Nama Jalan untuk Mengenang Sang Perawat
Haji Umar (54) mengembuskan napas terakhir usai virus Covid-19 menyerang imun tubuhnya. Warga Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan ini menghadap Ilahi pada awal Juni lalu tepat di hari ketiga dalam perawatan di Rumah Sakit Umum Daya, Makassar.
Haji Umar (54) mengembuskan napas terakhir usai virus Covid-19 menyerang imun tubuhnya. Warga Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan ini menghadap Ilahi pada awal Juni lalu tepat di hari ketiga dalam perawatan di Rumah Sakit Umum Daya, Makassar.
Suami Hj Mardiah (45) ini banyak dikenal karena dedikasinya membantu pasien di rumah sakit dan juga warga sekitar. Karena selain menjadi perawat di rumah sakit, Bapak lima anak ini juga sebagai mantri.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kenapa Uut Permatasari tinggal di kost? Keputusan ini diambil untuk mendukung tugas suaminya, Tri Goffarudin Pulungan di Bali.
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
-
Kapan HUT Kodam Jaya diperingati? Setiap tanggal 24 Desember diperingati HUT Kodam Jaya.
-
Siapa Dewi Rengganis? Legenda Dewi Rengganis penjaga Gunung Argopuro Diceritakan bahwa Dewi Rengganis, putri dari Kerajaan Majapahit, diasingkan ke puncak gunung bersama enam dayangnya.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
Tidak peduli jauhnya jarak yang harus ditempuh, hujan, masuk gang-gang sempit, larut malam hingga diri hari, Haji Umar tetap melayani.
Semasa pandemi Covid-19, Haji Umar tidak menutup tempat praktik di rumah. Dia bahkan tidak menyudahi kebiasaan keliling dari rumah ke rumah warga dengan motornya untuk memberikan pengobatan.
Haji Umar juga dikenal sebagai sosok pahlawan medis kaum kecil yang tidak memilih-milih pasien. Dia kerap dibayar pas-pasan bahkan tidak dibayar. Karena kebaikan hatinya itu, Haji Umar juga dijuluki passonti-sonti alias tukang suntik.
Begitu dicintainya, sehingga warga mengenang Haji Umar dengan menjadikannya nama jalan menuju rumahnya.
"Jalan menuju rumah memang belum ada nama. Sehari setelah bapak wafat, warga lalu berinisiatif memberi nama jalan ke rumah kami itu dengan nama Jalan Haji Umar. Katanya, biar selalu dikenang," tutur dr Nurfaidah Umar (29), putri sulung Haji Umar.
Nurfaidah juga mengenang almarhum sebagai sosok yang baik hati. Nurfaidah merupakan dokter umum yang bertugas di Rumah Sakit Arifin Nu'mang, Kabupaten Sidrap.
Istimewa
Dia berkisah, Haji Umar tidak pernah berkata tidak dan tidak pernah merasa lelah jika ada warga yang memanggil untuk berobat. Dia terbiasa mengunjungi pasien dan selalu menolak untuk diantar menggunakan mobil. Baginya, naik motor lebih hemat waktu.
Sementara di Rumah Sakit Nene Mallomo, Haji Umar awalnya bertugas sebagai perawat di kamar operasi kemudian bertugas di poli bedah.
"Saat Covid-19 mulai mewabah, bapak sangat khawatir karena ada penyakit penyertanya, diabetes melitus. Juga kalau saya di rumah sakit, saya selalu diingatkan pakai APD. Meski khawatir begitu terhadap Covid-19, bapak tetap menolak untuk tutup tempat praktiknya sebagaimana yang lain. Kata beliau, kalau tempat praktik juga tutup lalu di mana orang berobat sementara orang sakit itu tidak bisa ditunda-tunda. Kalaupun nanti kena Covid, saya ikhlas karena itu tugas," tutur Nurfaidah yang akrap disapa dr Nunu ini mengulang kalimat Bapaknya.
Nestapa itu kemudian datang. Bermula saat Haji Umar mulai merasa tidak enak badan di pertengahan Mei. Kemudian demam. Sempat dikira waktu itu penyebabnya karena penyakit diabetes, sehingga Haji Umar hanya ganti mengonsumsi obat. Namun beberapa hari kemudian nafsu makan mulai menurun. Sempat tiga kali rapid test tapi hasilnya nonreaktif.
Selanjutnya muncul batuk namun dikira hanya penyakit tahunan yang kambuh. Gejala ini mulai dirasakan pada 22 Mei.
"Tidak lama ada informasi kalau hasil pemeriksaan swab rekan kerja satu ruangannya positif, Bapak lalu berinisiatif isolasi mandiri di rumah. Dia sendiri di kamar, kami bicara lewat HP. Alat makannya tersendiri. Bahkan salat Idul Fitri juga di kamar," ujar dr Nunu.
Setelah lima hari menjalani isolasi mandiri, Haji Umar dibawa ke rumah sakit karena kekurangan cairan akibat nafsu makan hilang. Tidak sampai opname, Haji Umar kemudian dibawa pulang ke rumah.
Istimewa
Selama empat hari dirawat di rumah, mulai muncul gejala BAB encer. Kembali dibawa ke rumah sakit sekalian untuk lakukan pemeriksaan swab.
"Setelah pemeriksaan swab, bawa pulang ke rumah. Dua hari di rumah tiba-tiba kondisi bapak drop dan kembali dibawa ke RS Nene Mallomo. Saat itu juga keluar hasil swab yang menyatakan bapak positif. Karena bapak mulai sesak napas, saya minta dirujuk ke Makassar," ujarnya.
Dr Nunu sempat meminta jadi relawan agar bisa merawat sang Ayah yang tengah dirawat di Rumah Sakit Umum Daya, Makassar. Namun harapan tersebut pupus lantaran Nunu berstatus orang dalam pemantauan (ODP).
"Tapi difasilitasi oleh dokter di rumah sakit, saya bisa masuk ke kamar untuk merawatnya tapi menyiapkan APD sendiri. Saya sempat merawat bapak satu malam lalu bapak tidak sadarkan diri. Petugas lalu memasang ventilator dan saya katakan, lakukan yang terbaik untuk bapak saya. Tepat hari ketiga, habis Isya, bapak meninggal dunia pada 2 Juni," ujar Nunu.
Baca juga:
Aksi Anggota TNI Saweran Bayar RS Bayi Baru Lahir Warga Miskin, Wajib Dicontoh Aparat
Perjuangan Akmal, Jadi Anggota TNI AD Ikuti Jejak Ayah yang Tewas Dibunuh Pria Mabuk
Akmal Tak Patah Arang, Daftar jadi Prajurit TNI AD Lanjutkan Pengabdian Sang Ayah
Pria Berhati Mulia Cukur & Beri Baju Baru, Orang Gangguan Jiwa Jadi Ganteng Banget
Berawal dari Tukang Sapu, Pria Gunungkidul Ini Sekarang Jadi Miliarder