulama dan tafsir Al-Qur'an ini begitu berjasa terhadap pelajaran Agama Islam agar bisa tercantum di kurikulum nasional melalui jabatannya di Kementerian Agama.
-
Kapan Najwa Shihab menyelesaikan pendidikan di Universitas Indonesia? Dilahirkan di Ujungpandang, Sulawesi Selatan, pada 1977, Najwa menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada 1996.
-
Kapan Azriel Hermansyah berencana melanjutkan pendidikan? Aurel Hermansyah juga mengungkapkan bahwa adiknya, Azriel, berencana melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2 dalam waktu dekat.
-
Apa yang dilakukan Djamaluddin Adinegoro untuk menyiasati larangan menulis saat sekolah? Untuk menyiasatinya, ia menggunakan nama samaran 'Adinegoro' hingga menjadi identitasnya yang baru. Dengan nama itu, dirinya berhasil menyalurkan bakatnya dalam menulis lalu dipublikasikan tanpa diketahui oleh siapapun.
-
Kapan Ma'ruf Amin melanjutkan sekolah ke Tebuireng? Kemudian, Ma’ruf Amin melanjutkan sekolah ke jenjang Madrasah Ibtidaijah Salafijah Safiijah Tebuireng, Jombang, Jawa Timur pada 1958.
Pernyataan ini, ia sampaikan karena Guru Penggerak adalah guru yang melihat permasalahan merupakan tantangan yang harus dicarikan solusi, yakni melalui kreativitas dan berpikir merdeka untuk menjadi yang lebih baik.
Selain itu, Penggerak selalu berpikir bahwa setiap anak memiliki potensi yang berbeda sehingga guru akan berkreasi untuk mengembangkan potensi anak didiknya.
Nadiem mengungkapkan, Guru Penggerak juga mau membagi ilmu dan berani tampil di depan guru lain, baik secara langsung dalam bentuk mendampingi maupun melalui saluran media sosial. Segi kemampuan tersebut, kata dia, dapat ditiru oleh guru lain.
"Guru Penggerak tidak akan putus asa dengan guru-guru lain yang mungkin agak lambat melakukan perubahan sehingga Guru Penggerak justru akan melakukannya pendekatan untuk perlahan mengubah paradigma bagi guru lainnya untuk bersama melakukan perubahan," katanya seperti dilansir dari Antara.
Dalam sesi wawancara dengan wartawan setelah berdialog dengan sejumlah guru di halaman SDN 025 Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kaltim ini, ia juga memberikan apresiasi kepada bupati setempat karena 70 persen dari total guru di PPU telah divaksin.
"Jika dalam waktu dekat semua telah divaksin maka PPU sudah bisa melakukan pembelajaran tatap muka dengan jumlah terbatas, yakni dalam satu kelas tidak boleh lebih dari 18 siswa dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat," tutup Nadiem.
Baca juga:
Nadiem: Opsi Belajar Tatap Muka Terbatas Agar Indonesia Tak Kehilangan Satu Generasi
Opsi Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Wajib usai Guru dan Tenaga Pendidik Divaksinasi
Mendikbud Sebut Pembelajaran Tatap Muka Dimulai Sejak Sekarang Bukan Juli 2021
Mendikbud: Program Belajar dari Rumah Tetap Ada untuk PAUD dan SD
Begini Skema Rencana Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di Sekolah
Mendikbud Nadiem: Baru 22 Persen Sekolah Gelar Pembelajaran Tatap Muka