6 Fakta Tentang Siswa SD yang Meninggal Setelah Mengalami Perundungan dari Kakak Kelas
Seorang siswa kelas 3 SD di Subang meninggal dunia akibat perundungan yang dilakukan oleh kakak kelasnya.
Kasus perundungan di sekolah kembali mengakibatkan korban jiwa. Seorang siswa berusia 9 tahun, yang merupakan siswa kelas 3 SD di Kabupaten Subang, Jawa Barat, berinisial ARO, meninggal setelah mengalami koma akibat dugaan kekerasan fisik yang dilakukan oleh kakak kelasnya. Peristiwa tragis ini mengingatkan kita akan bahaya bullying yang masih merajalela di dunia pendidikan. Korban dilaporkan mengalami berbagai tindakan kekerasan, seperti dipukul, dijedotkan ke tembok, dan ditendang. Kondisi ARO semakin memburuk hingga ia harus dilarikan ke rumah sakit. Setelah mendapatkan perawatan intensif selama tiga hari di ICU RSUD Subang, sayangnya, nyawanya tidak dapat diselamatkan.
Kejadian ini menyoroti betapa pentingnya upaya pencegahan dan penanganan kasus perundungan di lingkungan sekolah. Pihak kepolisian bersama pemerintah daerah telah mengambil langkah-langkah untuk menyelidiki insiden ini sekaligus meningkatkan kampanye sosialisasi mengenai anti-bullying. Dengan adanya fakta-fakta ini, diharapkan masyarakat dapat lebih sadar dan peduli terhadap masalah perundungan. Berikut adalah enam fakta yang dirangkum oleh Liputan6 dari berbagai sumber, pada Selasa (26/11).
Berawal dari Sakit Kepala
Peristiwa ini dimulai ketika korban mengungkapkan kepada keluarganya mengenai tindakan kekerasan yang ia alami di sekolah. ARO mengeluhkan sakit kepala yang parah dan mengalami muntah-muntah selama beberapa hari sebelum keadaannya semakin memburuk. Ia bahkan mengalami kesulitan untuk membuka mata dan terpaksa merangkak untuk bergerak. Keluarga ARO menyatakan bahwa ia sempat mengungkapkan bahwa dirinya menjadi sasaran kekerasan oleh tiga orang kakak kelas di sekolah. Tindakan perundungan tersebut mencakup kekerasan fisik seperti dipukul, dijedotkan ke dinding, dan ditendang.
Ketika kondisi ARO semakin memburuk, ia segera dibawa ke RSUD Subang untuk mendapatkan perawatan. Sayangnya, meskipun telah menjalani perawatan medis selama tiga hari, usaha tersebut tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Korban akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada hari Senin, 25 November 2024, pukul 16.10 WIB. Kejadian ini menjadi sorotan dan menimbulkan keprihatinan mendalam di masyarakat mengenai isu kekerasan di lingkungan sekolah.
Perundungan yang Menyebabkan Pendarahan Otak
Setelah tiba di RSUD Subang, korban segera mendapatkan perawatan intensif di ruang ICU dalam keadaan koma. Dokter menemukan adanya indikasi pendarahan di otak yang diduga disebabkan oleh benturan yang keras. Selama masa perawatan, kondisi ARO terus mengalami penurunan, sehingga pemeriksaan menyeluruh menjadi sulit dilakukan. Menurut dr. Syamsul Riza, Wakil Direktur RSUD Subang, pasien telah menunjukkan gejala mati batang otak sejak awal perawatan. Meskipun demikian, hasil autopsi masih dibutuhkan untuk menentukan penyebab pasti kematian, meskipun dugaan awal menunjukkan adanya cedera fisik akibat kekerasan. Proses ini diharapkan dapat memberikan kejelasan dalam penyelidikan kasus yang sedang berlangsung.
Kepala Sekolah Akhirnya Diberhentikan
Peristiwa ini menarik perhatian langsung dari PJ Bupati Subang, Imran. Ia menegaskan bahwa pemerintah daerah berkomitmen untuk mengatasi masalah perundungan di sekolah melalui sosialisasi dan penegakan hukum. Sebagai tindakan tegas, kepala sekolah tempat korban bersekolah akan dinonaktifkan sementara sampai proses penyelidikan selesai. Tindakan ini diambil untuk menunjukkan bahwa pemerintah tidak akan mentolerir adanya kasus bullying dalam bentuk apa pun. Imran juga mengumumkan rencana untuk mengadakan apel di sekolah korban, yang bertujuan untuk mengumpulkan wali murid serta kepala sekolah dari seluruh wilayah Subang. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran bersama mengenai pentingnya pencegahan perundungan di lingkungan sekolah.
