Nelayan Cirebon tolak bantuan kapal Menteri Susi
Kapal hibah Menteri Susi dianggap ringkih untuk mengarungi gelombang laut.
Nelayan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menolak adanya rencana bantuan kapal dari Kementerian Kelautan dan Perikanan berupa kapal berbahan fiber, lantaran dianggap tidak akan bertahan di perairan pantura, khususnya Cirebon yang berlumpur.
"Para nelayan semua minta rencana bantuan kapal yang berbahan fiber dari KKP dikaji ulang, Karena kapal itu riskan rusak dan sulit untuk diperbaiki," kata Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, Wisono di Cirebon, Selasa (31/5).
-
Mengapa Susi Pudjiastuti bertemu dengan Prabowo dan Anies Baswedan? Meski capres telah diumumkan, hingga kini bakal cawapres belum terlihat hilalnya. Justru Susi Pudjiastuti mencuri perhatian publik setelah bertemu dengan dua tokoh besar Prabowo dan Anies Baswedan.
-
Kapan Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
-
Apa yang dibicarakan Susi Pudjiastuti dan Anies Baswedan saat bertemu? Tak diketahui apa saja yang dibicarakan keduanya selama melewati sore bersama. Sebelum pulang, Anies dan Susi sempat membahas soal tanaman anggrek yang menghiasi ruangan. Keduanya terlihat sangat seru berdiskusi soal bunga alih-alih membicarakan politik dan pemilu.
-
Siapa suami dari Susi Pudjiastuti? Anak Susi Pudjiastuti Nadine Kaiser adalah anak dari Susi dan mantan suaminya, Daniel Kaiser, yang berasal dari Swiss.
-
Bagaimana cara Susi Pudjiastuti menunjukkan keakraban dengan Prabowo? Baik Prabowo maupun Susi keduanya turun langsung untuk ikut melepas tukik ke laut. Raut bahagia tampak jelas di wajah dua sosok besar tanah air ini. Setelah selesai melakukan kegiatan sosial, Prabowo dan Susi sempat bercengkrama sambil masak bersama. Keakraban keduanya sangat terlihat dalam momen spesial ini.
-
Siapa Delsy Syamsumar? Delsy Syamsumar, Pelukis Neoklasik Asal Sumbar yang Karyanya Sudah Diakui Dunia Salah satu pelukis terkemuka di Indonesia ini telah melahirkan karya-karya hebat yang sudah diakui oleh Lembaga Seni dan Sejarah Perancis melalui literatur.
Menurutnya, mayoritas nelayan di daerah pantura itu tidak menginginkan adanya bantuan kapal terbuat dari fiber. Selain karena dikhawatirkan akan cepat rusak dan tidak tahan gelombang dan lumpur, juga disebabkan kultur atau kebiasaan para nelayan.
Sampai sekarang ini tidak ada nelayan yang kapalnya menggunakan fiber, karena memang tidak tahan lama. "Berbeda dengan bahan kayu, ketika bocor bisa diperbaiki di bagian yang bocor, tidak harus semuanya," papar Wisono.
Sukarsa, salah seorang nelayan Cirebon menuturkan, jika memang ada bantuan berupa kapal berbahan fiber pihaknya tidak mau menerima. Alasannya, kalau hanya kapal didapat dari bantuan bisa dipakai hanya sekali, mengingat kapal fiber itu bisa sangat rentan pecah.
"Kalau digunakannya hanya sekali ya percuma. Kami sih minta dikaji ulang saja bantuan kapal dari fiber, tapi kalau dari bahan kayu kami juga mau menerimanya," saran dia.
Lebih jauh, Wisono menambahkan pemerintah melalui KKP berencana memberikan 40 kapal berbahan fiber kepada para nelayan di Cirebon. Namun dia menyayangkan dengan sikap KKP yang ngotot dengan kapal fibernya.
Padahal, lanjut dia, kapal fiber di perairan Cirebon sangat tidak cocok dan itu harus dipertimbangkan oleh KKP.
(mdk/cob)