Omicron Melonjak, Epidemiolog Wanti-Wanti Potensi Terjadi Long Covid
Menurut dia, angka kasus Omicron yang ada saat ini masih merupakan angka minimal. Tidak tertutup kemungkinan jumlah masyarakat yang terinfeksi bisa lebih banyak.
Epidemiolog Dicky Budiman mewanti-wanti terkait peningkatan kasus Omicron di tanah air. Mengingat varian Covid-19 tersebut memiliki tingkat reproduksi alias penularan yang tinggi.
"Apalagi sudah penularan di tingkat lokal. Yang menjadi masalah mayoritas tidak bergejala. Sehingga bahayanya ini orang bisa tidak menyadari," kata dia kepada Merdeka.com, Sabtu (15/1).
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
Menurut dia, angka kasus Omicron yang ada saat ini masih merupakan angka minimal. Tidak tertutup kemungkinan jumlah masyarakat yang terinfeksi bisa lebih banyak.
"Kita melihat saja di semua negara dengan kapasitas testing yang bahkan jangankan yang bagus, menengah saja sedang saja itu sudah menemukan kasus yang jauh lebih banyak dibandingkan ketika Delta. Hanya perbedaannya kasus infeksi yang banyak yang bergejala ringan, sedang," ujarnya.
Fakta yang muncul selama ini bahwa pasien Omicron tidak bergejala maupun bergejala ringan dan sedang juga harus diwaspadai. Lantaran gejala yang timbul tidak selalu sama dengan hasil. Sebab ada potensi bahaya jangka panjang atau yang lebih dikenal dengan long covid.
"Bukan berarti yang ringan sedang itu output-nya baik-baik saja atau ringan sedang, tidak juga. Gejala dengan hasil itu kan berbeda. Makanya kita tidak boleh mengandalkan ini kan sedang ringan, akan baik-baik saja. Tidak begitu."
Karena itu, perlu dilakukan upaya agar tidak banyak orang yang dirawat di rumah sakit. Salah satunya dengan memberikan vaksinasi booster. Namun vaksinasi booster saja tidak cukup. Upaya 3T harus terus diperkuat.
"Jadi yang harus dilakukan, temukan kasusnya, lakukan tracing testing sehingga bisa diisolasi karantina. Selain itu masyarakat tetap patuh masalah 5M. Dan PPKM masih penting ya setidaknya dalam level 2, 3 itu dijaga," tandas dia.
Untuk diketahui, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Widyastuti menyampaikan hingga hari tercatat 725 kasus Omicron. Deteksi dilakukan Dinkes bersama Pemerintah Pusat.
"Data yang kita dapatkan sampai dengan pagi ini sudah terlaporkan ada 725 kasus positif Omicron," kata dia, dalam diskusi virtual.
Dari jumlah tersebut, terdapat 75 persen merupakan pasien hasil perjalanan luar negeri. Sementara sekitar 24,8 persen merupakan transmisi lokal.
"75 Persen PPLN sebanyak 545 dan 180 transmisi lokal Omicron atau 24,8 persen," imbuh dia.
(mdk/rhm)