Organda Bogor sebut penumpang lebih suka angkot berjendela terbuka
Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bogor mengkritik kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan terkait penetapan angkot yang diwajibkan menggunakan air conditioner (AC) atau pendingin udara.
Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bogor mengkritik kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan terkait penetapan angkot yang diwajibkan menggunakan air conditioner (AC) atau pendingin udara.
Wakil Ketua Organda Kota Bogor Freddy Djuhardi mengatakan, selama ini, pengambil kebijakan di tingkat pusat selalu berpatokan ke kota metropolitan, seperti Jakarta dan Bekasi.
Freddy menyebut, pusat sering kali melupakan faktor kearifan lokal (local wisdom) di tingkat daerah. Selain itu, seharusnya pemerintah pusat dapat mengambil kebijakan yang tepat.
"Mereka tidak melihat kebutuhan lebih luas di daerah, seperti di kota dan kabupaten Bogor," ujar Freddy, Rabu (5/7).
Dia menambahkan, persoalan lain yang muncul yaitu desain angkot yang harus dirubah. Selama ini, sambung Freddy, angkot di Bogor memiliki ukuran yang kecil dan memiliki kapasitas cc yang kecil pula. Pintu angkot yang dioperasikan secara dilipat dan cenderung selalu dibuka juga menimbulkan masalah.
"Angkot ber-AC itu untuk siapa, angkot yang mana, trayek yang mana. Harus bijak dalam hal kewilayahan. Selama ini juga proses peremajaan angkot tidak ada ketegasan," kata Freddy.
Di samping itu, lanjutnya, angkot ber-AC akan menimbulkan diskriminasi dan ketimpangan. Ia mengatakan, kondisi itu akan sulit diterapkan di lapangan.
Freddy menjelaskan, pemasangan AC sebelumnya sudah pernah dicoba di angkot eksklusif. Namun kenyataannya, angkot itu sekarang tidak lagi dipasang AC lagi karena desain pintu penumpang yang selalu terbuka. Penumpang juga cenderung lebih suka jendela yang terbuka.
"Pengalaman ini menjadi bukti tidak efisien bila angkot dipasangi AC," tutup dia.