Pengamat Nilai Faktor Ekonomi Jadi Penyebab Personel TNI-Polri Membelot ke KKB Papua
Menurutnya dari sekian banyak pelanggaran yang terjadi, paling banyak dan sudah berulang adalah kasus penjualan senjata maupun amunisi oleh anggota TNI-Polri kepada Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.
Pengamat Terorisme Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Zaki Mubarak menilai, fenomena pelanggaran yang belakang kerap dilakukan oleh anggota TNI-Polri dengan membantu maupun bergabung bersama Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua, dilatar belakangi berbagai faktor.
Menurutnya dari sekian banyak pelanggaran yang terjadi, paling banyak dan sudah berulang adalah kasus penjualan senjata maupun amunisi oleh anggota TNI-Polri kepada Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.
-
Kenapa prajurit TNI menganiaya anggota KKB? Penyiksaan itu dilakukan prajurit TNI diduga kesal atas sikap Denius Kogoya yang ingin menebar teror membakar puskesmas kala itu.
-
Apa yang dilakukan prajurit TNI kepada anggota KKB? Peristiwa penyiksaan yang dilakukan sejumlah prajurit TNI terhadap seorang warga Papua diduga merupakan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) viral di media sosial.
-
Apa yang terjadi di video yang viral tentang Brimob dan TNI di Papua? Sebuah video memperlihatkan anggota Brimob dan TNI yang sedang baku tembak dengan KKB OPM Papua dan membuat situasi memanas.
-
Apa yang dilakukan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Papua? Pak Kapolri beliau jam 5 sudah berada di Papua, dengan Panglima TNI. Jadi beliau tidak bisa hadir, karena beliau tidak bisa hadir tentunya kita tidak mengikutsertakan para pejabat lainnya. Sehingga murni kita adalah PP Polri pada acara hari ini ya.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.
"Sejauh ini motifnya lebih ekonomi karena KKB berani membeli harga yang tinggi. Senjata ini yang menjadi bagian survival KKB," katanya ketika dihubungi merdeka.com, Selasa (20/4).
Alasan KKB menggoda para personel Polri dan TNI, karena mereka memiliki akses ke pasar gelap maupun daerah-daerah konflik. Tujuannya guna mendapatkan senjata yang akan dipakai untuk melancarkan aksi teror.
"Ironisnya oknum polisi dan tentara yang memfasilitasi. Karena oknum ini punya akses pasar gelap dagang senjata baik dari daerah-daerah bekas konflik, selundupan dari luar negeri, maupun senjata-senjata rekondisi," terangnya.
Sementara terkait pembelotan personel TNI, Pratu Lukas Y Matuan bisa disebabkan faktor kecewa atas banyaknya kekerasan pelanggaran HAM. Terutama yang dilakukan aparat-aparat TNI.
"Jadi secara moral dia ikut merasa bersalah, serta berbalik simpati kepada gerakan KKB. Tapi mungkin juga ada faktor -faktor lain seperti masih kuatnya nasionalisme etnisitas. Integrasi ke NKRI sebagai proses politik belum mampu menghapuskan nasionalisme etnisitas," jelas Zaki.
Terlebih, Zaki memandang pembelotan juga disebabkan kekecewaannya terhadap pendekatan pemerintah yg bersifat hard approach, dengan cara militeristik, bukan dengan cara-cara yang lebih kultural dan persuasif.
"Pendekatan damai secara budaya ini pernah dilakukan era Presiden Gus Dur dan mendapat sambutan positif dari warga Papua. Sehingga nama Gus Dur sampai hari ini sangat dihormati masyarakat Papua," ujarnya.
Oleh karena itu, pendekatan budaya, dengan mengedepankan sisi-sisi yang humanistik, perlu lebih diprioritaskan dari pada penyelesaian dengan bersenjata yang terbukti kurang efektif. Dia mencontohkan solusi model penyelesaian dengan GAM di Aceh yanh dapat dijadikan best practices untuk mengatasi konflik- konflik di Papua saat ini.
Faktor Masalah Mental Personel
Senada dengan hal itu, Co-founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi menilai, fenomena pelanggaran yang dilakukan baik personel TNI maupun Polri yang membelot maupun menjual senjata ke KKB turut dipengaruhi mental setiap prajurit.
