Obat bius berisi pengental darah, produksi Buvanest Spinal disetop
BPOM masih melakukan investigasi terhadap kasus ini.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Roy Sparingga mengatakan, pihaknya telah mendatangi sarana produksi obat Buvanest Spinal milik PT Kalbe Farma. Menurut dia, pihaknya menemukan kemungkinan tercampurnya obat injeksi anestesi itu dengan asam tranexamat.
Hal itu dikarenakan ada sejumlah prosedur dari bagian pemastian mutu, belum menerapkan prosedur Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), dan tidak sesuai aturan sebagaimana mestinya.
"Kami sudah mendatangi sarana produksi untuk memastikan bagaimana penerapan cara pembuatan obat yang baik (CPOB). Di sana kami menyampaikan bahwa sistem yang mereka terapkan terdapat potensi terjadinya mix up, karena penerapan CPOB belum sepenuhnya sesuai yang diharapkan," kata Roy di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (18/2).
Roy mengaku saat ini pihaknya masih melakukan investigasi terhadap kasus ini. Sementara BPOM sendiri, diketahui bukan hanya membekukan izin peredaran obat Buvanest Spinal dan asam tranexamat, tapi juga sekaligus menghentikan fasilitas produksi untuk larutan injeksi yang dimiliki PT Kalbe Farma tersebut.
"Fasilitas produksi kita hentikan bukan hanya Buvanest, sambil kami melakukan investigasi mendalam," ujar Roy.
Diketahui, dua pasien di RS Siloam Karawaci, Tangerang meninggal dunia setelah diberi injeksi Buvanest Spinal produksi PT Kalbe Farma. Pasien adalah seorang wanita yang menjalani operasi caesar dan seorang laki-laki yang menjalani operasi urologi.
Keduanya langsung dibawa ke ruang ICU. Namun, kurang dari 24 jam nyawanya tak tertolong. Sementara itu, untuk pasien yang menjalani operasi caesar, bayinya selamat.
Hasil pemeriksaan sementara, Buvanest Spinal yang diberikan ternyata bukan berisi Bupivacaine yang merupakan obat bius, akan tetapi berisi asam traneksamat golongan antifibrinolitik, yang bekerja mengentalkan darah untuk mengurangi pendarahan.