Peneliti Iklim: Risiko Kematian Akibat Covid-19 Lebih Besar di Wilayah Polusi Tinggi
Dia mengakui selama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) visual langit Jakarta terlihat membaik, namun hal itu tidak bisa dijadikan acuan kualitas udara Jakarta.
Peneliti iklim dari Universitas Indonesia, Profesor Budi Haryanto mengatakan risiko kematian tinggi di tengah pandemi Covid-19 ada di wilayah tingkat polutan partikulat 2,5 (PM 2,5). Data ini ia kutip dari hasil sebuah peneliti dari Universitas Harvard pada April 2020.
Dalam satu diskusi, Budi mengatakan dari data hasil penelitian tersebut persentase kematian dengan tingkat polusi di atas PM 2,5 cukup besar yakni 15 persen.
-
Apa itu perubahan iklim? Menurut PBB, perubahan iklim adalah mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
-
Bagaimana cara mengatasi perubahan iklim? Ada beberapa cara mengatasi perubahan iklim yang bisa dilakukan, di antaranya: Mengehmat Energi Salah satu cara mengatasi perubahan iklim adalah menghemat energi. Dengan menghemat energi, kita bisa mengurangi efek rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.
-
Bagaimana cara Jokowi mengatasi perubahan iklim? Presiden Jokowi mengatakan ingin mengurangi dampak perubahan iklim yang saat ini terjadi di beberapa negara termasuk Indonesia. ”Karena memang ancaman perubahan iklim sangat bisa kita rasakan dan sudah kita rasakan. Dan, kita tidak boleh main-main terhadap ini, kenaikan suhu bumi, kekeringan, banjir, polusi, sehingga dibutuhkan langkah-langkah konkret untuk mengatasinya,” kata Presiden Jokowi.
-
Bagaimana cara Indonesia memperkuat sistem kesehatan menghadapi perubahan iklim? Proyek GCF akan menyediakan pendanaan dan dukungan untuk 17 negara berkembang, salah satunya Indonesia, dalam memperkuat sistem kesehatan terhadap perubahan iklim dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
-
Di mana saja dampak perubahan iklim dirasakan? Perubahan iklim memberi dampak bagi kehidupan sehari-hari. Berikut dampak penyebab perubahan iklim, antara lain: Menurunnya kualitas air. Curah hujan yang terlalu tinggi mengakibatkan penurunan kualitas sumber air.
-
Bagaimana Indonesia mendorong pemerintah agar mengatasi perubahan iklim di Sidang Umum ke-44 AIPA? “Dalam aspek itu, peran dan visi parlemen sangat penting dan besar untuk tidak hentinya selalu mendorong pemerintah agar melakukan segala upaya tidak hanya bisnis as usual, tapi juga out of the box, melampaui daripada konsep-konsep biasa,” ujar Wakil Ketua BKSAP DPR RI ini.
"Risiko kematian Covid-19 4,5 kali lebih besar di wilayah PM 2,5. Jadi setiap peningkatan polusi itu potensi kematiannya 15 persen," papar Budi, Kamis (30/4).
Dia mengakui selama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) visual langit Jakarta terlihat membaik, namun hal itu tidak bisa dijadikan acuan kualitas udara Jakarta.
Untuk memastikan sumber polusi, Budi mengatakan harus ada penelitian lebih lanjut. Sebab polusi tidak hanya bersumber dari emisi bahan bakar kendaraan namun juga bisa bersumber dari emisi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Lebih lanjut, Budi menuturkan hasil penelitian tersebut sedianya bisa dijadikan referensi bagi Jakarta untuk terus meningkatkan kualitas udara Jakarta, yang merupakan zona merah Covid-19.
"Ini penelitian di kota-kota di Amerika, tapi kenapa kita gunakan penelitian yang sudah ada," tuturnya.
Secara terpisah, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), Prof Haryoto Kusnoputranto melihat cuaca udara di Jakarta selama diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sudah cukup membaik. Indikator awam adalah langit yang kelihatan lebih biru.
Haryoto menekankan sama dengan Suradi, penyumbang polusi udara di Jakarta paling besar oleh kendaraan bermotor. Ada sekitar 65 persen sampai 70 persen polusi disebabkan kendaraan bermotor. Dia menepis, kalau pembangkit tenaga uap listrik (PLTU) dijadikan sebagai faktor penyumbang polusi udara di Jakarta.
Menurut dia, PLTU tidak menyumbang polutan di ibu kota. Karena, ada dua yang menjadi sumber cuaca udara di Jakarta buruk.
"Pertama sumber bergerak dan sumber tidak bergerak. Sumber bergerak itu kendaraan bermotor, menyumbang sekitar 65-70 persen. Tidak bergerak itu ada industri dan sebagainya. Sumbernya hanya itu. Jadi kalau kendaraan bermotor tidak ada, saya yakin udara bersih dan sehat," tegasnya.
Sedang untuk mengukur kualitas udara, ada istilah Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Indikatornya adalah lima polutan utama. Dia menegaskan, perhitungan tidak lah bisa dilakukan sembarangan.
"ISPU itu kita bisa mengukur apakah kondisi udara saat ini sehat (baik), sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat dan berbahaya. Ada 5 polutan yang bisa dipegang jadi parameter, yaitu partikel debu (PM10), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2) dan Ozon Permukaan (O3)," katanya.
Baca juga:
Indonesia Terpapar Corona, Pemerintah Akui Sistem Kesehatan Nasional Belum Kuat
Update Sebaran Pasien Positif Covid-19 di 34 Provinsi 30 April 2020
DPR Kritik Ada Bank BUMN Masih Kejar Untung Ketimbang Pikirkan UMKM saat Pandemi
Update Kasus Corona 30 April: 10.118 Kasus Positif, 1.522 Sembuh dan 792 Meninggal
8 Pegawai BNPB Positif Covid-19 Hasil Rapid Test Isolasi Mandiri
Operation Warp Speed, AS Diam-diam Siapkan 100 Juta Vaksin Covid-19