Pelaku Bullying dalam Pengawasan Kepolisian
Polres Subang telah melakukan penyelidikan mendalam dengan memeriksa berbagai saksi, termasuk anggota keluarga korban, teman-teman di sekolah, serta pihak sekolah. Untuk mengetahui penyebab kematian, autopsi terhadap jenazah korban dilakukan di RS Bhayangkara Indramayu. Menurut pernyataan Kasatreskrim AKP Gilang Indra Friyana, "hasil autopsi akan menjadi bukti penting untuk mengungkap fakta sebenarnya." Polisi juga menegaskan bahwa mereka berkomitmen untuk menyelesaikan kasus ini dengan cara yang transparan. Selain itu, para pelaku perundungan yang merupakan kakak kelas korban saat ini berada di bawah pengawasan pihak kepolisian. Tindakan hukum akan diambil berdasarkan hasil penyelidikan dan bukti yang telah terkumpul.
Peran Penting Keluarga dalam Mengungkap Kasus Ini
Keluarga dari korban mengungkapkan bahwa ARO pada awalnya tidak mau bercerita tentang kekerasan yang dialaminya. Ketakutan terhadap pelaku membuat ARO memilih untuk tetap diam, meskipun ia menunjukkan gejala fisik yang cukup mengkhawatirkan. Ketika kondisinya semakin memburuk, keluarga memutuskan untuk membawa ARO ke rumah sakit dan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian. Dukungan dari keluarga menjadi faktor penting dalam memulai proses hukum terkait kasus ini. Tragedi ini mengingatkan kita semua bahwa komunikasi yang baik antara anak dan keluarga sangatlah penting untuk mendeteksi tanda-tanda kekerasan sedari awal.
Pentingnya Menghindari Perundungan di Sekolah
Perundungan di sekolah tidak hanya menimbulkan dampak fisik, tetapi juga berpengaruh pada kesehatan mental, bahkan dapat berakhir dengan konsekuensi yang sangat serius. Kasus-kasus ini menunjukkan adanya kekurangan dalam sistem pengawasan yang diterapkan oleh sekolah terhadap perilaku siswa. Oleh karena itu, pihak berwenang dan institusi pendidikan perlu meningkatkan upaya pencegahan dengan melaksanakan program sosialisasi anti-bullying yang lebih efektif. Keterlibatan semua pihak, termasuk guru, orang tua, dan siswa, dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung sangat penting untuk solusi jangka panjang. Selain itu, penerapan hukuman yang tegas bagi pelaku perundungan serta pihak yang dianggap lalai dapat memberikan efek jera dan mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan.
Apa pengertian perundungan di lingkungan sekolah?
Perundungan merupakan aksi kekerasan baik secara fisik maupun verbal yang dilakukan oleh seorang siswa kepada siswa lainnya, baik secara individu maupun dalam kelompok. Tindakan ini dapat menyebabkan dampak negatif yang mendalam pada korban, termasuk trauma psikologis dan penurunan kualitas hidup. Dalam banyak kasus, perundungan tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga dapat terjadi di lingkungan sosial lainnya. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda perundungan dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghentikannya. "Perundungan adalah tindakan kekerasan fisik atau verbal yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa lain, baik secara individu maupun kelompok." Dengan meningkatkan kesadaran dan pendidikan tentang perundungan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi semua siswa.
Apa saja akibat dari perundungan terhadap anak?
Perundungan dapat menimbulkan dampak yang serius, seperti trauma fisik, gangguan psikologis, dan penurunan prestasi. Dalam situasi yang sangat parah, perundungan bahkan dapat berujung pada kematian.
Apa langkah yang dapat diambil untuk mencegah perundungan di sekolah?
Pendidikan karakter, pengawasan dari guru, serta sosialisasi mengenai anti-bullying di lingkungan sekolah dan keluarga merupakan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah perilaku bullying. Dengan menerapkan pendekatan ini, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi semua siswa.