Pemuda di Banyuwangi Temui Puluhan Petani, Ajak Aktifkan Kembali Lumbung Pangan
Sejak sepekan terakhir, sejumlah pemuda yang tergabung dalam komunitas Kampung Papring Kreatif menemui petani-petani kebun di kawasan Lingkungan Papring, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi untuk mengajak mengaktifkan kembali lumbung pangan di rumahnya.
Sejak sepekan terakhir, sejumlah pemuda yang tergabung dalam komunitas Kampung Papring Kreatif menemui petani-petani kebun di kawasan Lingkungan Papring, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi untuk mengajak mengaktifkan kembali lumbung pangan di rumahnya.
Para pemuda berharap para petani tidak menjual semua hasil panen musim ini seperti jagung dan kacang tanah untuk cadangan makanan selama menghadapi wabah virus corona (Covid-19).
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Apa penghargaan yang diraih Banyuwangi? Diserahkan Presiden RI Joko Widodo kepada Bupati Ipuk Fiestiandani di Istana Negara, Kamis (31/8/2023), Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Terbaik 2022 se-Jawa dan Bali.
"Jadi sekarang dari 69 kepala keluarga di kampungku, sudah ada 20 lebih jurung (lumbung) untuk menyimpan jagung milik warga aktif kembali untuk menyimpan. Kalau sebelumnya dijual, sekarang disimpan," kata Widie Nurmahmudy, koordinator Komunitas Kampung Papring Kreatif, Senin (20/4).
Saat ini musim panen petani yang memanfaatkan lahan di areal KPH Banyuwangi utara masih berlangsung. Tidak hanya jagung, warga juga menyimpan sebagian hasil panen kacang tanah untuk cadangan bibit dan kebutuhan bumbu dapur hingga bahan membuat kue.
"Kalau kacang sebagian di jual, hanya menyisakan untuk kebutuhan bibit dan stok sajian menghadapi puasa ramadhan dan lebaran. Jadi minimal tidak dijual semua, minimal masih menyisakkan untuk bibit musim tanam selanjutnya," ujar Widi.
Lumbung-lumbung pangan tersebut disimpan 2-3 meter di atas tungku memasak dengan cara ditimbun di atas papan kayu maupun bambu.
"Jadi selaput jagungnya tetap tidak dikupas, tetap utuh langsung di taruh di para para di atas tungku. Karena asapnya tungku memasak bisa mengawetkan jagung dan kacang itu," ujarnya.
Salah satu petani yang kembali mengaktifkan lumbung jagung yakni, Asnoto (50). Hasil panen jagungnya kali ini 80 persen disimpan di lumbung, dan sisanya dijual.
"Jagung dijual sedikit sedikit. 80 persen disimpan, sisanya dijual.
RT lain juga lakukan hal sama," kata Asnoto.
Alasan menyimpan hasil panen kali ini, kata Asnoto kembali bisa dirasakan karena tengkulak yang biasanya membeli semua hasil panen petani pada musim panen kali ini tidak datang. Masukan para pemuda agar kembali mengaktifkan lumbung akhirnya mendapatkan dukungan petani, termasuk Asnoto.
"Tengkulak kali ini tidak datang, seperti tahun dulu, mungkin pasar lagi jatuh terdampak wabah ini. Penyimpanan saat ini tidak hanya untuk bibit tapi juga bekal selama masa pandemik dan sampai masa tanam selanjutnya," ujarnya.
Saat ini, kata Asnoto harga jagung yang sudah dipisahkan dari batang buah Rp 5000 per kilogram. Kemudian Rp 1500 untuk jagung yang belum dipisahkan dari batang buah.
Abdul Hadi petani lain yang juga kembali mengaktifkan lumbung di rumahnya mengatakan, kebiasaan masyarakat mengkonsumsi jagung saat ini sudah mulai tinggi seiring berkurangnya stigma makan nasi bercampur dengan jagung merupakan warga dari kalangan tidak mampu. Saat ini justru banyak orang dari luar kampungnya yang memesan nasi jagung.
"Jagung dicampur nasi. Dulu tahun 1970-1980 an orang makan jagung imagenya orang miskin dan makan nasi putih identik orang mampu. Kalau sekarang, banyak orang mulai bangga makam nasi jagung. Karena orang yang datang dari luar kota rata rata minta nasi jagung. Dari situ warga tidak lagi gengsi makan nasi jagung," kata Hadi.
Satu jurung atau lumbung milik Hadi bisa menampung hingga 2000 biji jagung. Warga tidak menggunakan satuan berat untuk mengukur kapasitas muatan di lumbungnya.
"Hitungannya bukan kilo atau kuintal, jadi satu jurung milil saya ini isinya kemarin saya hitung ada 2.150 jagung," ujarnya.
Saat menaikkan jagung ke atas jurung, ada satu tradisi unik yang masih dipertahankan yakni tidak boleh berbicara.
"Kita tidak boleh ngomong. Karena lagi melakukan penyimpanan, melakukan penyimpanan tidak boleh rame rame," katanya.
Jamaludin (19), salah satu anggota komunitas Kampung Papring Kreatif menambahkan, salah satu cara yang digunakan untuk mengajak petani mengaktifkan lumbungnya yakni dengan membuat konten fotografi maupun video untuk diupload di media sosial. Sesampai di kebun, para pemuda bertanya tentang sejarah lumbung dan bertanya mengapa tidak diaktifkan kembali.
"Kita masing masing anggota komunitas, saling berbagi dokumentasi, ngobrol petani langsung di lokasi. Tanya sejarah lumbung, bukan skala desa. Kalau skala rumah tangga namanya jurung, kenapa (jurung) gak dimanfaatkan lagi, karena sebelum tanaman tua, tengkulak sudah datang," ujar Jamaludin.
Para pemuda berharap, dengan aktifnya kembali lumbung, petani tidak lagi bingung dengan bibit yang harus di tanam di musim selanjutnya. Sekaligus, warga bisa lebih tenang karena memiliki cadangan makanan.
"Waktu musim biasanya beli bibit lagi, apa gak rugi. Jadi petani ada yang baru buat lumbung lagi, ada yang sudah punya. Harapan kami bisa mengembalikan lumbung skala rumah tangga," katanya.
Para pemuda juga mengajak petani untuk menjual hasil panennya sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan.
"Tiap bulan keluarkan berapa kilo, dijual dicicil, selama pandemi. Kalau langsung dijual semua takutnya gak bisa mengelola keuangannya, habis, bingung lagi. Prinsipnya orang kalau punya cadangan makanan tidak akan takut lapar, pikirannya ayem dan tentram," ujar Jamaludin.
(mdk/hrs)