Pemimpin padepokan Dimas Kanjeng di Samarinda siap beri keterangan
Pemimpin padepokan Dimas Kanjeng di Samarinda siap beri keterangan. Pascapenutupan padepokan sementara waktu oleh Pemkot Samarinda, agenda pengajian majelis yang sedianya digelar tiap Selasa malam Rabu ini, pun ditiadakan. Sumaryono mengaku mematuhi keputusan penutupan itu.
Pemimpin Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng (YPDK) Majelis Ta'lim Daarul Ukhuwah Sumaryono tengah dicari polisi. Meski tidak menyebutkan keberadaannya, dia menanggapi soal laporan pengikutnya ke kepolisian, terkait dugaan penipuan penggandaan uang Rp 23,5 juta, sebagaimana yang dijanjikan padepokan.
Sumaryono mengaku akan bersikap kooperatif kepada kepolisian, apabila nantinya penyidik memerlukan keterangannya, terkait laporan itu.
"Intinya ingin minta keterangan saya, saya siap saja. Saya siap saja," kata Sumaryono, kepada wartawan di Samarinda, Kalimantan Timur, Selasa (11/10).
Namun demikian, menurut Sumaryono yang bergelar Sultan Agung dari Dimas Kanjeng sejak November 2015 lalu itu, laporan pengikut padepokannya ke Polresta Samarinda, kurang tepat. Aduan itu, mestinya dialamatkan bukan atas nama padepokan majelisnya.
"Sasarannya bukan saya, tapi kan itu kejadian di Jawa Timur. Sekarang, gara-gara opini seperti itu, majelis kita malah tidak ada kegiatan. Repot juga saya," kilah Sumaryono
Pascapenutupan padepokan sementara waktu oleh Pemkot Samarinda, agenda pengajian majelis yang sedianya digelar tiap Selasa malam Rabu ini, pun ditiadakan. Sumaryono mengaku mematuhi keputusan penutupan itu, meski dia tetap berharap, padepokannya akan dibuka kembali di waktu mendatang.
"Tidak ada kegiatan (malam ini), kita mengikuti Pemkot saja. Yang penting, ada peluang untuk mengurus kembali," ujarnya.
Masih diterangkan Sumaryono, dia memilih untuk menahan diri, agar nantinya perihal laporan pengikutnya ke kepolisian, tidak semakin menimbulkan pro dan kontra di kemudian hari.
"Sekalipun saya beri keterangan, saya tidak ingin konfrontasi dengan pemberitaan-pemberitaan yang sudah ada," demikian Sumaryono.
Diketahui, salah seorang pengikut padepokan Dimas Kanjeng di Samarinda, Ida melapor ke kepolisian Sabtu (8/10) lalu, ditemani dengan seorang kerabatnya. Dua kotak kayu yang dia dapatkan dari padepokan dengan mahar Rp 5 juta per kotak, dia bawa ke kepolisian sebagai bukti keikutsertaan dia di YPDK Majelis Ta'lim Daarul Ukhuwah di Jalan Ir Sutami, Sungai Kunjang, Samarinda.
Ida merasa tertipu setelah menyetor total uang Rp 23,5 juta ke padepokan, yang dijanjikan akan berlipat ganda pimpinan Sumaryono. Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Samarinda Kompol Sudarsono menerangkan, kepolisian tengah menyelidiki keberadaan Sumaryono, untuk memintanya keterangan.