Pelaku penyerangan 7 siswa SD di Sabu pernah melamar jadi guru
Pelaku telah berada di Sabu sejak 17 November 2016, dan diperkirakan sudah tiga pekan berada di Sabu. Pelaku mengontrak sebuah rumah milik warga setempat.
Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) menyatakan, dari hasil pemeriksaan sementara diketahui bahwa Irwansyah (32), pelaku penyerangan terhadap tujuh murid Sekolah Dasar Negeri 1 Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT), beberapa kali pernah melamar kerja di sejumlah sekolah di wilayah itu. Pelaku melamar untuk menjadi guru.
"Pelaku yang telah meninggal dikeroyok oleh masyarakat Sabu, saat tiba di Sabu pernah melamar menjadi guru di sejumlah sekolah di Sabu, khususnya di SMP dan SMA sebagai guru mata pelajaran IT," kata Kapolda NTT Brigjen Pol E. Widyo Sunaryo seperti dilansir Antara, Kamis (15/12).
Kapolda menjelaskan, pelaku sendiri telah berada di Sabu sejak 17 November 2016, dan diperkirakan sudah tiga pekan berada di Sabu. Pelaku mengontrak sebuah rumah milik warga setempat.
Akibat tidak diterima menjadi guru di sekolah-sekolah yang pernah ia lamar, pelaku kemudian berprofesi sebagai pedagang barang.
"Ia tidak diterima di sekolah-sekolah tempat ia melamar, karena memang ia lulusan IT, sedangkan di sejumlah sekolah itu program IT belum ada, sehingga ia pun merubah profesinya sebagai pedagang," ujarnya.
Pria yang pernah menjabat sebagai Kapolres Atambua ini menambahkan, selama berada di Sabu Raijua, pelaku sendiri tidak pernah mau berbaur dengan warga sekitar. Bahkan pernah diajak makan bersama oleh orang yang punya rumah pun pelaku menolak dan tetap ingin menyendiri di dalam kamarnya.
Sementara terkait tujuh teman pelaku yang diberitakan sempat melarikan diri lanjutnya hal itu tidak benar. Ia mengatakan, sebelum kejadian tersebut ketujuh teman dagangnya pelaku tersebut memang sudah beranjak meninggalkan pelabuhan Seba. Namun pascapenyerangan tersebut ketujuh temanya itu kemudian dipanggil kembali.
Tetapi ketika hendak tiba di pelabuhan Seba, melihat banyaknya massa yang berkumpul di pelabuhan Seba, salah seorang dari ketujuh teman pelaku itu langsung melompat ke tengah laut.
"Yang melompat tersebut bernama Mohammad Hatta, hingga saat ini yang bersangkutan belum ditemukan. Diduga ia tewas karena tenggelam dan saat ini tengah dalam pencarian," ucapnya.
Kemudian terkait motif dari perbuatan pelaku penyerangan tersebut, Widyo menambahkan belum mengetahuinya. Namun secepatnya dirinya akan mengumpulkan keterangan dari para saksi yang ada di Sabu Raijua, termasuk juga keluarga dari pelaku yang berada di Jawa Barat.
Baca juga:
Pelaku tewas, polisi sulit ungkap motif penikaman siswa SD di NTT
Polisi akui kesulitan ungkap penyerangan 7 siswa SD di NTT
Polisi kembali tangkap 3 pelaku penyerangan rombongan pelajar Muhi
Keluarga tak percaya Irwansyah pelaku penyerangan siswa SD di NTT
Pemuda NTT minta kasus penyerangan siswa SD tak dikaitkan ke SARA
-
Bagaimana anak-anak dari sekolah pencuri menjalankan aksinya? Setelah satu tahun bersekolah, para remaja itu bisa 'lulus', mencuri perhiasan di pesta pernikahan orang kaya.
-
Siapa yang diduga melakukan pelecehan di sekolah? Korban diduga telah melakukan pelecehan terhadap para siswi di sekolah.
-
Kapan kaki seribu sering terlambat sekolah? Soalnya kakinya banyak, jadinya kalau pakai sepatu kelamaan.
-
Siapa yang berjuang demi anak? “Pada awal kehidupan, orangtua tentu harus membesarkan anaknya, mengasuh, mengajari. Tapi, pada titik tertentu, orangtua justru harus mengajari anaknya kehidupan dengan melepaskan.”
-
Apa yang Nia Ramadhani lakukan saat menemani anak-anaknya belajar? Nia menemani anak pertamanya, Mikhayla, mengerjakan PR, meskipun Nia sendiri bingung dengan aplikasi yang berbeda. Meskipun begitu, interaksi mereka selama Mikhayla belajar dianggap menggemaskan.
-
Siapa yang menggagas Sumpah Pemuda? Peristiwa yang terjadi pada 28 Oktober 1928 ini digagas oleh golongan pemuda yang ingin menyatakan janji persatuan. Hari Sumpah Pemuda bukan sekedar peringatan akan sejarah masa lalu. Tetapi diharapkan dapat membangkitkan semangat juang para pemuda masa kini, untuk melanjutkan cita-cita bangsa Indonesia.