Ridwan Kamil Sebut Belasan Ribu Data Kasus Corona di Jabar Belum Diumumkan Pemerintah
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menuturkan ada belasan ribu data kenaikan kasus Covid-19 yang sudah dilaporkan kepada pemerintah pusat, namun belum dirilis. Pria yang akrab disapa Emil ini mengaku tidak mengetahui pertimbangan mengapa ada penundaan pengumuman.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menuturkan ada belasan ribu data kenaikan kasus Covid-19 yang sudah dilaporkan kepada pemerintah pusat, namun belum dirilis. Pria yang akrab disapa Emil ini mengaku tidak mengetahui pertimbangan mengapa ada penundaan pengumuman.
"Data (kasus Covid-19) naik turun tapi yang belum diumumkan di atas 10 ribu, kalau 20 ribu saya kira tidak, nanti datanya lebih detail, jadi di belasan ribu lah. Itu mau diumumkan sekaligus dan bikin kaget, saya enggak ngerti juga karena kewenangan bukan di kami," kata Emil di Mapolda Jabar, Selasa (2/2).
-
Kapan Ridwan Kamil mencoblos? Hal itu ia sampaikan usai mencoblos surar suara di TPS 45, Jalan Gunung Kencana, Ciumbuleuit, Kota Bandung, Rabu (14/2).
-
Apa harapan Ridwan Kamil terkait hasil Pilpres? Saya sebagai ketua TKD Jabar kalau ternyata bisa bagus suara 02 satu putaran, kalau tidak tentu masih ada proses sampai Juni
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Kapan Ridwan Kamil menyelesaikan kuliahnya? Selanjutnya adalah potret Ridwan Kamil saat menyelesaikan Sarjana S-1 Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung pada tahun 1995.
-
Siapa yang memberikan wejangan kepada Ridwan Kamil? Dalam pertemuan itu, Foke mengaku telah memberikan sejumlah wejangan kepada mantan Gubernur Jawa Barat tersebut.
Dia khawatir dengan penundanya pengumuman oleh pemerintah, membuat data yang sudah dilaporkan mengalami perubahan.
"Kami takutnya diumumkan ternyata orangnya susah sembuh gitu kan turunan analisisnya kan jadi kurang tepat. Kasus mayoritas yang telat diumumkan itu H-3 Minggu coba, kan susah lewat 14 hari. Acuannya nanti saya akan cari cara namanya hasil lab ya," terangnya.
Dia menegaskan tidak akan mengambil kebijakan lockdown. Namun, ia menyoroti sistem pelaporan kasus yang harus diperbaiki oleh pemerintah pusat.
Menurut dia, kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat indikator penanggulangan pandemi Covid-19 di Jawa Barat membaik. Salah satunya adalah tingkat keterisian rumah sakit ada di angka 69 persen setelah sempat berada di angka 80 persen.
"(Kasus harian) yang ditetapkan oleh lab itu sebenarnya sudah turun, artinya apa? Artinya, kasus yang disebut meningkat (oleh pemerintah pusat untuk wilayah Jawa Barat) itu banyak sekali kasus lama," ucapnya.
"Dilaporkan kasus (Covid-19) harian di Jabar naik tapi rumah sakit menurun, kan enggak nyambung. Minggu lalu, 3.300 kasus heboh, padahal 1.900-nya kasus lama ya yang kasus barunya 1.200, nah ini mohon jangan menilai PPKM hanya dari kasus aktif, itu poin saya karena kasus aktif mengandung data yang kurang akurat," ia melanjutkan.
Dimensi lain untuk ukuran kinerja PPKM, ia mengakui ada yang masih belum efektif atau perlu dievaluasi dari sisi indeks mobilitas. Lainnya, dari sisi kedisiplinan warga menerapkan protokol kesehatan terjadi peningkatan signifikan.
Dari data yang ia sampaikan, pada Januari kepatuhan warga secara kumulatif memakai masker ada di angka 50 persen, sekarang sudah 83 persen. Kemudian, kepatuhan jaga jarak awal Januari tersurvei 47 atau 48 persen, sekarang sudah 81 persen.
Petugas di lapangan total sudah menegur 9,7 juta warga yang tidak menerapkan protokol kesehatan di tempat publik selama PPKM.
"Yang paling disiplin masker sekarang ini adalah Kota Cimahi, dan paling tidak disiplin adalah Kabupaten Bekasi. Yang jaga jarak juaranya adalah kabupaten Bandung juga di atas 90 persen, yang paling tidak bisa jaga jarak juga kabupaten Bekasi," terang dia.
Melihat data tersebut, ia menyatakan bahwa sejauh ini tidak pernah berpikir untuk membuat kebijakan karantina yang sifatnya seperti lockdown. Ia pun kembali menyoroti input data harian aktif yang menjadi acuan, namun tidak akurat.
"Iya, kalau PPKM membaik kenapa harus ngambil situasi terburuk gitu ya, makanya supaya omongan saya ini jelas, nanti saya share data yang diumumkan ketemu dengan data lab. Dan pemerintah janji keterlambatan data ini mestinya tidak terjadi lagi," tukasnya.
Baca juga:
2 Februari: Kasus Tambah 10.379 Positif, Total 1.099.687 Terinfeksi Covid-19 di RI
Kota Kupang dalam Kondisi Darurat Bencana
Satgas Covid-19 Minta Tenaga Kesehatan Pakai Masker Asli saat Tangani Pasien
INDEF Pertanyakan Dana Bansos Dipotong Saat Pemerintah Mau Pulihkan Ekonomi
Ridwan Kamil Kritik Data Covid-19 Sering Tercampur, Beri Saran Ini ke Kemenkes
Jokowi: Persoalan Dihadapi Bangsa ke Depan akan Semakin Berat dan Kompleks