Oegroseno sebut pergantian Kapolri bikin gelisah internal kepolisian
Oegroseno mengatakan, sebelum pergantian berlangsung, internal Kepolisian dalam kondisi tenang.
Proses penggantian Kapolri yang lebih awal dari jadwal berakhirnya masa jabatan Kapolri, Jenderal Polisi Sutarman, ditambah dengan proses yang menuai pro dan kontra, utamanya setelah penetapan status tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap calon tunggal Kapolri, Komjen Budi Gunawan, ternyata menuai kegelisahan di internal Kepolisian.
Mantan Wakapolri, Komisaris Jenderal Polisi (Purnawirawan) Oegroseno mengungkapkan, dirinya masih bisa merasakan kegelisahan yang terjadi di internal Kepolisian lantaran dirinya pernah terlibat dalam pembicaraan internal terkait sosok yang cocok menjabat sebagai Kapolri.
"Situsi sekarang berbeda, pro dan kontra. Tapi saya masih bisa merasakan di dalam karena mempunyai jaringan. Ada kelompok kecil yang gelisah," kata Oegroseno di Jakarta, Sabtu (17/1).
Dirinya membandingkan situasi di internal kepolisian antara kondisi sebelum proses penggantian Kapolri dengan kondisi saat penggantian Kapolri dimulai. Oegroseno mengatakan, sebelum proses berjalan, internal Kepolisian dalam kondisi tenang, semua personel, mulai dari Bharada hingga jenderal bintang 4 bekerja sesuai tugasnya masing-masing.
"Polri adalah milik negara dan bangsa. Jadi kalau merasa memiliki Polri, dari pangkat Bharada sampai jenderal bintang 4 tidak ada anggota Polri yang jadi anak emas, perak, perunggu, batu, kayu, semua sama. Apa yang dilakukan polisi dari Bharada hingga jenderal itu sama," ujar Oegroseno.
Sekarang, menurut Oegroseno, kondisinya sudah berbeda. Berbagai macam kegelisahan meliputi internal Kepolisian. "Gelisahnya macam-macam. Saya kok tidak jadi, saya lebih punya kesempatan, pencalonan Kapolri kok detik-detik terakhir. Kalai ditanya no comment. Kalau enggak gelisah enggak akan bilang no comment," tutur Oegroseno.