Nenek Mujiati menolak rumah buatan pemerintah
Mbok Mujiati menolak menempati rumah tersebut karena merasa bukan miliknya
Meski memiliki usia lanjut, tubuh nenek Mujiati (75) tampak sehat dengan aktivitas fisiknya yang energik sehari-hari. Dibandingkan orang lain seusianya, perempuan satu anak ini memiliki ketahanan fisik berlebih.
Setiap hari Mujiati tidur di rumah yang nyaris terbuka dinding-dindinya. Ia ditemani beberapa ekor ayam kesayangannya. Begitu bangun tidur di pagi hari, langsung memasak untuk dirinya sendiri.
Hawa dingin udara pegunungan Semeru tidak pernah dirasakannya, kendati akhir-akhir ini serasa menusuk sampai ke tulang. Aktivitas itu dilakukan sejak keluarganya masih lengkap.
"Kondisi Mbok Mujiati ini berubah saat suaminya pergi. Dia hanya tinggal bersama bayinya, yang sekarang sudah besar," kata Nenek Siti, tetanga terdekatnya.
Kini anak satu-satunya itu bekerja di Tulungagung dan hanya sesekali pulang ke rumah. Anaknya sendiri dalam kondisi serba kekurangan, sehingga tidak dapat diharapkan.
Mujiati hanya menanti belas kasihan para tetangga terdekatnya untuk kehidupan sehari-hari. Mujiati tinggal di RT 52/ RW 12 Dusun Ngandeng, Desa Dawuhan, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Ia tinggal seorang diri di sebuah rumah yang nyaris roboh, tanpa penerangan lampu listrik.
Ketua RT 52, tempat Mujiati tinggal, Bambang mengungkapkan para tetangga terdekat biasa memberikan santunan untuk kehidupannya. Pemerintah setempat juga memberi bantuan raskin.
"Khusus ibu Mujiati tidak ditebus (bayar), kalau keluarga lain memang harus membayar," kata Bambang.
Bambang menjelaskan, nenek Mujiati sebenarnya sudah dibuatkan rumah yang lebih layak dan representatif. Namun yang bersangkutan menolak menempati, karena merasa bukan miliknya.
Rumah itu juga sempat ditinggali anaknya tetapi saat ditinggal, Mujiati tidak bersedia menempati. Kendati dipaksa yang bersangkutan tetap menolak untuk pindah.
Karena kondisi rumahnya yang membahayakan, warga setempat berencana membongkar rumah tersebut. Rumah akan diperbaiki, agar yang bersangkutan bersedia menempati rumahnya sendiri.
"Kemungkinan minggu depan akan dibongkar," kata Bambang.