Napak tilas Cendana, pusat kekuasaan Soeharto
Nama Cendana untuk jalan di depan rumah itu konon disematkan sendiri oleh Soeharto.
Jalan Cendana, sebuah jalan dengan panjang yang kurang lebih hanya satu kilometer di kawasan Menteng, Jakarta Pusat itu tidak pernah dapat dihapus dalam lembar catatan sejarah republik ini. Di jalan itu, terdapat saksi bisu bagaimana kisah seorang Jenderal bekas Sersan Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL), Soeharto , menjalankan kekuasaan negara.
Tidak banyak kendaraan melintas di jalan itu, yang menyebabkan suasana di sekitarnya begitu tenang meski di tengah kota. Jika dilewati dengan berjalan kaki, para pengguna jalan akan merasa nyaman karena dinaungi banyak pohon besar dan tinggi yang memberikan kesan sejuk.
Nama Cendana untuk jalan di depan rumah itu konon disematkan sendiri oleh Soeharto . Ini karena dia sangat menyukai pohon Cendana yang memiliki aroma khas dan dapat membuat orang mencium aroma itu terpaku.
Menyisir jalan itu sepanjang 100 meter dari arah Jalan Tanjung, di sana terdapat sebuah rumah lama. Rumah yang berlokasi di Jalan Cendana Nomor 6-8 itu merupakan rumah Presiden kedua RI sekaligus penguasa Orde Baru.
Rumah itu masih tampak anggun. Tetapi, mata dapat menangkap kesan sebuah bangunan militer yang begitu kuat. Kesan ini muncul lantaran rumah milik keluarga Soeharto sengaja menggunakan kombinasi warna hijau, warna khas militer.
Pada pintu gerbang untuk akses keluar masuk rumah itu, berdiri kokoh sebuah pos penjagaan yang terbuat dari papan kayu dengan cat berwarna abu-abu. Laiknya sebuah markas militer, pos itu hanya berukuran panjang sekitar 60 cm dan lebar 60 cm dengan ketinggian 200 cm. Hanya posisi berdiri yang bisa dilakukan jika berada dalam pos itu, karena memang difungsikan untuk pasukan jaga saat Soeharto masih menjadi Presiden.
Meskipun tidak lagi ditinggali oleh sang pemilik yaitu putra-putri Soeharto , rumah itu masih tampak rapi. Tidak terdapat bagian yang mengalami kerusakan. "Rumah ini masih milik keluarga Pak Harto. Fungsinya juga tetap sebagai rumah keluarga," ujar salah satu petugas keamanan, Imam, saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (17/5).
Namun demikian, Imam mengatakan, tidak satu pun anak-anak Soeharto menempati rumah itu. "Karena masing-masing punya rumah sendiri," kata dia.
Lokasi rumah anak-anak Soeharto tidak terlalu jauh dari rumah sang ayah. Misalkan saja, rumah anak bungsunya, Hutomo Mandala Putra atau lebih dikenal dengan Tommy Soeharto terletak bersebelahan dengan rumah itu. Sedangkan anak sulungnya, Siti Hardiyanti Rukmana atau lebih dikenal dengan Tutut tinggal di Jalan Yusuf Adiwinata Nomor 14, Menteng, tidak begitu jauh dari rumah Soeharto .
Sayangnya, rumah itu belum dapat bebas diakses oleh siapapun, bahkan sekadar melihat bagian dalam rumah seperti berkunjung ke museum. Hanya pada momen tertentu seperti halal bi halal saja, orang diperbolehkan masuk ke dalam rumah yang cukup fenomenal itu.
"Saya hanya satu kali masuk ke rumah Pak Harto, pas halal bi halal tahun 80-an. Waktu itu, saya dilarang pulang sama orang yang jaga. Katanya, bapak mau bagi-bagi kenang-kenangan," kata seorang pedagang bakso yang telah lama berjualan di Jalan Cendana, Andi (64), bercerita.
Ketika terjadi peristiwa Mei 1998, kawasan Jalan Cendana sama sekali tidak tersentuh oleh massa. Penjagaan begitu ketat kala itu. Hanya warga dan beberapa orang yang sering beraktivitas di situ yang diperkenankan masuk.
"Waktu itu saya juga sempat dilarang masuk ke sini (Jalan Cendana). Tapi, karena ada tentara yang kebetulan tahu dan kenal, saya dibolehkan masuk dan dagang di sini," kata pria asal Kuningan, Jawa Barat itu menuturkan.
Rumah itu kini semakin redam sepeninggal Soeharto . Tetapi, berbagai kisah masa Orba akan tetap terekam dalam bangunan itu.
Baca juga:
15 Tahun kejatuhan Soeharto dan era reformasi
Kisah Brutus dan Harmoko penyanjung yang jatuhkan Soeharto
Mungkinkah kasus korupsi Soeharto diungkit kembali?
4 Alasan Mahathir sebut Indonesia butuh Soeharto
Ketum PBNU: Soeharto ada baiknya
Kemsos pertimbangkan gelar pahlawan bagi Soeharto dan Gus Dur
-
Siapa yang berencana meracuni Soeharto? Rupanya tamu wanita yang tidak kami undang itu berencana meracuni kami sekaluarga," kata Soeharto.
-
Kenapa Soeharto selalu tersenyum? Presiden Indonesia Kedua Soeharto dikenal dengan sebutan ‘The Smiling General’ atau Sang Jenderal yang Tersenyum. Ini karena raut mukanya senantiasa tersenyum dan ramah.
-
Bagaimana Soeharto menghadapi serangan hoaks? Soeharto menganggap, pemberitaan hoaks yang menyerang dirinya dan keluarganya sebagai ujian. "Tapi tidak apa-apa, ini saya gunakan sebagai suatu ujian sampai di mana menghadapi semua isu-isu yang negatif tersebut. Sampai suatu isu tersebut sebetulnya sudah merupakan penfitnahan," ungkap Soeharto. Meski sering diserang hoaks, Presiden Soeharto memilih berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ditambah dengan senyum dan canda tawa.
-
Kapan Soeharto bertugas di Sulawesi Selatan? Soeharto dan keluarga BJ Habibie sudah saling kenal dan dekat sejak tahun 1950. Kala itu, Soeharto berdinas di Sulawesi Selatan dan kebetulan rumah BJ Habibie tepat di depan markasnya, Brigade Mataram.
-
Apa yang pernah dititipkan Soeharto kepada Sudjono Humardani? Ceritanya pada tahun 1967, Sudjono pernah diberi tugas oleh Soeharto untuk meminjam topeng Gadjah Mada yang disimpan di Pura Penopengan Belah Batu Bali.
-
Siapa yang diserang oleh hoaks selain Soeharto? Selain Presiden Soeharto, hoaks juga menimpa keluarganya.