Penggunaan Bahasa Lokal Jayapura Semakin Menyusut
Kepala Balai Bahasa Provinsi Papua dan Papua Barat, Suharyanto di Jayapura, Minggu (20/1), mengatakan penelitian yang dilaksanakan tahun 2009 dan 2010 mencakup penggunaan bahasa lokal di 14 kampung yang ada di Kota Jayapura, termasuk bahasa Nafri, Tobati, Kayu Pulau, Sentani, Skouw dan Moso.
Penutur bahasa-bahasa lokal Jayapura makin menyusut. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Pemerintah Kota Jayapura bersama Balai Bahasa Provinsi Papua dan Papua Barat.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Papua dan Papua Barat, Suharyanto di Jayapura, Minggu (20/1), mengatakan penelitian yang dilaksanakan tahun 2009 dan 2010 mencakup penggunaan bahasa lokal di 14 kampung yang ada di Kota Jayapura, termasuk bahasa Nafri, Tobati, Kayu Pulau, Sentani, Skouw dan Moso, yang berbatasan dengan Papua Nugini.
-
Kapan KPU Papua dan Papua Pegunungan berangkat ke Jakarta? Saat ini kami sedang bersiap-siap menuju Jakarta menggunakan pesawat milik Trigana yang akan transit di Makassar
-
Bagaimana cara KPU Papua dan Papua Pegunungan sampai ke Jakarta? Pesawat tersebut dipiloti Capt.Marsya da Fo.Guruh
-
Bagaimana suku adat Papua mempromosikan Sail Teluk Cenderawasih di Jakarta? Warga suku Papua sedang melakukan aksi menabuh gendang saat mengkampanyekan Sail Teluk Cenderawasih di Kawasan Thamrin, Jakarta, Minggu (8/10/2023). Penampilannya tersebut sebagai bentuk untuk mempromosikan Sail Teluk Cenderawasih (STC) 2023 akan digelar di Biak Numfor, Papua.
-
Apa yang dilakukan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Papua? Pak Kapolri beliau jam 5 sudah berada di Papua, dengan Panglima TNI. Jadi beliau tidak bisa hadir, karena beliau tidak bisa hadir tentunya kita tidak mengikutsertakan para pejabat lainnya. Sehingga murni kita adalah PP Polri pada acara hari ini ya.
-
Bahasa apa saja yang dimiliki oleh Indonesia? Indonesia yang ternyata punya 707 bahasa berada di peringkat kedua.
-
Kodok baru apa yang ditemukan di Papua Barat? Spesies baru itu dikenali berbeda berdasarkan ukuran, warna, bentuk tubuh, dan garis-garis di tangannya.
Suharyanto mengatakan menurut hasil penelitian penutur bahasa lokal makin sedikit antara lain karena warga kampung kebanyakan beralih menggunakan Bahasa Indonesia dalam kegiatan sehari-hari.
Warga, menurut dia, berangsur-angsur beralih dari bahasa lokal karena kebutuhan sehari-hari mereka berinteraksi dengan warga dari luar kota menuntut mereka menggunakan bahasa yang bisa dipahami oleh warga dari luar kota, yakni Bahasa Indonesia.
Ia menjelaskan jumlah penduduk kampung-kampung di Jayapura umumnya kecil dan komunitas mereka tidak menghasilkan semua yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga mereka harus membelinya dari warga dari luar daerah yang tidak memahami bahasa lokal mereka.
"Sebagai contoh kampung Nafri, yang jumlah penuturnya yang tidak sampai 1.000 orang dan di situ tidak ada industri pakaian, bentuk industri yang tradisional apalagi modern, maka untuk memenuhi kebutuhan hidup berupa pakaian dia harus mengambil dari masyarakat di luar Nafri yang menghasilkan pakaian itu," katanya.
Warga Nafri, ia melanjutkan, juga harus berhubungan dengan warga dari luar daerah untuk mendapatkan bahan pangan seperti tepung terigu dan minyak goreng.
Mereka mau tidak mau harus menggunakan bahasa yang bisa dipahami bersama dalam berkomunikasi dengan para penyedia barang-barang kebutuhan sehari-hari, dalam hal ini Bahasa Indonesia atau Bahasa Melayu Papua, sehingga lama kelamaan lebih terbiasa menggunakan bahasa tersebut ketimbang bahasa lokal mereka.
Baca juga:
Ikut Kembangkan Bahasa Indonesia di DKI, Anies Terima Penghargaan Reksa Bahasa
Kemendikbud Khawatir Bahasa Indonesia Hilang Karena Penyakit 'Xenomania'
Lewat KBI ke-XI diharapkan muncul kesadaran menjayakan bahasa & sastra Indonesia
Hasil Kongres ke-11, targetkan bahasa Indonesia jadi bahasa Internasional di 2045
Kongres Bahasa Indonesia XI momentum penegakkan bahasa negara
Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional jadi rekomendasi KBI XI