"Di medan tempur, kekuatan mental prajurit tidak bisa dianggap sama rata. Fakta, kita melihat sejumlah praktik buruk penjualan senjata dan amunisi oleh oknum anggota pada kelompok yang mestinya mereka tumpas," katanya.
Dia menyoroti alasan membelotnya personel TNI Pratu Lukas Y Matuan kepada KKB, karena tidak tahan melihat kekerasan yang dialami oleh saudara-saudaranya warga Papua adalah kekalahan perang urat saraf antara TNI dengan KKB.
"Apa yang salah, Apakah TNI kecolongan, Menurut saya ini bukan kecolongan namun bentuk kekalahan dalam perang urat saraf atau psywar. Setidaknya ronde ini dimenangkan oleh lawan. Mereka dapat poin," terangnya.
Oleh karena itu mengartikan bahwa operasi penumpasan KKB yang selama ini dituding TNI sebagai pelaku kekerasan dan teror yang terjadi di Papua, ternyata gagal meningkatkan sentimen positif dan dukungan.
Propaganda KKB bahwa yang mereka lakukan adalah perlawanan atas penindasan, ketidakadilan, pembodohan dan merupakan perjuangan untuk membebaskan warga Papua, ternyata lebih dapat dipercayai oleh Pratu Lukius.
"Keputusan membelot itu sangat mungkin merupakan hasil pergulatan batin yang luar biasa setelah rangkaian peristiwa yang dia lihat, dia alami dan dia rasakan. Artinya? TNI dalam hal ini gagal juga membentengi mental ideologi prajuritnya," katanya.
Namun demikian, Khairul mengingatkan besar kecilnya peluang terjadinya pembelotan di pihak TNI ke KKB, tetap akan bergantung pada kemampuan TNI menjaga moril dan mental prajurit
"Kemampuan melakukan propaganda dan yang paling penting adalah kemampuan menghindari terjadinya praktik buruk dan kekerasan yang tidak patut (improper violence) oleh prajuritnya di medan operasi di Papua," imbuhnya.
KSAD Benarkan Pembelotan Personel TNI
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa menyampaikan, seorang prajurit TNI yang bergabung dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua meninggalkan seluruh atribut dan senjatanya. Namun ada sejumlah amunisi yang dibawa sebelum akhirnya menghilang.
"Senjata dia tinggal, tetapi dua magasin dengan isi 70 butir amunisi 5,56 milimeter itu yang dibawa. Sampai sekarang proses masih terus kita tangani," katanya di Puspom TNI AD, Jalan Sultan Raya, Jakarta Selatan, Selasa (20/4).
Dia menyebut, pihaknya mengevaluasi peristiwa membelotnya prajurit TNI AD tersebut. Dari rekam jejaknya, anggota itu masuk pada 2015 lalu di usia 24 tahun.
"Lahir dan besar di Wamena dan ditempatkan setelah bertugas di salah satu batalyon infantri di Jawa Tengah," jelasnya.
Pada Februari 2021 lalu, lanjut Andika, infantri yang menaungi prajurit tersebut menjalankan tugas di Papua. Sekitar tanggal 12 Februari, atasan mendapati dia meninggalkan pos tugas.
"Beberapa pasal sudah kita kenakan termasuk THTI atau Tidak Hadir Tanpa Izin yang setelah 30 hari kita sudah bisa memecat yang bersangkutan. Tetapi pencarian ke yang bersangkutan terus dilakukan baik secara fisik maupun elektronik. Dan saya dapat laporan keberadaan tapi masih secara umum ada di Papua," tutup Andika.
Baca juga:
Tangkap 2 Penganiaya Tukang Bakso di Intan Jaya, Polisi Sita 3 Parang dan 1 Kapak
Pasca-Penyerangan KKB, Aktivitas Warga Beoga Papua Berangsur Normal
KKB Papua Egianus Kogoya Beli Senjata Api dari Peras Kepala Suku dan Rampok Dana Desa
Kasad Andika Ungkap Motif Prajurit TNI Membelot Gabung KKB Papua
Bawa 21 Butir Amunisi ke Intan Jaya, Bripka HW Masih Diperiksa Propam Polda Papua