Panglima TNI: Pembebasan Pilot Susi Air Diupayakan Dengan Cara Persuasif
Yudo mengatakan, operasi penyelamatan pilot Philips di Papua tidak bisa langsung dengan operasi militer tetapi dengan cara-cara persuasif.
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menyampaikan perkembangan operasi penyelamatan pilot maskapai Susi Air, Philips Mark Methrtens (37) yang disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Yudo mengatakan, operasi penyelamatan pilot Philips di Papua tidak bisa langsung dengan operasi militer tetapi dengan cara-cara persuasif.
"Kita masih terus laksanakan bersama TNI dan Polri, bahwasanya ini adalah proses penegakan hukum tidak bisa kita langsung laksanakan operasi militer dan tentunya kita tetap mengedepankan penegakan hukum. Karena ini, orang asing yang disandera KKB dan tentunya kita tetap upayakan dengan cara-cara persuasif," kata Yudo usai acara olahraga bersama di GOR Praja Raksaka, Denpasar Selatan, Bali, Rabu (22/2).
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
-
Siapa yang akan menggantikan Laksamana Yudo Margono sebagai Panglima TNI? Nama calon panglima TNI akan diumumkan oleh Ketua DPR RI Puan Maharani. Calon tunggal sesuai amanah UU," imbuhnya.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Kapan Panglima TNI menerima penghargaan? Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto dianugerahi penghargaan Meritorious Service Medal dari Pemerintah Singapura.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.
Sebelum melakukan penegakan hukum, Yudo mengatakan, upaya negosiasi juga dilakukan Pemerintah Daerah (Pemda) dan juga tokoh agama serta tokoh masyarakat kepada KKB. Menurut Yudo, cara persuasif diutamakan agar operasi penyelamatan sandera tak berdampak kepada masyarakat.
"Kita sudah laksanakan dengan negosiasi, kita utamakan dari pemerintah daerah dan juga tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat. Kita, tidak bisa menyelesaikan ini dengan cara militer yang langsung diserang dan bukan itu" ujar dia.
Tak Ada Penambahan Pasukan
Yudo juga menegaskan bahwa tidak ada penambahan pasukan di Papua untuk membebaskan pilot Philips.
"Itu kemarin pergantian pasukan yang sudah ada di sana tidak menambah pasukan. Dan pasukan yang sudah ditugaskan di sana yang BKO pada Polri dan juga ada pasukan-pasukan organik yang sudah standby di sana," ujar dia.
Mantan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) ini menambahkan bahwa mediasi sudah dilakukan bupati, tokoh agama serta tokoh masyarakat terhadap KKB. Sementara personel TNI dan Polri mengamankan masyarakat yang mendapatkan ancaman dari KKB.
"Ini kita amankan di situ dan juga sarana dan prasarana fasilitas yang ada di sana yang kemarin sempat dibakar itu, kita amankan (oleh) TNI dan Polri," ujar dia.
Yudo meminta teror KKB di Papua tidak perlu dibesar-besarkan. Menurut dia, KKB hanya kelompok kriminal kecil yang memang hanya menekan dan meminta uang kepada masyarakat. Sebab menurut dia, mayoritas masyarakat Papua menginginkan perdamaian dan hidup layak.
"Jadi, ini sebagian kecil jangan dianggap ini kelompok besar. Itu terlalu dibesar-besarkan kadang-kadang. Ini kelompok kecil, ini kayak premanisme hanya meminta dan menekan masyarakat, meminta uang dan setelah itu kembali lagi dan setelah kehabisan (bekal) naik lagi. Ganggu lagi, bakar-bakar lagi, nekan-nekan lagi, begitu terus, menurut saya jangan dibesar-besarkan," kata dia.
(mdk/gil)