Pemkab Banjarnegara minta geolog untuk memetakan potensi bencana
Pemkab Banjarnegara minta geolog untuk memetakan potensi bencana. Usai terjadi longsor Selasa kemarin, ditemukan adanya pergeseran tanah di kawasan hutan pinus yang tak jauh dari lokasi longsor. Pemkab akan menggandeng geolog untuk memetakan potensi longsor di Banjarnegara.
Bencana longsor dan gerakan tanah yang terjadi di Desa Mlaya Kecamatan Punggelan, Banjarnegara memerlukan penanganan intensif. Tak hanya soal pengungsian, namun juga antisipasi potensi kemungkinan pergeseran tanah ke depannya.
Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno mengatakan untuk kebutuhan tersebut, pemerintah kabupaten berencana meminta bantuan geolog untuk meneliti dan mengobservasi potensi gerakan tanah dan bencana longsor di wilayah tersebut.
"Penanganan bencana tidak bisa didasari dengan ilmu kira-kira. Karena itu, pemkab akan mengundang geolog untuk memastikan potensi bencana yang ada dan saran dari para ahli, sebagai rujukan mengambil tindakan untuk menyelamatkan warga," katanya, Jumat (30/9).
Namun untuk saat ini, dia meminta warga yang terdampak longsor di Desa Mlaya agar mengungsi di lokasi yang aman dan terus waspada terhadap kemungkinan longsoran susulan.
"Karena itu, saya ingin memastikan speaker masjid hidup untuk memberi perintah cepat agar diketahui seluruh warga. Pastikan ada genset yang siap menopangnya, jika listrik mati. Intinya, jangan sampai speaker mati. Cara lain adalah dengan menggunakan kentongan," katanya.
Sementara itu Kepala Desa Mlaya Waryati mengemukakan, kejadian longsor setelah hujan deras Selasa (27/9), menyebabkan tertutupnya jalan desa di Dusun Kaliwadas yang dekat dengan rumah penduduk sekitar pukul 19.00 WIB.
Waryati melanjutkan, pada keesokan harinya (Rabu, 28/9) sekitar pukul 13.00 WIB ditemukan adanya retakan di hutan pinus yang letaknya di atas permukiman penduduk. Kondisi tersebut menyebabkan tejadinya gelombang pengungsian warga ke masjid setempat serta bangunan SDN 02 Mlaya. Tak sampai di situ, jelas Waryati, hujan juga menyebabkan tanah longsor yang menutup jalan di dusun Kaliwadas.
Hingga saat ini, Waryati menyampaikan, total pengungsian yang ditampung di Masjid Kaliwadas dan SDN 02 Mlaya sebanyak 77 keluarga atau 306 jiwa. Sementara itu, lanjutnya, pengungsi di dusun Sidakarya sebanyak 17 keluarga atau 77 jiwa.
"Kalau yang di Dusun Sidakarya, mengungsi di rumah tetangga. Karena ada retakan di rumah warga. Sedangkan di Semangkung, ada longsor tanah di tiga titik, serta ancaman adanya gerakan tanah yang mengarah ke aliran sungai setempat," katanya.
Kepala pelaksana harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Catur Subandrio, menambahkan saat ini mengalami kesulitan akses untuk menunjang kebutuhan pengungsi.
Dengan demikian, pihaknya akan membuat dapur umum di balai desa dengan peralatan sederhana. Lebih lanjut, ia mengemukakan, untuk sementara logistik masih bisa dipenuhi dari dapur umum PMI. "Hari ini juga dilakukan assessment di lapangan. Selain logistik, juga untuk kebutuhan lainnya," jelasnya.